Hujan masih terus mengguyur kota Jakarta, malam yang semakin larut dan hawa dingin yang menusuk tulang rupanya tak bisa membuatku tidur. Padahal mata sudah bengkak, dengan sedikit lingkaran hitam di bawahnya, tapi semua masalah yang terjadi sekarang membuatku benar-benar tidak bisa tertidur dengan nyenyak.
Aku berdiri termenung di depan jendela kamar yang tertutup, menatap keluar dan memperhatikan rintik hujan yang jatuh. Sampai detik ini Umar masih menginap di rumahku, karena hujan deras di luar sana membuatnya terjebak. Mobil? Dia belum punya mobil, kendaraan yang biasa dia gunakan hanyalah taksi atau ojek online saja.
Kubiarkan Umar tidur di kamar tamu lantai bawah, sementara aku di kamar utama lantai atas. Sampai detik ini aku juga masih belum mendengar telepon dari rumah, baik itu dari Mira, Habib atau siapapun.