Dengan melihat penampilan Arthur yang kini sudah tidak lagi terlihat rapi, tentunya membuat Clarissa yang penuh perhatian itu pun langsung dapat mengetahuinya dengan jelas, bahwa rupanya sekarang ini Arthur tengah berbohong kepadanya dengan mengatakan sesuatu yang berbanding terbalik dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi. "Benarkah? Tapi kelihatannya, tidak seperti itu, ya." Ujar Clarissa yang menunjukkan dengan terang-terangan, bahwa ia mengetahui jika Arthur tengah membohonginya sekarang ini.
Mendengar Clarissa yang rupanya menyadari kebohongannya itu, membuat Arthur pun tidak dapat lagi mengelak. "Rupanya aku ketahuan, ya? Haha, sayangnya aku tidak memiliki kemampuan berbohong yang cukup bagus. Apa yang kamu duga benar, sebenarnya aku sudah menunggumu cukup lama, tapi tenang saja karena aku tidak masalah dengan hal itu." Melihat Clarissa yang kini tampil cantik di depannya, Arthur pun tentunya dapat mengetahui, bahwa di perlukan cukup banyak waktu bagi wanita untuk berdandan meskipun make up yang di gunakan sangat natural.
Mumpung sudah seperti ini, Clarissa pun sekalian saja bertanya mengenai apa alasan Arthur yang tidak menelfonnya begitu sampai meskipun terlihat membawa ponsel di saku celananya. "Kenapa Anda tidak langsung menghubungi saya saja begitu datang? Padahal jika Anda melakukan itu, Anda tidak perlu menunggu lama dan sampai meminta salah seorang pegawai hotel menemui saya terlebih dahulu." Kata Clarissa.
Apa yang Clarissa katakan benar, memang jika Arthur melakukan hal itu, tentunya ia tak perlu menunggu Clarissa untuk turun dalam waktu yang lama. Namun sayangnya Arthur tidak dapat melakukan hal itu, jika mengingat dengan sekretaris Clarissa yang tampaknya tidak menyukai dirinya. "Apa yang kamu katakan memang benar, tapi sayangnya aku tidak bisa melakukan hal itu, karena mungkin saja akan ada seseorang yang tidak mengizinkanmu untuk pergi hanya berdua saja denganku." Jawab Arthur sambil tersenyum ringan.
Tentu saja begitu mendengar kata seseorang yang keluar dari mulut Arthur, Clarissa sudah bisa menebak, bahwa sebutan itu tak lain dan tak bukan, adalah di peruntukan Cintya. Meskipun begitu, Clarissa langsung bertanya kepada Arthur, mengenai dari mana Arthur dapat mengetahui hal yang benar-benar terjadi itu. "Bagaimana bisa Anda memprediksinya?" Tanya Clarissa yang merasa heran, karena Arthur seolah benar-benar dapat meramalkan apa yang akan terjadi ke depannya.
Sebenarnya, Arthur tidak memiliki kemampuan semacam apa yang di pikirkan Clarissa. Ia hanya sekedar menebaknya saja, karena dari perilaku sekaligus tatapan yang di tunjukkan oleh Cintya padanya tadi, menunjukkan bahwa Cintya memang tidak menyukai jika Clarissa memutuskan untuk menunjuk dirinya sebagai patner kontraknya. "Tidak ada hal yang spesial, hanya saja aku memiliki perasaan yang sedikit sensitif terhadap sekitarku. Bagaimana mungkin aku tidak menyadari hal itu sementara sewaktu bertemu sekilas tadi, sekretarismu itu terus menatapku dengan tajam?" Karena itulah Arthur berfikir, bahwa meminta pegawai hotel untuk menjemput Clarissa terlebih dahulu adalah cara yang paling tepat, karena mungkin saja jika tadi ia benar-benar menelfon Clarissa, yang mengangkatnya adalah Cintya.
Begitu mengetahui bahwa rupanya Cintya telah berbuat tidak sopan seperti itu kepada Arthur, membuat Clarissa sebagai atasan dari Cintya sekaligus orang yang bertanggung jawab untuknya merasa tidak enak. Karena Arthur adalah patner kontraknya, dan di sini Clarissa lah pihak yang meminta tolong padanya, seharusnya Arthur tidak mendapatkan perlakuan buruk dari sekretarisnya itu. "Saya meminta maaf mewakilkan Cintya, tolong maafkan tindakannya yang tidak sopan dan juga saya yang lengah dalam mendidiknya. Setelah ini, saya pasti akan langsung menegurnya." Meskipun begitu, Clarissa merasa bahwa Arthur adalah orang yang mengerikan, karena ia terlalu memperhatikan sekitarnya dengan sangat teliti seperti ini.
Padahal Arthur mengatakan hal tersebut bukan untuk menginginkan permintaan maaf dari Clarissa, namun melihat Clarissa yang bahkan sampai meminta maaf kepadanya atas kesalahan yang bahkan tidak ia perbuat, membuat Arthur pun justru merasa bingung karena tanpa sadar ia telah membuat situasi terasa canggung sekarang ini. "Aku mengatakan hal itu bukan untuk menginginkan permintaan maaf darimu, aku mengatakannya karena kamu bertanya tadi. Sudahlah, tidak perlu sampai meminta maaf seperti itu, ini bukanlah kesalahan siapapun. Wajar saja jika sekretarismu bersikap seperti itu kepada orang asing sepertiku." Meskipun di depan Clarissa, Arthur mengatakan hal seperti itu seolah perlakuan buruk Cintya yang ia terima bukanlah masalah besar, namun tentunya di dalam hati, Arthur tetap merasa sangat kesal kepada Cintya.
Clarissa merasa lega, karena rupanya Arthur tidak mempermasalahkan perilaku Cintya yang ketus padanya, namun tentunya Clarissa sewaktu kembali nanti, harus tetap meberikan teguran kepada Cintya. Karena ia dan Arthur masih harus menjadi patner dan sering bertemu untuk beberapa bulan ke depannya, tentu saja Clarissa tidak dapat membiarkan hal seperti ini terjadi lebih lama. Sekarang, Clarissa pun mengalihkan topik pembicaraan mereka sekalian bertanya mengenai pertanyaan yang semenjak tadi terus mengganggu pikirannya. "Ngomong-ngomong, dari mana Anda mengetahui nomor kamar saya? Karena saya bahkan tidak memesan kamar di hotel ini dengan menggunakan nama asli, dan saya tidak memberitahu Anda sebelumnya." Ucap Clarissa yang merasa heran dengan kehebatan yang di miliki Arthur.
Mendengar Clarissa yang bertanya hal seperti itu padanya, rasanya membuat Arthur ingin tertawa. "Kamu melupakan kenyataan penting, Clarissa. Aku adalah Arthur Edward, tentu saja tidak ada hal yang tidak dapat aku ketahui. Mulai sekarang, ada baiknya jika kamu terbiasa dengan hal-hal seperti ini." Jawab Arthur sedikit menyematkan nada candaan dalam ucapannya barusan.
Padahal jika Arthur mengatakan sekali lagi bahwa ia hanya menebaknya saja, Clarissa sudah berniat untuk menentang hal tersebut, namun tak di sangka jika Arthur rupanya memberikan jawaban lain. Apa yang Arthur katakan benar, sejenak Clarissa melupakan kenyataan penting bahwa pria yang kini berdiri di depannya, dan orang yang menjadi patner kontraknya, adalah seorang konglomerat terkenal di negaranya ini. Dengan kekuasaan tinggi yang di milikinya itu, tentu saja bukanlah hal yang sulit bagi Arthur jika hanya untuk mengetahui nomor kamarnya. "Saya akan mengingatnya." Jawab Clarissa sambil tersenyum.
Arthur pun berdiri, ia menatap jam yang berada di telapak tangan kirinya itu, tak terasa rupanya sudah cukup lama mereka menghabiskan waktu untuk mengobrol ringan berdua, dan tentunya Arthur pun sangat menikmati waktu itu karena Ia habiskan bersama dengan wanita yang ia sukai. Namun sayangnya, kini mereka tidak dapat lagi mengulur waktu, karena semakin cepat mereka sampai di butik dan mengukur tubuh, tentunya akan semakin baik. "Kalau begitu, apakah kita bisa pergi sekarang, Nona?" Tanya Arthur sambil mengulurkan tangan kanannya untuk meminta tangan Clarissa.
Lagi-lagi, Clarissa pun di buat tersenyum dengan perilaku Arthur yang tak terduga. Tanpa banyak berfikir, Clarissa pun langsung menaruh tangan kanannya di atas uluran tangan Arthur tersebut sambil mengatakan. "Baiklah, Tuan." Jawabnya yang ikut memilih kosa kata itu dengan sengaja, untuk menyamakan ucapan Arthur padanya tadi.