" Aku pikir saat pekerjaan Aiko sudah selesai, berarti aku bisa menghabiskan waktu bersama dengannya, ternyata..."
" Lagi-lagi aku bangun, dan aiko sudah tidak di sampingku!!! " batinku, sambil meronta-ronta di tempat tidur.
" huaaaa...mandi sendiri lagi... " keluhku di bawah aliran air shower.
...
" silahkan..." kata haru, sambil menyajikankku makanan.
" maaf ya Ayano-san, nona Aiko harus pergi bekerja " kata haru.
" huuuuft...bukankah pekerjaannya sudah selesai..." keluhku.
" bukan berarti profesinya sebagai model juga selesai dong" jawab haru.
" tapi, kenapa cuman ambil sebatas dagunya? " tanyaku penasaran.
" eh? sebatas dagu? ah! itu pasti perbuatan elen..."
" Psikopat kah?! " kataku.
" ini, foto keseluruhannya " kata haru sambil menunjukkakn foto aiko yang sedang berpose, dengan balutan kemeja berwarna cream.
" benar-benar sangat cocok..." gumamku.
" apa hari ini, kamu yang menemaniku makan lagi? " tanyaku memastikan.
" hehehe" tawa kecil Haru.
" jam berapa Aiko-"
TOK..TOK...TOK...
" itu pasti Aiko, aku akan membukanya " kataku sambil berjalan menuju pintu.
cklek!
" Aiko ka-"
" eh?"
" siapa? " tanyaku, saat melihat seorang wanita yang berdiri di hadapanku.
" ada apa Ayano-san? " tanya Haru.
" oh Eilena kah..." kata Haru, yang berdiri di sampingku.
" Ei...le...na? " tanyaku heran, sambil melihat Haru.
" oh, Ayano-san, ini Eilena kakaknya Elen" jelas Haru.
" perkenalkan sa-"
" Haru, bawa dia" perintah wanita itu, dan berjalan pergi.
" eh? "
...
ckrek! ckrek! ckrek!
suara kamera terdengar jelas di telingaku...
cahaya Blitz terus saja membuat mataku tak berhenti berkedip...
" coba pose yang lain" perintah si fotografer.
[ mencoba pose yang lain ]
" oke..."
" teri-"
" kamu mau kemana? " tanya Eilena, saat aku beranjak dari dudukku.
" aku ingin ke toilet " jawabku.
" baiklah " kata Eilena.
...
" aku berkata ingin ke toilet tapi aku tidak bertanya dimana arah ke toilet " keluhku.
" dimana ya? " tanyaku pada diri sendiri.
sekitar 3 menit akhirnya aku menemukan toilet, dan saat aku ingin masuk...
" E...elen berhentilah " terdengar sebuah suara yang sudah tidak asing lagi di telingaku.
" nona Aiko...aku sangat mencintaimu..."
betapa terkejutnya aku saat mengintip ke dalam toilet, Elen sedang memojokkan Aiko di sudut ruangan dan mencumbui Aiko dengan nafsu. tanpa berkata apapun lagi, aku berlari dan kembali ke ruang pemotretan dengan perasaan yang aku sendiri tidak tahu apa namanya tapi kenapa perasaan ini sangat menggerogoti hatiku.
" kenapa kamu sangat lama? " tanya Eilena dengan tatapan yang dingin padaku.
" maafkan aku..." kataku pelan, dan kembali duduk di kursi ku.
" kenapa kamu membiarkan dia mencumbuimu ? batinku bertanya-tanya.
" Eilena, nona Aiko memanggilmu " kata Haru.
" Aiko?" batinku.
" hm " jawabannya dan langsung pergi meninggalkanku.
...
aku berusaha untuk terlihat baik-baik saja di depan Haru, berusaha untuk melupakan apa yang baru saja aku lihat.
" Haru, wanita itu sangat menakutkan " keluhku.
" begitulah dia..." jawab Haru.
" ke...kenapa Aiko belum keluar juga? " tanyaku.
" dia sedang berganti pakaian, mungkin sebentar lagi datang " jawab Haru.
" mengganti pakaian? setelah bercumbu di toilet? " batinku.
" kamu juga harus mengganti pakaianmu " kata Haru.
" eh, kenapa? " tanyaku heran.
" nona Aiko tidak memberi tahu mu? " tanya Haru balik.
" eh? "
...
" ano..."
" ah...anda terlihat sangat cantik nona Ayano " puji perata rias di sambingku.
" apa yang sebenarnya Aiko rencanakan..." keluhku.
" Sesi pemotretan segera dimulai..." teriak si fotografer dari luar.
" ayo Ayano-san " ajak Haru.
" aku seperti seorang pengantin..." batinku.
...
" Aiko..." gumamku, saat melihat Aiko di atas panggung dengan balutan jas putih yang membuatnya terlihat sangat menawan, tapi saat melihatnya ingatan itu kembali melintas di otakku membuatku merasa sangat kecewa.
" Ayano-san " panggil Haru yang membuatku terkejut.
" iya " jawabku sambil berjalan ke arah panggung.
" aku tidak tahu apa yang Aiko inginkan..." batinku.
" Aiko..." panggilku saat sampai di hadapan Aiko.
" hm " jawab Aiko yang sedang sibuk dengan jasnya.
" Aiko, kamu tahukan aku sangat benci saat memanggilmu kamu menjawab tapi tidak melihat ke arahku! " batinku kesal.
" Aiko..." panggilku lagi.
dan lagi-lagi dia menjawab tanpa melihat ke arahku.
" aku berharap kamu mau menjelaskannya padaku " batinku.
" menjengkelkan..." gumamku kesal.
" aku pergi " kataku dengan kesal, sambil berbalik ingin turun dari panggung.
" mau kemana? " tanya Eilena yang berada di anak tangga.
" oh..."
" aku..."
" aku ingin minum, aha...ha...ha..." jawabku ketakutan.
" Haru, dia ingin minum " perintah Eilena.
" silahkan Ayano-san " kata Haru sambil menyodorkan sebotol air.
" ma...makasih " jawabku dan tersenyum paksa pada Haru.
setelah minum aku kembali berdiri disamping Aiko, dengan hati yang kesal.
...
beberapa menitpun berlalu dan sesi pemotretan selesai, aku dan Aiko kembali ke ruang ganti kami masing-masing.
" aku ingin memakai Gaun ini saat aku menikah dengan Aiko " batinku,sambil tersenyum melihat bayangan diriku di cermin.
" A...APA YANG AKU PIKIRKAN?!! " batinku histeris, setelah menyadari apa yang baru saja aku pikirkan.
" tapi...aku berharap tidak ada yang bisa memisahkan aku dengan Aiko..." batinku, saat mengingat kembali kejadian beberapa waktu yang lalu.
" tapi..."
" kenapa ruangan ini tidak ada siapa-siapa? " tanyaku saat menyadari, tidak ada siapapun di ruang ganti ini selain diriku.
cklek!
" Aiko..." gumamku saat Aiko tiba-tiba masuk ke ruang gantiku.
" hmph! kamu tahu aku sedang marah padamu! " kataku sambil memutar kursiku membelakangi Aiko.
" Will You Marry Me? " tanya Aiko yang menatapku dari cermin.
hening~
aku tidak tahu apa yang harus aku katakan pada Aiko, kata-katanya sekarang sedang bergema di telingaku, otakku tidak bisa berpikir dengan jernih, dan jantungku berdegup sangat kencang.
" aku sudah memikirkannya selama ini, mungkin dengan menikah kita berdua tidak akan terpisah lagi, kamu juga akan terus ikut kemanapun aku pergi " jelas Aiko.
" apa aku baru saja di lamar seperti di film-film? " batinku.
" Eri..." panggil Aiko.
aku hanya bisa diam, aku tidak tahu kata-kata seperti apa yang harus aku berikan padanya. sisi lain aku sangat senang dilamar oleh orang yang aku cintai tapi di sisi lain ada yang ganjal di hatiku yang membuatku bingung, apalagi aku baru saja melihat sesuatu yang membuatku tidak bisa berpikir dengan benar. yang membuatku terkejut adalah saat aku mengangkat kepalaku dan melihat Aiko dari cermin sebuah ekspresi kecewa terpampang di wajahnya.
" Ai-"
" aku akan menyuruh Eilena mengganti pakaianmu " kata Aiko yang langsung berjalan keluar dari ruangan.
hening~
" ada apa denganku? "
" bukankah aku sangat mencintainya? tapi kenapa aku tidak bisa memberinya jawaban? " batinku, sambil melihat ke arah bayanganku di cermin.
setelah itu Eilena datang dengan beberapa asistennya dan membersihakan riasanku, mengganti pakaianku, setelah semuanya selesai Haru datang menjemputku untuk kembali ke kamarku.
" selamat beristirahat Ayano-san " kata Haru sambil menutup pintu kamarku.
" Aiko belum kembali? " tanyaku, saat menyadari Aiko yang belum pulang.
" Haru, kenapa Aiko belum kembali? " tanyaku.
" aku tidak tahu, tapi tadi aku melihatnya bersama Elen " jawab Haru dari balik pintu.
" Elen..." gumamku.
lagi-lagi perasaan aneh ini mulai menggerogoti hatiku.
" kenapa? " batinku bertanya-tanya.
" apa yang akan kamu lakukan dengan Elen? "
" aku sangat membenci perasaan ini "
" perasaan ini sama seperti saat Miu bersamamu "
" kecewa? "
" bukan...ini perasaan takut"
" aku takut orang lain merebutmu dariku..."
" aku hanya takut Elen benar-benar berhasil mengambilmu dari genggamanku "
aku terduduk di lantai dengan air mata yang terus saja mengalir.
" hatiku benar-benar sakit..." batinku.
" hiks...hiks..."
" Ayano-san, kamu tidak apa-apa? " tanya Haru dari balik pintu.
" aku sudah berusaha tersenyum dari tadi, aku berusaha terlihat baik-baik saja di hadapanmu " batinku.
cklek!
" Ayano-san, kamu kenapa? " tanya Haru yang tiba-tiba masuk.
" Haru..."
" aku...hiks...hiks...hiks...."
" tenanglah, apa yang terjadi? apa kamu dan nona Aiko bertengkar? " tanya Haru khawatir.
setelah Haru menenangkanku, aku mulai menceritakan semuanya pada Haru, tentang apa yang aku lihat, apa yang Aiko katakan padaku, dan perasaan yang ada di hatiku.
" APA!!"
" aku benar-benar harus menyuruh Yuzu ke sini " kata Haru dengan kesal.
" tapi kenapa kamu tidak menjawab lamaran nona Aiko? bukankah itu jalan yang terbaik agar kalian tidak pisah " jelas Haru.
" Elen..."
" dia benar-benar membuatku marah " kata Haru dengan ekspresi kesal di wajahnya.
" kenapa Aiko belum kembali..." kataku dengan pelan.
" Ayano-san, tolong jangan berpikir yang aneh-aneh, mungkin nona Aiko sedang kerja " kata Haru.
" hm " jawabku singkat.
" aku harus keluar, takutnya nona Aiko akan salah paham jika melihat aku di sini " kata Haru dan beranjak pergi.
" terimakasih telah menenangkanku " kataku.
" aku hanya menjalankanku " jawab Haru.
saat Haru keluar, aku membaringkan tubuhku di sofa, dan lagi-lagi air mataku keluar.
...
" hm? " sambil meraba-raba mencari telefonku.
" sudah jam segini..." kataku saat melihat ke layar telefonku menunjukkan pukul 20.22.
" Ai-"
" dia belum pulang? " tanyaku, saat melihat sekeliling tidak ada Aiko.
Drrrrt....Drrrrt...
" halo Ai-"
" aku Elen "
" apa yang kamu lakukan pada Aiko? " tanyaku dengan suara yang mulai gemetar.
" dia akan tidur bersamaku malam ini, kamu ingin mendengar suaranya? "
" hm...
" ke...na...pa..."
" kamu tidak menerimaku..."
aku hanya bisa diam mendengar suara Aiko lemas.
" apa dia mabuk? " tanyaku.
" entahlah...aku tidak tahu masalah kalian, tapi terimakasih karena akhirnya aku bisa tidur dengan Aiko malam ini " jelas Elen, dan langsung menutup telefonnya.
aku hanya bisa diam dan terduduk di sofa.
" salahku? " gumamku.
" Ai...ko..."
" tidur dengan Elen..."
" apa Elen akan melakukaknnya dengan Aiko? "
" Seandainya aku bisa menjawab pertanyaanmu, semua ini tidak akan terjadi " batinku.
beberapa menitpun berlalu dan aku masih saja terbaring di sofa, dengan air mata yang sudah mengering di pipiku.
"kenapa kamu tidak menerimaku? " kata-kata Aiko tiba-tiba saja terbesit di pikiranku, dan spontan membuatku terbangun.
" kenapa aku masih disini? "
" bukankah aku sangat mencintainya? "
" aku jauh-jauh dari jepang, ke sini untuk bertemu dengannya, tapi kenapa harus ini yang terjadi? " tanyaku pada diri sendiri.
" aku harus pe-"
DUBRAK!
" ERI! " panggil Aiko yang tiba-tiba masuk dengan suara pintu yang dibanting.
" A...Aiko..." panggilku dengan pelan.
aku hanya bisa diam melihat Aiko dengan dengan balutan selimut, yang menutupi tubuh tanpa busananya, dengan rambut yang acak-acakan, dan ekpresi yang tidak tahu bagaimana caranya aku artikan.
" INI..."
" apa yang ingin kamu katakan sekarang " batinku, saat Aiko membuka suara.
" INI TIDAK SEPERTI YANG KAMU PIKIRKAN! "
" aku tahu..." batinku.
" aku hanya pergi minum karena kamu tidak memberikanku jawab, dan saat Elen datang menjemputku aku melihatnya sebagai kamu, karena itu saat dia mengajakku aku mengikutinya, dan..."
" dan dia membuka pakaianku..."
aku masih saja melihat Aiko dan mendengar penjelasannya tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
" dan saat dia hampir mencumbui tu-"
" tidak! bukan..."
" kata-kata seperti apa yang harus aku berikan padamu supaya kamu mengerti? " tanya Aiko dengan ekspresi kebingungan.
" kamu pasti sekarang membenciku kan? " tanya Aiko.
" apa dia masih mabuk? " batinku.
" ini bukan salahmu, ini semua salahku..." kata Aiko dengan isak tangisnya.
" Ai- "
" mari akhiri ini " kata Aiko dengan raut wajah yang datar.
" ha? "
" Haru " panggil Aiko.
sedangkan aku hanya bisa diam terpaku mendengar apa yang Aiko katakan.
" iya nona Aiko " jawab Haru sambil membuka pintu.
" pesankan dia tiket untuk ke jepang sekarang " perintah Aiko.
" tapi nona Aiko ini sudah larut ma-"
" kamu tidak akan menurutiku? tanya Aiko.
" akan saya pesan seka-"
" baiklah, kalau begitu pindahkan dia ke kamar sebelah " perintah Aiko.
" tapi-"
" kenapa kamu sekarang membantahku? " tanya Aiko.
" ma-"
" aku sekarang tidak ingin berdebat Haru "
" apa kamu juga ingin aku pecat seperti Elen? " tanya Aiko.
" ha? Elen dipecat? " batinku, saat mendengar apa yang Aiko katakan.
" Ai-"
" apalagi? " tanya Aiko saat aku hendak memanggil namanya.
" apa-apaan tatapan kosong itu? " batinku, saat Aiko menatapku dengan tatapan kosong dan dingin.
" Haru, aku harus istirahat " kata Aiko sambil melihat ke arah Haru.
" ba...baik nona Aiko " jawab Haru.
" ayo Ayano-san " ajak Haru.
aku hanya bisa menuruti perintah Aiko, dan berjalan keluar bersama Haru. setelah itu Haru mengajakku ke kamar sebelah agar aku bisa istirahat.
" terimakasih Haru " kataku sambil menutup pintu kamarku.
" huuuuuft..." aku hanya bisa terduduk di sofa sambil menarik nafas berat.
pukul 23.50 dan aku masih saja melihat ke langit-langit kamarku. aku tidak bisa tidur dalam keadaan seperti ini, apalagi Aiko baru saja memutuskanku. aku bahkan tidak bisa menangis, bukan karena air mataku habis, melainkan aku merasa semua ini salahku, karena aku Aiko jadi seperti sekarang, karena aku Aiko memutuskanku walau sebenarnya hatiku merasa sangat sakit.
...
" Ayona-san ap-"
" sssst...diamlah " bisikku pada Haru yang sedang berjaga di pintu kamar Aiko.
aku membuka pintu kamar Aiko dengan pelan dan masuk ke dalam kamarnya, aku berjalan dengan langkah yang pelan menuju ke tempat tidur Aiko, dan melihatnya sedang terlelap dalam tidurnya. aku perlahan-lahan naik ke tempat tidur dan membaringkan tubuhku disampingnya.
" Eri..." panggil Aiko yang sedang setengah sadar.
" hmm aku disini " kataku sambil mengelus kepalanya dengan lembut.
" aku tidak yakin dengan apa yang aku lakukan sekarang, dan aku tidak akan peduli dengan apa yang akan terjadi besok pagi " batinku.
chuu~ sebuah ciuman singkat mendarat dibibirku saat aku hendak menutup mataku.
aku hanya bisa tersenyum melihatnya yang kembali tertidur.
" aku telah memutuskannya! " batinku.
...
" Aiko ayo menikah! " ajakku saat Aiko baru saja membuka matanya.
" jika kamu belum siap, aku tidak apa-apa " jawab Aiko sambil membalikkan badannya dan menarik selimut menutupi tubuhnya.
" apa dia masih di pengaruhi alkohol? " batinku.
" Aiko bukannnya kemarin kamu melamarku? "
" ayo menikah!"
" yes i do " kataku sambil menarik-narik selimutnya.
" Haru! " panggil Aiko sambil bangun dari tidurnya.
" ck! " sambil melihat ke arahku dengan tatapan kesal.
" CK! " batinku.
" iya nona Aiko? " tanya Haru sambil masuk ke dalam kamar dengan terburu-buru.
" kenapa kamu izinkan dia masuk? " tanya Aiko.
" ma...maafkan saya " jawab Haru.
" bukankah semalam kamu menciumku! " bentakku dengan kesal.
hening~
" cih! "
" apa kamu baru saja mengatakan CIH?!!! " kataku dengan kesal.
" apa yang kamu inginkan? " tanya Aiko sambil menatapku.
" kenapa dia? tatapannya sudah seperti semula, tapi kenapa? " batinku bertanya-tanya.
" aku..."
" aku..."
" aku-"
" Haru turuti perintahnya, apapun yang dia inginkan lakukanlah" jelas Aiko yang kembali menarik kembali selimutnya.
aku hanya bisa tersenyum bahagia sambil melihat ke arah Haru.
" kalau begitu aku akan bersiap-siap" kataku sambil beranjak dari kasur.
" aku akan menunggu di luar " kata Haru sambil berjalan keluar kamar.
selesai mandi aku mulai bersiap-siap untuk pergi bersama dengan Haru.
" kamu akan datangkan? " tanyaku saat sedang mengeringkan rambutku.
" hm, aku akan datang" jawabnya dari dalam selimut.
" sungguh? " tanyaku lagi.
" yes " jawabnya.
" jam 1 ya " kataku sambil mengingat tali sepatuku.
" hm " jawabnya.
" aku pergi du-"
" hm? "
chuu~
" pastikan kamu membuatnya meriah " kata Aiko setelah menciumku.
chuu~
" of course " jawabku sambil memegang kedua pipinya.
" jangan sampai telat! " tegasku.
" hm " jawabnya.
" bye-bye " kataku seraya keluar dari kamar.
" ayo Haru " ajakku dengan gembira
...
" Di hadapan Tuhan, Imam, dan para saksi, maka saya Azumi Aiko, dengan niat yang suci dan ikhlas hati telah memilihmu Ayano Eri menjadi pasangan hidup saya. Saya berjanji untuk selalu setia kepadamu dalam untung dan malang, dalam suka dan duka, di waktu sehat dan juga sakit, dengan segala kekurangan dan kelebihanmu. Saya akan selalu mencintai dan juga menghormatimu sepanjang hidupku. Saya bersedia menjadi orangtua yang baik bagi anak-anak yang akan dipercayakan Tuhan kepada saya dan akan mendidik mereka secara agama yang kita tempuh. Demikian janji saya demi Allah dankitab suci ini, semoga Tuhan selalu menolong saya "
" Nyonya Ayano Eri apa kamu bersedia dalam untung dan malang, dalam suka dan duka, di waktu sehat dan juga sakit, dengan segala kekurangan dan kelebihannya, dan akan selalu mencintai dan juga menghormatimu sepanjang hidupmu? "
" ya saya bersedia " jawabku dengan sengenap hati.
" sekarang kalian resmi menjadi pasangan hidup selamanya "
PROK! PROK PROK!
suara tepuk tangan sangat terdengar jelas di telingaku, ini adalah hari terbahagia dalam hidupku dimana seseorang yang sangat aku cintai benar-benar telah menjadi milikku.
" apa sekarang kamu senang? " tanya Aiko di tengah-tengah kegembiraan kami.
" hm " jawabku sambil menatap Aiko.
...
" apa kamu bahagia sekarang? " tanya Aiko syang sedang merangkul tubuhku di tempat tidur.
" aku rasa aku adalah wanita terbahagia di dunia " jawabku.
" besok kita akan kembali ke jepang " kata Aiko.
" HA!! " teriakku terkejut dan spontan membalikkan badanku menghadap Aiko.
" kenapa? " tanya Aiko.
" libur tinggal beberapa minggu, kita harus pulang " jelas Aiko.
" tunggu, apa yang harus aku khawatirkan? " tanyaku heran.
" hm? "
" aku lupa kalau kita tinggal bersama, jadi kenapa aku harus khawatir " jelasku, sambil memeluk Aiko.
" tidurlah, besok kita harus beres-bers " kata Aiko sambil mengelus kepalaku.
" hm " jawabku yang berada dalam dekapan Aiko.