" hm? jam berapa sekarang?" tanyaku saat terbangun.
" Aiko?" panggil ku.
" Ai-"
aku terdiam ketika melihat secarik kertas di samping bantalku.
"tunggulah aku di taman bermain, aku sudah menyuruh Haru menjemputmu, ada sesuatu yang harus aku urus di hotel"
isi surat yang Aiko tulis untukku.
" Haru...?" gumamku.
PIP... PIP suara klakson mobil dari bawah.
" itu pasti dia" kataku saat bergegas dari tempat tidurku.
" beri aku waktu 15 menit!" teriakku dari jendela.
(15 menit kemudian)
" ma-"
" oh kamu yang tadi malam" kataku saat menyadari orang yang menjemput ku adalah supir yang mengantarkan ku dan Aiko pulang semalam.
" selamat pagi nona Ayano...silahkan masuk" kata si supir.
" panggil saja Ayano jangan tambahin nona" kataku sembari masuk kedalam mobil.
" baik, Ayano" jawab si supir dengan ramah.
" panggil saja Haru" katanya sambil memberikan senyuman.
"ba..baiklah" jawabku canggung.
(diperjalanan)
" saya baru tahu kalau nona Azumi mempunyai kekasih" kata Haru membuka pembicaraan.
" sungguh?" tanyaku.
" ya...saya pikir dia akan menjalin hubungan dengan Yuzu" kata Haru yang sedang fokus ke depan.
" apa mereka sangat dekat?" tanyaku penasaran.
" aku sebenarnya sudah tahu Yuzu teman masa kecil Aiko, tapi pernahkah Aiko berpikir untuk lebih dari teman?" batinku.
" bisa dibilang sangat dekat, lagipula yang selalu mengurus keperluan nona Azumi adalah dia"
" ooooh, jam berapa Aiko datang ke taman?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.
" aku hanya tidak ingin mendengar kisah mereka berdua" batinku.
" jika sudah selesai urusannya, dia akan mengabarimu" jawabnya.
" bukankah pekerjaannya sudah selesai" kataku.
" nona tidak memberitahu mu?"
" hari ini kakeknya datang berkunjung untuk melihat perkembangan hotel, tentu saja nona Azumi segera bergegas ke sana" jelas Haru dengan santai.
" kakek?" tanyaku.
" hm mungkin karena sudah mendekati Merry Christmas" kata haru.
" seperti apa kakeknya Aiko?" tanyaku.
" kita sudah sampai" kata haru sambil memberhentikan mobilnya.
" ah! aku tidak menyadarinya" kataku saat melihat ke luar jendela.
" saya akan menemanimu hingga nona Azumi datang" kata haru yang berdiri di sampingku.
" be...berhentilah, aku seperti di jaga bodyguard" kataku yang malu-malu.
" hahahaha" tawa Haru terbahak-bahak.
" aku dengar kamu seorang ketua OSIS yang dingin, benarkah?" tanya Haru.
" begitulah" jawabku singkat.
" bagian mana?" tanya Haru heran.
" apa?" tanyaku kebingungan dengan pertanyaan Haru.
" bagian mana darimu yang dingin? aku melihatmu sebagai seorang perempuan yang ceria" jelas Haru dan memberikan sebuah senyuman di wajahnya.
" su...sungguh? aku belum pernah mendapat kata-kata seperti itu" kataku sambil melihat ke keramaian di depan kami.
" apa karena nona Azumi?" tanya Haru tiba-tiba.
" entahlah, aku sendiri kurang mengerti" jawabku singkat.
" aku sama seperti Yuzu, aku juga teman masa kecil nona Azumi" kata Haru ketika melihat ke arahku.
" eh?"
" kami yang bekerja di hotel itu adalah pekerja di rumah utama, kami semua dibesarkan di rumah utama bersama dengan nona Azumi" jelas Haru.
" semuanya?" tanyaku.
" hm, dari bagian keamanan, bagian lobby, cleaning Service dll" jelas Haru.
"kenapa?" tanyaku penasaran.
"aku tidak terlalu paham, tetapi saat umurku 7 tahun kami semua mendapatkan jabatan kami masing-masing, dan itu semua untuk Hotel yang nona Azumi pegang sekarang" jawab Haru yang sedang mengaduk minuman dinginnya.
" Umur 7 tahun? bukankah itu masih terlalu kecil?" tanyaku heran, dengan sistem yang di buat oleh keluarga Aiko.
" tidak seperti yang kamu pikirkan, kami hanya mendapatkan jabatan kami, dan selalu berlatih, kami masih menjalankan kegiatan kami layaknya anak-anak pada umumnya yang masih bermain dan sekolah, dan saat usia nona Azumi menginjak 13 tahun hotel resmi di buka, dan yang bekerja hanya nona Azumi, Yuzu dan juga kedua ibu nona Azumi, dan beberapa pelayan yang sudah dewasa"
" Aiko 13 tahun sudah bekerja di hotel? saat umurku segitu aku hanya belajar di rumah sambil tidur di pangkuan mama" batinku.
" kamu belum menjawab pertanyaanku yang tadi, seperti apa kakeknya Aiko?" tanyaku.
" oh beliau..."
" beliau...."
" beliau?" tanyaku karena Haru yang tidak melanjutkan perkataannya.
" aku tidak bisa menjelaskannya, kamu akan tahu sendiri saat bertemu dengan beliau" jawab Haru sambil menggaruk kepalanya.
" apa dia galak?" batinku.
" jika kamu di juluki putri es, mungkin kamu mengerti julukan Raja Kutub Utara" kata Haru.
" se...sedingin itukah sifatnya?" tanyaku dengan nada suara yang gemetar.
" kamu bisa-"
" Oh nona Azumi sudah datang" kata Haru yang memotong pembicaraan sebelumnya.
" Aiko" gumamku ketika melihatnya turun dari mobil.
" eh?"
" Itu adalah kakeknya Aiko" bisik Haru.
" i...itu?" tanyaku.
" Eri" panggil Aiko sambil berjalan ke arahku.
chuu~ sebuah ciuman singkat di bibirku, membuatku hanya terdiam mematung.
" maaf aku terlambat" kata Aiko setelah menciumku.
" kakek ini Eri, kekasihku"
"dan Eri...ini kakekku sekaligus Kepala Keluarga Yoshida" kata Aiko memperkenalkan.
" Sa...saya...A... Ayano Eri" kataku dengan terbata-bata.
hening~
" aku bisa merasakan Aura negatif di sekitarku" batinku ketakutan.
" kakek?" panggil Aiko.
" apa kamu anak Ayano Souma?" tanya kakeknya Aiko dengan nada suara yang datar.
" Bu...Bu..bukan" jawabku dengan terbata-bata.
" ternyata benar...kamu anggota keluarga Ayano yang dibuang" kata kakeknya.
" ma...maafkan saya" kataku meminta maaf.
hening~
" ada apa dengan suasana suram ini?" tanya kakeknya Aiko sambil melihatku.
" eh?"
" apa kamu takut? maafkan aku...hehehehe" kata kakeknya Aiko dan tertawa kecil.
" eh?"
" ini untukmu" kata kakek sambil menyodorkan sebuah surat dengan logo keluarga Yoshida.
" u...untuk saya?" tanyaku yang masih kebingungan.
" ya...lagi pula kamu adalah calon menantuku, aku secara resmi mengundangmu dan ibumu ke rumah utama untuk merayakan natal" jelas sang kakek sambil tersenyum lebar padaku.
aku melihat ke arah Haru dengan kebingungan.
" oh... maafkan aku Ayano, tadi aku hanya menakut-nakutimu, hehehehe" kata Haru sambil tertawa kecil.
" Aiko, aku ingin naik itu" kata kakek sambil menunjuk ke arah wahana yang paling mencolok di taman bermain itu.
" tapi-"
" aku ingin naik itu hmph!" kata kakeknya sambil membuat wajah cemberut.
" eh? dia ngambek?" batinku.
" Aku akan memanggilmu Eri!" katanya sambil menunjuk ke wajahku.
" eh?"
" kakek, kita naik bianglala saja" rayu Aiko.
" baiklah, Eri ayo kita naik bianglala" ajaknya sambil menarikku masuk ke taman bermain.
" aku pikir beliau adalah seseorang yang sangat dingin dan menakutkan" batinku.
...
" aku akan naik dengan Eri, Aiko kamu sama Haru" kata kakek sambil masuk ke dalam wahana.
" Tapi-"
" bye-bye" sapa kakek saat kami mulai bergerak naik.
kami mulai bergerak dan masih tidak ada percakapan diantara aku dan kakeknya Aiko.
" perasaan canggung apa ini?" batinku.
" membosankan" keluh kakek.
" eh?"
" apa tidak ada yang ingin kamu tanyakan?" tanya kakek sambil menatap wajahku.
" ah~hah... kenapa setiap orang yang baru pernah bertemu denganku akan diam dan tak berbicara padaku, apa wajahku menakutkan?" tanya kakek sambil menatapku.
" apa kamu sungguh mencintai cucuku?" tanya kakek dengan perubahan nada suara yang menjadi dingin dan serius.
" TANPA BASA-BASI!!!" batinku histeris.
" setelah berpisah dengan Aiko aku mulai mengerti perasaanku yang sebenarnya padanya, tapi apakah itu benar-benar cinta?" batinku.
" aku masih-"
" Eri..."
" iya?" jawabku yang tersadar dari lamunanku.
" apa kamu sungguh mencintai cucuku?" tanya kakek lagi
" aku tidak bermaksud mencampuri hubungan kalian, aku hanya tidak ingin melihat Aiko terluka seperti Chuya di masa lalu" jelas kakek yang melihat keluar jendela.
" hm?"
" aku sudah cukup tersakiti saat melihat Chuya yang terus menangis selama 4 tahun, dan aku tidak ingin Aiko mengalaminya lagi dalam waktu yang lama" lanjut kakek.
" aku...aku sungguh mencintainya" batinku.
" tapi kenapa aku sangat sulit mengakuinya?" batinku.
" jika kamu tidak serius dengan cucuku jauhilah...aku sangat membenci orang yang membuat air mata cucuku jatuh...aku bisa saja langsung membunuhnya" kata kakek dengan sorotan mata yang sangat dingin.
" dia tidak tahu Aiko pernah menangis?" batinku.
" ma...maafkan saya" kataku sambil tertunduk diam.
" kenapa?" tanyanya.
" aku-"
" kamu sulit mengatakannya?" tanyanya lagi.
" bukan aku ha-"
" jika seseorang sulit mengungkapkan perasaannya, itu berarti dia belum tahu jelas perasaan yang ada di hatinya" jelas kakek.
" maafkan saya" kataku meminta maaf lagi.
" aku tidak menyangka Aiko akan memiliki kekasih saat dia pindah ke Osaka" kata kakek.
" padahal sebelum-sebelumnya dia tidak pernah tertarik dengan pasangan" lanjut kakek.
" sebelum-sebelumnya? apa berarti dia sering pindah sekolah?" batinku.
" ah! Kita sudah di bawah, ayo keluar" kata kakek sembari keluar dari bianglala.
" aku sungguh mencintainya" batinku.
...
" Aiko, aku akan pulang" kata kakek sambil mencium kening Aiko.
" heee...sekarang?" tanya Aiko dengan manja.
" ini sudah sore, kamu harus pulang" kata kakek sambil mengelus kepala Aiko.
"dia sangat menyayangi Aiko, dan aku..."
" bahkan aku tidak bisa memberitahukannya bahwa aku sangat mencintai cucunya itu" batinku, sambil melihat Aiko yang sedang memeluk kakeknya.
" heh? apa-apaan tatapan itu?" batinku, ketika kakek melihatku dengan sorotan mata yang tajam.
" maafkan aku" batinku, seraya membungkukkan badanku memberi hormat.
(di rumah, saat berada di bak mandi)
" apa kakek mengatakan sesuatu?" tanya Aiko memecahkan keheningan.
" hm? tidak ada" jawabku.
" oh iya, aku-"
" aku sudah selesai" kataku seraya keluar dari bak.
" oh hm"
...
" Eri ayo makan setelah ini" ajak Aiko saat dia selesai mandi.
" aku tidak lapar" jawabku yang sedang menyisir rambutku.
...
" apa kamu sakit?" tanya Aiko sambil berjalan ke arahku.
" kenapa?" tanyaku yang sedang sibuk bercermin.
" Eri, aku-"
" aku harus menggantung handukku" kataku seraya berjalan menuju kamar mandi.
" perasaan yang sangat tidak nyaman" batinku.
" apa yang ingin Aiko katakan padaku tadi?" batinku, ketika mengingat Aiko yang sempat ingin berbicara padaku.
...
" Aiko..." panggilku ketika keluar kamar mandi dan melihat sekeliling kamar yang sunyi.
" kemana dia?" tanyaku saat menuruni anak tangga.
" hm? apa yang dia lakukan malam-malam begini di kolam renang?" tanyaku saat melihat Aiko yang sedang berdiri di pinggir kolam.
" apa ya-"
"HAH?!!" teriak Aiko.
"apa tidak bisa lebih lama lagi?" tanya Aiko.
" Tapi kakek aku-" kata Aiko yang sedang berbicara di telepon.
" hallo..kakek"
" hallo..."
" huuuft Prancis kah..." kata Aiko sambil menarik nafas berat, setelah melihat layar telepon.
" hm? apa dia akan pergi ke Prancis?" batinku, ketika mendengar perkataan Aiko.
setelah mendengar percakapan Aiko dengan kakeknya, aku kembali ke kamar tanpa memanggilnya.
" aku berharap dia memberitahu ku" batinku, saat membuka pintu kamar.
" apa jangan-jangan yang ingin dia katakan tadi..."
" aku akan menanyakannya besok" batinku.
...
jam menunjukkan pukul 23.40 dan Aiko belum juga masuk kamar.
" apa yang sedang dia lakukan di bawah?" batinku bertanya-tanya.
cklek!
terdengar suara pintu dan spontan aku menutup mataku.
" Eri..."
" kamu sudah tidur?" tanya Aiko memastikan.
"..."
tanpa menjawab pertanyaannya, aku hanya diam dalam tidurku.
" aku hanya ingin tahu, apa kakek berbicara sesuatu yang aneh padamu?" kata Aiko dengan lembut.
" memangnya apa yang ingin kakek katakan padaku?" batinku, saat mendengar perkataan Aiko.
terdengar suara langkah kaki Aiko yang mendekatiku, bahkan aku bisa mencium aroma tubuh Aiko di sampingku.
" aku akan selalu mencintaimu Ayano Eri" bisik Aiko ditelinga ku.
" apa maksudnya?" batinku.
...
" hm...aku merasa haus" kataku yang terbangun karena haus.
" habis?" tanyaku saat melihat gelasku yang kosong.
"jam berapa sekarang?" tanyaku sambil melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 04.29 pagi.
" Aiko kamu mau mi-"
" Aiko?" panggilku ketika melihat ke samping, Aiko tidak bersamaku.
" Aiko..." panggilku sambil berlari keluar kamar.
" Aiko apa kamu pergi?" tanyaku sambil mengambil telepon genggamku.
Tut...tut...tut....maaf nomor yang ada tujui sedang tidak aktif ata-"
" Kamu dimana?" pesanku yang aku kirim pada Aiko.
Dengan perasaan yang khawatir.
Aku melakukan semua aktivitasku sebelum ke sekolah seperti biasa,menolak pikiranku yang terus saja berfikir negatif, tentang Aiko yang pergi meninggalkanku.
" mungkin aku bisa mendapatkan informasi di sekolah" batinku.
" taxi!" panggilku ketika melihat Taxi dari kejauhan.
" SMA SHIMIZUDANI" kataku sambil masuk ke dalam mobil.
" baik".
...
" selamat pagi Ketua OSIS" sapa para siswi saat aku memasuki gerbang.
" selamat pagi" sapaku balik.
" Aiko, apa kamu benar-benar ke Prancis?" batinku.
TING...TING...TING...
" Ayano-san ada apa dengan langkahmu? cepatlah bel sudah berbunyi" kata Kana yang tiba-tiba berada di sampingku.
"oh iya" jawabku.
(didalam kelas)
" berdiri!" kataku saat Aikawa sensei memasuki kelas.
" beri hormat" kataku sambil membungkukkan badan, begitu juga dengan para siswi yang lain.
" Fuji..." gumamku ketika melihat ke arah Fuji yang sibuk membaca buku ditangannya.
" buka buku kalian halaman 31, kita akan melanjutkan Materi yang lalu" kata Aikawa sensei.
" sebelum itu aku ingin menginformasikan bahwa Azumi Aiko tidak masuk hari ini karena telah mengurus surat pindahnya ke Prancis" jelas Aikawa sensei.
" Pindah..." gumamku.
" tidak! Aiko tidak mungkin pindah!" kataku pelan saat menundukkan kepalaku di meja.
" kamu terkejut? bahkan aku yang tinggal bersamanya saja sangat terkejut" batinku, ketika melihat ekspresi terkejut Fuji.
" sensei, kenapa Azumi pindah? bukankah dia baru saja masuk, bahkan ini belum sampai setengah semester" jelas salah satu siswi.
" jangan tanya padaku, aku hanya menerima surat pindahnya lewat email semalam" jawab Aikawa sensei.
" jangan-jangan semalam dia masuk telat karena menulis surat pindah" batinku.
" apa semalam adalah ucapan selamat tinggal? aku membencinya" batinku.
"ma...maaf saya ingin ke toilet" kataku sambil mengangkat tanganku.
" silahkan" jawab Aikawa sensei.
(di toilet)
" aku ingin menangis... hiks...hiks...hiks" kataku saat melihat bayanganku yang sedang meneteskan air mata.
tiba-tiba...
" apa kamu sedih?" tanya Fuji yang tiba-tiba masuk.
" kenapa?" tanyaku.
" bukankah kalian tinggal bersama? apa kamu tidak tahu?" tanya Fuji yang melihatku dari cermin.
" saat aku bangun dia sudah tidak ada di sampingku" kataku.
DRRRT... DRRRT... DRRRT
"telepon siapa yang bergetar?" tanyaku saat mendengar ada suara getaran.
" oh punyaku" kata Fuji saat menyadari teleponnya yang bergetar.
"sia-"
hening~
" ada apa Fuji?" tanyaku ketika melihat ekspresi terkejut Fuji saat melihat layar teleponnya.
" oh, ha... Haruka menelponku, aku harus pergi" kata Fuji dan berlari keluar toilet.
" seandainya hubunganku dengan Aiko selancar hubungan mereka berdua" gumamku.
(Di ruang OSIS)
" aku tidak bisa seperti ini!" batinku histeris, karena terus saja memikirkan Aiko yang pergi tanpa mengabariku.
tidak ada satupun materi yang masuk di otakku, aku ingin pulang, aku ingin pergi ke rumah mommy, menanyakan kenapa Aiko pindah.
" Ayano-san"
" AYANO-SAN!"
" Ha? ada apa? eh?"
" ada apa denganmu? apa kamu tidak enak badan?" tanya Kana khawatir.
" tidak, aku tidak apa-apa" jawabku.
" sungguh?" tanya Kana meyakinkan.
"hm"
" ini daftar nama para siswi yang mendaftar" kata Kana sambil menyodorkan selembar kertas.
[membaca daftar nama]
" hm? Tamu?" tanyaku sambil melihat Kana.
" oh kata Aikawa sensei, bakal ada tamu yang datang sepertinya orang penting" jawab Kana.
" kenapa tidak dicantumkan namanya?" tanyaku.
" aku tidak tahu" jawab Kana santai.
" aku hampir melupakan sesuatu" kata Kana, sambil berjalan ke lokernya.
" sesuatu?" tanyaku.
" besok kita akan pakai kostum ini!" kata Kana, sambil menaruh sebuah kotak hitam di depanku.
" ja...jangan bilang ki-"
" benar! kita akan pakai kostum maid, seperti OSIS tahun lalu" kata Kana dengan senyum lebar di wajahnya.
" sangat memalukan" keluhku.
" bisakah kita mengambil voting suara?" tawarku.
" Ayano-san, apa kamu tidak ingat hasil voting tahun lalu?" tanya Kana.
aku mengingatnya, tahun lalu ketika aku baru akan menjabat sebagai ketua OSIS, sebuah tradisi di SMA SHIMIZUDANI yaitu, menggunakan Kostum maid untuk para OSIS, dan aku...
"masa lalu yang sangat me...memalukan Kana" keluhku.
" tapi aku suka" bisik Kana ditelingaku.
" berhentilah" kataku yang mendorong Kana menjauh.
" apa semua sudah mendapatkan kostum mereka masing-masing?" tanyaku sambil mengambil album foto Para anggota OSIS tahun lalu.
" sudah, mungkin sebentar lagi mereka akan datang untuk mengeluh kepada kita" jelas Kana yang duduk santai di mejanya.
" Ah mereka datang!" teriak Kana, saat mendengar langkah kaki yang mulai berisik.
BRUK! suara pintu yang dibuka dengan tenaga penuh.
" Eri!!!" rengek Miu yang langsung masuk dan memelukku.
" AH! onee-can yamete! " teriak Kana yang langsung memaksa Miu melepaskan pelukannya dariku.
" Eri, aku tidak mau pakai kostum ini" rengek Miu sambil menunjukkan kostum Maid berwarna Merah.
" kamu tetap harus memakainya Miu" kataku sambil mengusap kepala Miu.
" bukankah kamu terlalu memanjakannya?" tanya Kana.
" aku tahu kamu cemburu" ejek Miu
" Ayano-san aku menyukaimu!" kata Kana dengan tegas.
" iya...iya" jawabku dan langsung kembali ke mejaku.
" sudah jam segini, dan yang lain belum datang?" tanyaku.
"anggotaku sedang mengeluh dikelas karena kostumnya dan anggota keamanan sedang mengurus para siswi, wajarlah ini kan waktu pulang Aiko" jelas Miu
" kamu bersikap dingin denganku tapi dengan kakakku kamu biasa saja, tidak adil!" protes Kana.
" wajar saja aku mengenal Miu kita satu SMP bersama" batinku.
" oh iya, aku dengar besok akan ada tamu istimewa" kata Miu
" hm begitulah" jawabku yang sedang sibuk melihat-lihat foto-foto lama para anggota OSIS.
" katanya dia pernah datang juga saat acara penerimaan anggota OSIS baru tahun lalu" jelas Kana.
" ini?" tanyaku sambil menunjuk pada seorang wanita tua yang berada di tengah-tengah para siswi.
" oh itu dia" kata Miu
" hm? aku tidak menyadarinya" kataku pelan.
BRUK!
" HALLO MY HONEY ERI!" teriak Reena wakil ketua keamanan.
" terlambat" kataku.
" ah~ sikap dinginmu itu ahhh~" kata Reena.
" aku sungguh menyukainya" bisik Reena di telingaku.
" jangan kotori Eri Ku, dasar wanita mesum!" teriak Miu sambil menarik Reena jauh dari kursiku.
" Miu bagaimana bisa kamu bertahan dengan sikapnya yang seperti itu" kataku pada Miu.
" entahlah" jawab Miu.
" mereka sudah datang Ayano-san" kata Kana yang berdiri di depan pintu.
" ah...aku sangat lelah" keluh Shizu sambil berjalan ke meja rapat.
" semua sudah ada?" tanyaku.
" hmmm...sudah my honey" jawab Reena.
" okey...jadi...."
setelah semua anggota berkumpul, aku mulai membuka rapat kami, membahas setiap sesi yang akan kami lakukan besok saat acara dimulai.
(perjalanan pulang)
pulang sendirian...
...
menunggu kereta sendirian....
...
naik taxi sendirian...
...
mandi sendirian...
...
makan sendirian...
...
tidur sendirian...
" AKU SEPERTI SESEORANG YANG DITINGGALKAN KEKASIHNYA!!!" teriakku dengan kesal sambil meronta-ronta di atas kasur.
" kurang ajar! dia pergi tanpa memberiku sesuatu, bahkan selamat tinggal saja tidak!"
" AIKO, AKU MEMBENCIMU!!!!! teriakku di dalam kamar yang sunyi.
" tapi aku mencintaimu juga" kataku pelan.
" apa kamu tidak akan kembali ke Jepang? lalu bagaimana hidupku jika tanpa kamu?"
" apa aku bisa mencintai yang baru?"
" melupakan tidak semudah mencari barang yang baru Aiko" batinku.
aku tertidur dengan tangan yang merangkul bantal Aiko.
" aroma yang sangat aku sukai" kataku pelan.