Clarissa yang merasa tidak enak karena Arthur hari ini telah mengeluarkan banyak uang untuknya, tidak dapat menerima banyak sekali kebaikan Arthur itu secara cuma-cuma. Ia pun mencoba merogoh bagian dalam tas yang ia bawa, karena meskipun ia tidak membawa banyak uang cash, untungnya masih ada beberapa cek kosong yang dapat ia gunakan untuk mengganti uang yang telah di keluarkan Arthur untuknya. Karena tidak tau dengan pasti berapa nominal uang yang telah di keluarkan oleh Arthur, maka dari itu Clarissa hanya menuliskan perkiraannya saja, karena jika Ia bertanya kepada Arthur, pasti Arthur juga tidak akan memberitahunya. Setelah menuliskan cek sebesar 800 juta kemudian menandatanganinya, Clarissa pun segera memberikan cek itu kepada Arthur. "Aku tidak tau nominal pastinya, tapi aku harap kamu mau menerima ini karena aku merasa tidak enak padamu." Ucap Clarissa sambil menyerahkan cek di tangan kanannya itu.
Melihat Clarissa yang kini memberikan cek senilai 800 juta padanya, tentu saja membuat harga diri Arthur terluka. Meskipun begitu, karena terlalu merasa sayang kepada Clarissa, Arthur tidak bisa menolaknya dengan tegas. "Clarissa .... bukankah sebelumnya aku sudah mengatakannya padamu? Tidak usah merasa tidak enak, karena aku memang hanya ingin melakukan semua ini untukmu." Ujar Arthur dengan sangat lembut, agar tidak melukai perasaan Clarissa.
Meskipun Arthur menolak cek darinya tersebut, Clarissa tetap bersikeras agar Arthur mau tidak mau harus menerimanya. "Aku tau hal itu, tapi tetap saja aku merasa tidak enak. Kita hanyalah pasangan kontrak, aku tidak bisa terus-menerus menerima barang-barang mahal pemberian darimu." Kata Clarissa sambil mengangkat kedua alisnya.
Begitu mendengar kata-kata pasangan kontrak yang kembali terucap dari mulut Clarissa, membuat hati Arthur merasa sakit seolah sedang tersayat. Meskipun Arthur sendiri juga tau bahwa apa yang di katakan oleh Clarissa memanglah benar, namun entah mengapa batinnya seolah merasa tidak terima jika Clarissa mengatakan hal seperti itu padanya. Kini, tidak ada lagi yang bisa Arthur lakukan selain membuat Clarissa berhenti memaksanya dengan cara yang lebih lembut lagi, karena Arthur tau, jika Ia menjawab Clarissa dengan lebih tegas lagi, maka mereka berdua benar-benar akan bertengkar. "Aku menolak. Apa yang akan di katakan orang-orang nantinya jika mereka tau bahwa kamu memberikan uang padaku sebagai bayaran dari barang-barang yang sebelumnya ku belikan untukmu?" Demi mencegah pertengkaran yang nantinya mungkin saja akan terjadi di antara mereka, Arthur pun memutuskan untuk mengalah dan berbicara dengan nada bicara yang sangatlah lembut.
Apa yang Arthur katakan adalah benar, meskipun mereka berdua tidak mungkin akan membocorkan mengenai masalah ini, namun mungkin saja akan ada pihak luar yang membicarakan hal tersebut. Demi menjaga nama baik Arthur sebagaimana Arthur memperlakukannya dengan baik, Clarissa pun memasukkan kembali cek yang semula ia pegang ke dalam tas. "Baiklah kalau begitu. Tapi berjanjilah padaku, bahwa kamu tidak akan mengeluarkan uang secara gila seperti tadi untukku lagi." Untuk mencegah terjadinya kejadian seperti hari ini di masa depan nanti, Clarissa bahkan sampai mengancam Arthur meskipun sebenarnya ia merasa tidak enak di dalam hatinya.
Arthur pun tersenyum, ia hanya mengiyakan ancaman dari Clarissa agar masalah kali ini cepat selesai dan hubungan mereka tidak menjadi lebih buruk dari ini. "Baiklah, akan ku lakukan sesuai dengan keinginanmu." Meskipun Arthur berkata seperti itu, namun tentunya ia tidak dapat menepati ucapannya. Setelah itu pun, suasana menjadi hening karena di sepanjang perjalanan Clarissa hanya bermain ponsel sementara Arthur fokus menyetir. Arthur sempat menawarkan kepada Clarissa untuk singgah di suatu restoran ternama untuk mengisi perut sebelum pulang, namun Clarissa menolak hal itu dengan alasan ia sudah terlalu lama meninggalkan Cintya. Maka dari itu, kini Arthur pun menuju kembali ke hotel tempat Clarissa menginap untuk mengantarnya pulang.
****
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, pada akhirnya mereka berdua pun sampai di parkiran hotel tempat Clarissa menginap. Meskipun sebenarnya Clarissa meminta agar Arthur tidak perlu ikut turun dan mengantarkannya sampai ke dalam agar Arthur dapat segera pulang, namun Arthur yang keras kepala itu tetap bersikeras untuk turun dan mengantarkan Clarissa sampai ke dalam. Karena Clarissa tidak memiliki tenaga lagi untuk melarangnya, maka dari itu kini Clarissa hanya membiarkan Arthur yang terus mengikutinya dari belakang dalam jarak yang cukup jauh.
Tak lupa sebelum turun dari mobil, Clarissa memakai masker kembali untuk menutupi wajahnya agar tidak ada yang mengenalinya. Sementara itu, Arthur pun melakukan hal yang sama karena meskipun sebenarnya ia tak masalah jika wajahnya di kenali oleh banyak orang, namun ia tetap memakai masker demi menjaga identitas Clarissa agar tidak terkuak sebelum waktu yang Clarissa inginkan. Arthur tak hanya mengantarkannya sampai ke loby, namun Arthur justru terus mengikuti Clarissa secara diam-diam sampai menaiki lift untuk menuju ke kamarnya. Tentu saja Clarissa yang tidak lagi menyadari kehadiran Arthur pun berfikir bahwa Arthur telah pergi dan terus berjalan seperti biasa menuju ke kamarnya.
Begitu sampai di lantai dua setelah menaiki lift selama beberapa saat, terlihat dari kejauhan, Cintya sedang duduk dengan terus menatapnya di sebuah cafe yang berada di seberang kamar mereka. Hanya dengan melihat dari gerak-gerik Cintya pada saat duduk pun Clarissa sudah dapat menebak, bahwa sekarang ini Cintya pasti sedang bersiap untuk memarahinya setelah menunggunya untuk pulang cukup lama. Menyadari akan hal itu, Clarissa pun segera menghampiri Cintya sebelum berganti pakaian di dalam kamarnya. "Cintya, kenapa kamu justru berada di sini dan tidak masuk ke dalam? Ayo kita masuk ke dalam, sekarang sudah saatnya bagimu untuk beristirahat." Tutur Clarissa yang memperlakukan Cintya dengan sangat perhatian agar dapat mengurangi rasa kesal di dalam hati Cintya.
Melihat Clarissa yang baru saja pulang dan bersikap sangat baik padanya seperti sekarang ini, membuat Cintya pun dapat menebaknya, bahwa Clarissa yang tadi tiba-tiba menghilang saat ia sedang mengambil air soda sebentar, pasti adalah untuk pergi bersama dengan Arthur. "Dari mana saja Anda? Kenapa Anda tiba-tiba menghilang pada saat saya mengambil air tadi? Apakah Anda benar-benar pergi bersama dengan Tuan Arthur meskipun sudah saya larang?" Tanya Cintya dengan sangat penasaran.
Entah apa jawaban yang harus Clarissa berikan sekarang ini untuk meredakan rasa kesal Cintya. Sejujurnya Clarissa pun terus bertanya-tanya di dalam hatinya mengenai apa alasan sebenarnya dari Cintya yang terlihat begitu membenci Arthur sampai tidak memberikan ijin kepadanya untuk pergi bersama dengan Arthur karena Arthur yang berada di depannya, adalah seorang pria yang sangatlah baik.