Chereads / Es Kutub Yang Mencair / Chapter 16 - Merry Christmas dan Elen

Chapter 16 - Merry Christmas dan Elen

Merry Christmas sebentar lagi dan aku sekarang sedang sibuk mencari dekorasi ruangan yang bagus untuk menyambutnya bersama mereka bertiga, yang tak lain adalah Mamaku, mama, dan mommy.

" Eri..."

" Eri...bagaimana kalau kita pakai yang ini?" tanya mommy sambil menunjuk ke pohon natal di sampingnya berdiri.

" tidak Chuya, itu terlalu besar..." kata mama sambil menarik tangan mommy menjauh dari pohon Natal.

" Yuki, kamu setuju kan kalau kita pakai pohon yang ini?" tanya mommy.

" menurutku terlalu besar" jawab mamaku.

dan akhirnya perdebatan 1 melawan 2 pun dimulai...

" mereka bertiga selalu saja berdebat..." keluhku.

" aku akan mencari barang yang lain" kataku sambil berjalan menelusuri setiap rak hiasan pohon natal.

" aku pikir bola yang ini bagus" kataku saat memegang bola berwarna kuning keemasan.

beberapa menit kemudian semua aksesoris untuk pohon natal sudah aku kumpulan, dan sekarang tinggal bagian intinya yaitu pohonnya.

" sekarang kita lihat apa mereka sudah mendapatkan poho-"

" aku tidak akan pulang, jika tidak membeli pohon ini, hmph!"

" BELUM SELESAI JUGA?!!!" batinku histeris.

" mereka belum selesai berdebat" keluhku, sambil berjalan mendekati mereka.

" kak, saya ingin pohon yang ini" kataku pada seorang pelayan wanita yang sedang berusaha menenangkan mereka bertiga.

" oh iya, akan saya siapkan" jawab pelayan itu.

" maafkan ibu saya" kataku pelan pada pelayan tersebut, dan dia hanya menjawabku dengan senyumannya.

hening~

" berhentilah berdebat" kataku dan langsung pergi meninggalkan mereka bertiga.

...

" terimakasih" kataku setelah selesai belanja.

" aku seperti ibu tiri saja..." batinku.

tiba-tiba saat kita melangkah keluar toko...

" waaaah...."

aku melihat ke langit mendapati setitik demi setitik salju yang turun ke bumi.

" salju?" tanyaku pelan.

hampir setahun sudah aku tidak menerima kabar dari Aiko, dan sekarang...

" Salju pertamaku bersama mereka..." kataku pelan.

" Aiko, aku merindukanmu..." batinku.

(Sampai di rumah)

" ni-ni!!" panggil seorang anak kecil yang sedang berlari ke arahku.

"Tadaima Makoto" kataku yang langsung memeluknya.

Makoto adalah anak dari Azumi Manami saudara kembar Azumi Nanami yang tidak lain adalah ibunya Aiko.

...

" Eri kamu harus mencoba kue buatan ku" kata nenek saat aku mulai memasuki dapur.

" hmm~"

" ENAK!" kataku dengan tegas.

" Yuzu bilang, tidak enak hmph!" kata nenek dengan kesal.

" HAHAHAHAHAH" tawa Yuzu terbahak-bahak.

aku hanya tersenyum melihat ekspresi cemberut nenek dan tawa Yuzu.

" ni-ni!! ayo bermain" ajak Makoto.

" maaf Makoto aku harus membantu nenek memasak" kataku sambil mengelus kepala Makoto.

sudah sebulan aku di rumah utama, tinggal bersama keluarga besar Azumi, dan itu semua secara mendadak.

semua berawal ketika...

FLASHBACK ON

Hari penculikan

" ayano-san, apa yang akan kamu rencanakan untuk menyambut natal?" tanya kana.

" entahlah, aku belum memikirkannya" jawabku yang sedang melihat data-data para siswa.

" aku tidak mungkin pergi ke rumah utama, tanpa aiko" batinku.

" bagaimana kalau saat akhir tahun kita pergi berdoa di kuil?" tawar kana.

" aku akan memikirkannya" jawabku singkat.

" aku perhatikan dari hari pertama masuk semester baru, kamu mulai berubah, ada apa?" tanya kana penasaran.

" dia memperhatikanku?" batinku bertanya-tanya.

" mana mungkin" jawabku dengan ketus.

" jarang sekali aku melihat seorang Ayano Eri tersenyum, ada apa dengan dirimu?" tanya kana lagi.

" kamu hanya terlalu berfikir" jawabku.

" apa kamu sedang jatuh cinta?" tanya kana lagi.

" be-"

" sungguh?" tanya kana, yang tiba-tiba sudah mendekatkan wajahnya padaku, dan menatapku dengan tatapan misterius.

" AAAAH!!!! AKU HAMPIR SAJA MENAMPARNYA!!" batinku histeris.

" menjauhlah" kataku yang kembali melihat pekerjaan yang ada di mejaku.

" hm?"

" ada apa?" tanyaku, ketika melihat kana yang terus memperhatikanku.

" sejak kapan kamu mulai memakai cincin?" tanya kana.

" ini cincin pernikahan ibuku, dia memberikannya padaku" jawabku.

" oooh, benar juga, mana mungkin perempuan dingin seperti ayano, menerima cincin dari seseorang" jelas kana.

" AYANO-SAN!" panggil kana dengan tegas.

" aku-"

" aku menyukaimu?" kataku menyela perkataan kana.

" berhentilah..." kataku yang berdiri dan berjalan meninggalkannya.

"bel sudah berbunyi, cepatlah kembali ke kelas" kataku sebelum keluar dari ruang osis.

" untung saja aku sudah menyiapkan jawabnya sebelum ke sekolah" batinku.

waktu terus berjalan, dan aku berjalan ke stasiun kereta sendirian.

" membosankan" gumamku.

BRUK!

" maaf...maaf" kata seseorang yang baru saja menabrakku.

" ah~ menyebalkan" kataku

" bi-"

" maafkan aku!" teriaknya

" seorang perempuan" gumamku.

" sedang buru-buru?" tanyaku, sambil melihat perempuan itu yang sedang berlari terburu-buru.

" ahh...buku ku jadi berserakan semu-"

" eh ini bukan buku ku,teleponnya juga, apa punya perempuan tadi?" tanyaku, sambil membuka buku tersebut.

" model A.A..." bacaku pada salah satu lembar bukunya.

" tapi kenapa model ini, hanya ambil sebatas dagunya?" tanyaku heran, ketika melihat foto-foto model dengan pakaian yang terlihat mahal.

" dagunya..."

" postur tubuhnya..."

" ah...gambar ini di ambil baru beberapa bulan yang lalu"

" eh? prancis?"

" aku jadi ingat aiko" gumamku.

" hiisss tapi model ini terlihat seperti..."

BRUM! BRUUMM!

" eh? ada apa ini?" tanyaku terheran-heran, karena tiba-tiba beberapa mobil berhenti di depanku.

" tangkap dia!" perintah seorang laki-laki bertubuh besar.

" eh?! sia-"

"HMPH!"

" bagaimana ini, mereka terlalu kuat"

" kenapa..."

" kesadaranku..."

FLASHBACK OFF

setelah itu, aku terbangun dan berada di ruangan yang tidak aku ketahui, dan tiba-tiba neneknya aiko masuk dan mengatakan...

"SURPRISE!!!"

itu sungguh membuatku terkejut, dan ternyata mama, mommy, dan mamaku juga sudah ada di tempat, bahkan mereka juga terlibat dalam rencana menculikku.

...

01.40

" sudah sebulan aku di sini, dan kamar ini masih saja beraroma tubuh aiko..." gumamku yang memeluk bantal.

" ah! aku jadi ingat buku itu!" kataku yang mulai bergegas membuka tas sekolahku.

" kalau tidak salah ada nomor telepon bernama model A.A, mungkin aku bisa mengembalikannya, sekalian akan aku tanya siapa model di foto ini" jelasku.

TIT...TIT...TIT...

" ma-"

" ELEN!! kamu pulang ke jepang tanpa memberitahuku?!!"

sebuah suara yang sangat aku rindukan, tiba-tiba saja terdengar di telingaku, air mataku mulai menetes, dan mengalir tanpa henti.

" Elen? apa kamu menangis? " tanya suara itu.

" aiko aku sangat merindukanmu...seandainya aku bisa mengatakannya" batinku, dengan tangan yang berusaha menutup mulutku, dan air mata yang terus mengalir.

" elen? jangan bercanda? apa kamu menangis?" tanya suara itu lagi.

" apa yang akan terjadi jika aku memanggil namamu?" batinku.

" Elen...semalam aku minta maaf..." kata suara itu dengan lembut.

"eh?"

" aku hanya bisa menganggapmu seorang desainerku tidak bisa lebih" jelasnya.

" apa maksud Aiko?" batinku heran.

" apa aku harus tetap diam, agar tahu semuanya?" batinku.

" elen..." panggilnya.

" elen...apa kamu sedang menguji kesabaran ku?" tanyanya.

" haruskah aku jelaskan kenapa, aku tidak bisa menerimamu?" tanyanya lagi.

" baiklah, terserah padamu, tapi satu yang harus kamu tahu, aku tidak tertarik dengan cinta..."

Hatiku seperti hancur berkeping-keping, mendengar apa yang baru saja dia katakan.

" apa aku sungguh telah kamu lupakan?" batinku, yang sedang berusaha menahan suara tangisku.

" A...a...aiko..." panggilku.

" elen?" tanyanya.

" ini aku E-"

TIT...TIT...TIT...

" dia menutup teleponnya..." gumamku, ketika tertulis panggilan di akhiri.

" sudah kuduga, dia akan menutupnya, jika aku bersuara" batinku.

setelah itu, aku berusaha meneleponnya lagi dan lagi tapi nomor itu sudah tidak aktif lagi.

malam yang menyiksa mulai terjadi lagi padaku, aku pikir aku akan mulai terbiasa, tapi tetap saja...

" huuft...ada apa denganmu aiko?" gumamku.

" kenapa?" tanyaku di dalam kamar yang sunyi.

...

" eri...apa kamu sungguh masih tidur?" tanya nenek, yang tiba-tiba masuk.

" hm? tumben kamu tidur sangat lama" kata nenek yang berjalan mendekati kasurku.

" ah, semalam aku membaca buku hingga larut" jelasku.

" matamu memerah, apa kamu menangis?" tanya nenek khawatir.

" hahaha mana mungkin..."

" apa yang harus aku tangiskan" kataku yang berjalan ke kamar mandi.

cklek! [mengunci pintu]

" apa yang harus aku..."

" tangiskan..." kataku dengan suara yang mulai gemetar.

dan lagi-lagi air mataku keluar.

" siapa sebenarnya elen?" tanyaku pada bayanganku sendiri di cermin.

...

" ni-ni..." panggil makoto yang berlari menghampiriku.

" ah...ohayo makoto" sapaku.

" ohayo? ni-ni...ini sudah malam" kata makoto dengan wajah polosnya.

" benar juga, hari ini hari natal" batinku, ketika melihat orang-orang sedang menghias pohon natal yang kemarin kami beli.

" eh? malam?" tanyaku heran.

" apa ni-ni sakit? ni-ni tidur seharian" kata makoto.

betapa terkejutnya aku ketika melihat ke arah jam dinding yang menunjukan pukul 21.35 malam.

" oh, eri...apa yang terjadi padamu?" tanya ibunya makoto khawatir.

" aku juga tidak tahu, mungkin karena aku semalam tidur terlalu larut" jawabku.

" ayo eri, kamu akan memasang bintangnya" ajak mommy.

" maafkan aku..." kataku merasa bersalah.

" kenapa mama tidak membangunkanku?" tanyaku saat berdiri disamping mamaku.

" eh? bukan hanya mama, tapi kami satu rumah datang dan membangunkanmu, tapi kamu tidak merespon" jelas mama.

" bahkan kami menyuruh dokter pribadi rumah utama, memeriksamu, tapi beliau bilang kamu hanya sedang tidur" jelas mama nami.

" APA YANG TERJADI DENGANKU!!!!" batinku histeris.

" ayo ni-ni, pasang bintangnya" kata makoto dengan gembira.

...

" MERRY CHRISTMAS!!" orang-orang dengan gembira.

" ah, mommy ke belakang dulu " kata mommy yang langsung menuju halaman belakang.

...

" aku akan mengambil kue di belakang" kataku yang berjalan ke dapur.

( di dapur )

" aku harap mereka semua suka" kataku sambil membawa kue bertopping Santa.

" bagaimana kabarmu?" tanya suara dari luar.

" hm? "

" jaga dirimu di sana" kata suara itu lagi.

" mommy? dengan siapa mommy bicara?" tanyaku heran, sambil berjalan mendekati pintu.

" mommy..." panggilku.

" oh, eri...ada apa?" tanya mommy dengan ekspresi terkejut.

" ayo masuk, kita akan makan kue bersama" kataku.

" dengan siapa dia bicara, kenapa raut wajahnya terkejut begitu? " batinku heran.

" mommy bicara sama siapa?" tanyaku.

" oh... itu...ayahku" jawab mommy.

" apa dia akan datang?" tanyaku lagi.

" hm, dia akan datang, mungkin sebentar lagi " jawab mommy.

" aku harap kakek membawa kabar tentang aiko" batinku beharap.

20.00

" kakek!! " panggil makoto ketika kakek memasuki rumah.

" makoto, aku sangat merindukanmu " kata kakek yang langsung memeluknya.

" yoshida, kurang ajar kamu ya! " kata nenek marah-marah.

" apa aku berbuat salah? " tanya kakek.

" kamu membawa aiko tanpa persetujuanku! " bentak nenek.

suasanapun berubah menjadi tegang.

" ya...masalah di prancis juga mendadak jadi-"

" JADI KAMU MEMBAWA AIKO?! " bentak nenek.

" apa yang sedang terjadi ini, aku mulai merasa..." batinku khawatir.

" apa kamu memikirkan perasaan Eri?! " tanya nenek dengan suara tinggi.

" heh? aku? " batinku.

" ternyata selama ini, nenek mengkhawatirkanku " batinku.

" berikan nomor aiko padaku, aku harus bicara padanya " kata nenek.

" ka...kalau soal itu..."

" kenapa? " tanya nenek.

" aku tidak punya nomor teleponnya " jawab kakek ragu-ragu.

" HAH?!!! bagaimana bisa kamu tidak memilikinya" bentak nenek.

" yang mengetahui nomornya cuman elen dan haru, tapi-"

" tapi, kenapa? " tanya nenek menyela.

" elen, wanita desainer itu" batinku.

" siapa elen? " tanyaku pada Yuzu yang berada disampingku.

" elen itu teman masa kecil kami, dia sekarang menjadi seorang desainer di prancis " jelas Yuzu.

"oooh"

" aku dengar dia kembali ke jepang, tapi sudah berangkat lagi ke prancis, atas perintah aiko, jadi aku tidak bisa mendapatkan nomornya aiko " jelas kakek.

" bagaimana dengan Haru?" tanya nenek, yang mulai tenang.

" Haru bahkan mengganti nomor teleponnya, " jawab kakek.

" apa yang sedang aiko rencanakan? " kata nenek dengan pelan.

" kamu tenang saja, nona aiko tidak akan menduakanmu " bisik yuzu di telingaku.

aku hanya tersenyum, mendengar perkataan yuzu.

" aku harap begitu " batinku.

setelah semua masalah terselesaikan, suana kembali berubah, kami merayakan natal, dengan senyuman kebahagiaan.

Pada akhir tahun, kami semua berangkat ke kuil untuk berdoa, di kuil banyak sekali orang yang datang, dengan senyum kebahagiaan di wajah mereka.

" aku berharap, kami semua sehat selalu, begitu juga..."

" dengan aiko" doaku.

...

" kamu harus berhati-hati dengan Elen" kata Yuzu tiba-tiba.

" kenapa?" tanyaku heran.

" eh? kami belum tahu?" tanya Yuzu dengan heran.

" ayo cari tempat sunyi, disini terlalu ramai"kata Yuzu sambil menarik tanganku keluar dari kerumunan orang banyak.

...

hening~

" Yu..Yuzu...apa yang ingin kamu ceritakan?" tanyaku memecahkan keheningan.

" aku hampir lupa, " kata Yuzu.

" aku hanya ingin memperingatimu, berhati-hatilah dengan wanita bernama Elen itu" kata Yuzu dan mulai menatapku dengan serius.

" Elen? ada apa dengannya?" tanyaku heran.

" baiklah, akan aku ceritakan tentang wanita ular itu" kata Yuzu dengan serius.

" u...ular?" gumamku.

" itu terjadi saat nona Aiko duduk di bangku SMP..."

FLASHBACK ON

" nona Aiko, aku akan mengambilkan Teh hijau untukmu " kata Yuzu sambil beranjak pergi.

" aku sangat lelah..." keluh Aiko yang mulai tertidur.

...

Kejadian Pertama...

" nona Aiko aku-"

[bersembunyi dengan spontan di balik tembok]

" apa yang elen akan lakukan..." batin Yuzu, yang mulai mengintip.

" HAAAH?!!!! JANGAN BILANG DIA AKAN MENCIUM NONA AIKO!!" batin Yuzu histeris.

" ba...bagaiman ini, aku harus menghentikannya" kata Yuzu pelan.

" NONA AIKO, AKU MEMBAWAKAN TEH HIJA-"

" Ara...Elen? apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Yuzu berpura-pura tidak tahu.

" Ah! aku..."

" lihatlah ekspresi terkejutnya itu" batin Yuzu.

" aku..."

" hm, apa?" tanya Yuzu.

" aku...mau ambil ini!" jawab Elen sambil mengambil sebuah buku di meja.

" oooh"

" kalau begitu, aku permisi" kata Elen yang buru-buru pergi.

" takkan aku biarkan ciuman pertama nona Aiko untukmu, hmph!" kata Yuzu dengan tegas.

" nona Aiko aku membawamu teh" kata Yuzu dengan lembut.

" oh.. terimakasih" kata Aiko yang mulai bangun.

Kejadian Kedua

" Yuzu, apa kamu sudah bersihankan tempat tidurku?" tanya Aiko.

" Sudah nona" jawab Yuzu.

" selamat malam nona Aiko" kata Yuzu, sambil mempersilahkan Aiko masuk ke kamar.

...

" oh, apa gelasmu kosong? " tanya Yuzu.

" hm, tolong di isi" kata Aiko yang beranjak ke tempat tidur.

" kalau begitu saya permisi" pamit Yuzu, dan beranjak pergi.

...

" sejak kejadian itu, aku terus saja mengawasi gerak-gerik Elen" kata Yuzu dengan pelan.

" wanita, itu memang mencurigakan..." batinku.

" Yuzu! Yuzu!" teriak Haru.

" hey! berhentilah memanggilku keras-keras, atau kutendang!" bentak Yuzu kesal.

" apa?" tanya Yuzu.

" aku telah menggeledah Kamar Elen, dan kamu tahu apa yang aku temukan?" tanya Haru dengan Ekspresi gembira.

" tidak sia-sia aku meminta tolong dia ini" batin Yuzu.

" apa?" tanya Yuzu.

" Ternyata, Elen menyukai Nona Aiko!!" bisik Haru, dengan antusias.

" HAAAAH!!!" teriakku

" woi! jangan berisik" kata Haru.

" Aku sudah curiga, dari kejadian itu, tapi aku-"

" Yuzu...woi Yuzu...Airnya.."

" ah! ambil kain! ambil kain!" kata Yuzu, karena air yang terlalu penuh di gelas Aiko.

" oh iya Yuzu, aku tadi melihat Elen masuk ke kamar Nona Aiko" kata Haru dengan Wajah polosnya.

" Haru...kamu-"

" SANGAT BODOH!" teriak Yuzu dan berlari terburu-buru ke kamar Aiko.

(Didepan pintu kamar Aiko)

cklek! [ membuka pintu tanpa mengetuknya ]

" Elen, apa yang kamu lakukan lagi kali ini?" tanya Yuzu.

" ekspresi terkejut yang menjengkelkan!" batin Yuzu kesal.

" Aku..."

" kamu mengganggu, Istirahat nona Aiko, keluar" perintah Yuzu.

" baik..." Jawab Elen yang langsung bergegas keluar.

FLASHBACK OFF

" semenjak itu, Elen tidak pernah menyerah untuk mendekati nona Aiko, begitu juga dengan aku, yang terus saja memata-matai gerak-gerik Elen" Jelas Yuzu.

" Elen..." gumamku.

" ne Yuzu..."

" hm?"

" apa aku boleh bertanya sesuatu?" tanyaku dengan malu.

" silahkan" jawab Yuzu dengan lembut.

" apa kamu pernah sedikit saja, punya perasaan pada Aiko?" tanyaku.

" perasaan? maksudmu suka?" tanya Yuzu.

" be...begitulah" jawabku dengan malu-malu.

" hmmm, aku suka" jawab Yuzu dengan santai.

" HAA?!!" teriakku terkejut.

" suka dalam arti lain, aku menyukainya sebagai adik, lagi pula aku sudah punya Haru, bagaimana mungkin aku bisa menduakan Haru" jelas Yuzu.

" eh?"

" siapa?" tanyaku,

" otakku mulai ngelag" batinku.

" siapa apa?" tanya Yuzu heran.

" i...itu..."

" ooohh Haru?" tanya Yuzu memastikan.

" kamu, Pacaran dengan Haru?" tanyaku.

" eh? Nona Aiko tidak memberitahumu? Haru adalah Tunangan ku" jelas Yuzu.

" otakku sekarang, benar-benar tidak bisa mencerna setiap kata-kata Yuzu" keluhku.

" Yuzu..." panggilku.

" hm?"

" apa aku boleh bercerita?" tanyaku.

" boleh, bahkan aku siap jadi teman ceritamu" kata Yuzu sambil mengelus kepalaku.

" malam sebelum natal, aku menelfon Aiko..."

aku mulai menceritakan semuanya pada Yuzu, tentang kejadian malam itu, dan lagi-lagi aku menangis.

" Elen, kembali ke Jepang?" tanya Yuzu memastikan.

" lalu, dimana nomor telepon itu?" tanya Yuzu.

" aku menyimpannya, tapi nomor itu tidak aktif lagi" jawabku.

" tenanglah Eri..."

" aku kenal nona Aiko dengan jelas, mungkin dia punya alasan tersendiri" kata Yuzu, sambil mengelus kepalaku.

" onee-chan?" tanyaku.

" eh? Hahahahaha" tawa Yuzu terbahak-bahak.

" baiklah...kamu boleh menganggap ku kakakmu" kata Yuzu dengan senyuman hangatnya.

" Oh iya Yuzu...apa kamu punya nomornya Haru?" tanyaku.

" punya, tapi aku tidak bisa membe-"

" tidak, aku tidak akan meminta nomornya" jawabku dengan spontan.

" hm?"

" aku hanya ingin mendengar kabarnya saja," jawabku.

" Eri..."

" jika aku tahu, dia baik-baik saja, aku sudah merasa senang" kataku yang tertunduk.

" aku...aku baik-baik saja Yuzu! "

" aku percaya padanya..."

" dia berjanji akan pulang dan menjemput ku"

" Eri...ka-"

" aku baik-baik saja" kataku sambil menatap Yuzu dengan senyuman terpaksa di wajahku.

Deg!

" Eri..."

" kamu boleh menangis..." kata Yuzu pelan.

" Yuzu..." tangisku mulai pecah, dipelukkan Yuzu.

" aku sudah berusaha selama ini Yuzu..."

" Aku berusaha untuk tidak menangis, di setiap hari-hari ku"

" aku berusaha untuk terlihat baik-baik saja..."

" tapi, setelah mendengar perkataannya, aku..."

" aku..."

air mataku tidak berhenti mengalir, aku menangis tersedu-sedu di pelukan Yuzu.

" aku akan menelfon Haru, tenanglah" kata Yuzu sambil melepas pelukannya.

TIT...TIT...TIT...

" YUZU!!!! AKU PUNYA KABAR BURUK UNTUKMU!" teriak Haru tiba-tiba.

" berhentilah teriak Haru" kata Yuzu.

" ada apa?" tanya Yuzu.

aku hanya bisa diam, sesuai perintah Yuzu.

" Kamu tahu, malam sebelum natal, nona Aiko di telfon Ayano!" jelas Haru dengan histeris.

" lalu?" tanya Yuzu.

" aku tidak tahu dengan pasti, tapi kata-katanya seperti Boomerang untuknya, dia sekarang di kamar, dan tidak ingin keluar" jelas Haru.

" memangnya apa yang dia katakan?" tanya Yuzu, sambil melihat ke arahku.

" dia kira, dia sedang berbicara dengan Elen, makanya dia bilang tidak tertarik dengan percintaan, yaah kamu tahukan bagaimana si Elen itu" jelas Haru.

" bagaimana jika kamu yang berbicara dengan nona Aiko" tawar Haru.

" hmmm baiklah"

selang beberapa detik, telepon haru sudah ada di Aiko.

" nona Aiko..." panggil Yuzu

" hm" jawab Aiko singkat.

" apa kamu melakukan kesalahan?" tanya Yuzu.

" Yuzu!!!! datanglah ke Prancis SEKARANG!!!" bentak Aiko.

" eh? bagaimana bisa, aku harus mengurus nona Eri di-"

" itu!" kata Aiko.

" hm?"

" itu...itu...itu!!!!"

" aku membuat kesalahan Yuzu, bisakah aku hanya setahun di sini?!!!" teriak Aiko.

" Eri..."

" aku merindukannya..." kata Aiko pelan.

" AH! HARU APA DIA MABUK?!" teriak Yuzu, saat memahami sesuatu.

" aha...ha...ha...maafkan aku Yuzu..." kata haru.

" nona Aiko tolong tenanglah" kata yUzu,

" ini, seperti malam itu..." batinku.

" aku ingin memelukmu sekali saja..." batinku.

" Jaga dia baik-baik Haru! " perintah Yuzu, dan mengakhiri telefonnya.

" seperti yang aku katakan, dia memiliki alasan tersendiri" kata yuzu, sambil menatapku

" hm " jawabku.

" ayo pulang, ini sudah larut " ajak Yuzu.

" hm "

setelah mendengar kondisinya, sebuah keinginan mulai terlintas dibenakku.

" akan aku lakukan..." batinku.