"Nona ... apakah Anda benar-benar hanya akan pergi berdua saja dengan Tuan Arthur? Tolong biarkan saya ikut, Nona. Bagaimana nanti jika Tuan Arthur justru melakukan hal buruk kepada Anda?" Semenjak tadi, Cintya tak henti-hentinya menempel kepada Clarissa dan memohon agar dapat di berikan izin untuk ikut pergi dengannya. Perasaan Cintya seolah tidak rela, jika harus membiarkan Clarissa hanya pergi berdua saja dengan Arthur tanpa di dampingi oleh siapapun.
Kini, Clarissa benar-benar sudah lelah mendengarkan Cintya yang terus memohon kepadanya semenjak tadi. Entah apa yang harus ia lakukan sekarang ini agar Cintya dapat mengerti dan merelakannya pergi berdua saja dengan Arthur. "Aku percaya bahwa dia bukanlah pria seperti itu. Sekarang bersikap tenanglah dan jangan khawatir, aku akan pulang dengan selamat." Meskipun Clarissa baru mengenal Arthur secara dekat belum lama ini, namun Clarissa yang sebelumnya selalu bersikap waspada kepada siapapun itu, entah kenapa kini merasa sangat yakin dan percaya bahwa Arthur tidak akan melakukan hal buruk kepadanya.
Mendengar Clarissa yang tak kunjung berubah pikiran sampai akhir, membuat Cintya pun merasa geram, apa lagi begitu mendengar Clarissa yang rupanya begitu yakin bahwa Arthur tidak akan melakukan sesuatu yang buruk padanya meskipun masih belum cukup lama semenjak mereka berdua saling mengenal, rasanya emosi di dalam hati Cintya pun mencuat keluar. "Bagaimana bisa Anda seyakin itu? Saya tidak peduli, saya baru akan membiarkan Anda pergi jika Anda memberi izin kepada saya untuk ikut." Ucap Cintya yang mempertahankan sikap keras kepalanya itu sampai akhir.
Clarissa sekarang benar-benar kelelahan untuk menghadapi sikap Cintya, kini tidak ada pilihan lain lagi bagi Clarissa, selain bersikap tegas kepada Cintya. Namun sayangnya, sebelum Clarissa benar-benar melakukan hal itu, terdengar suara ketukan pintu dari luar ruangan kamar hotel mereka dan membuat perhatian keduanya pun jadi teralihkan. Meskipun kini keduanya tengah bertengkar, Clarissa pun memutuskan untuk menghentikan terlebih dahulu pertengkarannya dengan Cintya kemudian pergi untuk membuka pintu tersebut untuk mengecek siapa yang sebenarnya datang dan mengetuk pintu kamar mereka di tengah malam seperti ini. Clarissa pun berjalan mendekati pintu, kemudian membukanya sedikit.
Begitu membuka pintu, dengan sebagian wajahnya yang kini tertutup oleh masker agar tidak ada seorang pun yang dapat mengenalinya, Clarissa pun mengintip sedikit keluar pintu untuk melihat siapa yang datang di tengah malam seperti ini. Terlihat ada seorang wanita yang memakai seragam yang sama dengan beberapa pegawai hotel yang Ia lihat tadi berdiri di depan pintu kamarnya. "Ada apa?" Tanya Clarissa sedikit merubah suaranya agar tidak dapat dengan mudah di kenali.
Setelah memastikan bahwa ciri-ciri wanita di depannya sekarang ini sangatlah mirip dengan wanita yang di sebutkan oleh seorang pria tadi, pegawai hotel pun menyampaikan sesuatu kepada Clarissa. "Apa benar Anda kekasih dari Tuan Arthur? Jika iya, Tuan Arthur sekarang ini meminta Anda untuk segera menemuinya di bawah." Tutur pegawai tersebut dengan sedikit berbisik, untuk menjaga agar apa yang tengah ia sampaikan sekarang ini tidak terdengar oleh siapapun kecuali mereka berdua.
Mendengar pegawai hotel tersebut yang menyebutkan nama Arthur, membuat Clarissa pun kembali teringat dengan janji yang telah ia buat malam ini. Karena terlalu berfokus dengan Cintya, Clarissa bahkan sampai melupakan hal penting bahwa setelah ini Arthur akan datang untuk menjemputnya sesuai dengan ucapannya ketika di telfon tadi. Bukannya menyebutkan namanya, melainkan statusnya yang kini sebagai kekasih dari Arthur, membuat Clarissa pun merasa senang dengan Arthur yang memperhatikan kenyamanannya sampai seperti ini. Karena itulah Clarissa merasa bangga, karena ia tidak memilih pria yang salah sebagai patner kontraknya. Meskipun begitu, tentunya sekarang ini Clarissa merasa penasaran, dari mana Arthur dapat meminta seorang pegawai hotel untuk datang ke kamarnya karena sebelumnya ia bahkan tidak pernah menyebutkan nomor ruangan kamarnya kepada Arthur, dan ruangan kamarnya sekarang ini bukan ia pesan dengan menggunakan nama aslinya ataupun Cintya.
Namun tentunya, mengingat kembali dengan Arthur yang kini sedang menunggunya untuk datang di bawah, membuat Clarissa pun tidak dapat berdiam diri dan membuat Arthur merasa bosan karena harus menunggunya lebih lama lagi. "Benar, aku adalah kekasihnya. Bisakah antarkan aku padanya?" Karena sampai sekarang ini tidak lagi terdengar suara Cintya dari dalam ruangan, Clarissa pun memanfaatkan situasi ini dengan berfikir bahwa sekaranglah waktu yang tepat baginya untuk pergi diam-diam meninggalkan Cintya seorang diri.
Pegawai hotel tersebut pun menganggukkan kepalanya, sesuai dengan permintaan Clarissa tadi, pegawai hotel tersebut mengantarnya ke sebuah ruangan tunggu privat, di mana Arthur sudah cukup lama menunggunya. "Sekarang dari sini Anda hanya tinggal lurus saja, kemudian belok kanan." Tutur pegawai hotel tersebut begitu mereka selesai menaiki lift untuk turun ke lantai bawah.
"Baiklah, terimakasih karena telah mengantarku." Kata Clarissa mengucapkan terimakasih kepada pegawai hotel tersebut. Setelah memastikan bahwa kini tidak ada satu orang pun di sekitarnya, membuat Clarissa pun dapat melepaskan masker yang semenjak tadi terus membuatnya sesak tanpa merasa khawatir jika ada seseorang yang melihatnya. Kini Clarissa dapat bernafas dengan lega, ia berjalan melewati lorong tersebut sesuai dengan perkataan pegawai hotel yang tadi mengantarnya. Dan tak lama kemudian, setelah belok ke arah kanan, pada akhirnya Clarissa pun dapat menemukan Arthur yang benar-benar datang seorang diri sesuai dengan ucapannya tadi.
****
Akibat pendengarannya yang cukup sensitif, Arthur pun dapat menyadari kedatangan seseorang melalui langkah kakinya meskipun sekarang ini, sepatu yang Clarissa gunakan tidak memiliki hak yang dapat menyebabkan bunyi yang keras. Arthur pun langsung memasang sikap waspada, karena ia ingin agar kedatangannya untuk menjemput Clarissa sekarang ini tidak dapat di ketahui oleh siapapun agar situasi ke depannya dapat berjalan sesuai dengan keinginan Clarissa. Semakin lama, suara langkah kaki itu pun terdengar semakin mendekat ke arahnya. Sebelum Arthur benar-benar berniat untuk bersembunyi, Arthur terlebih dahulu menyadari bahwa rupanya seseorang yang datang itu adalah Clarissa yang semenjak tadi ia tunggu-tunggu.
Begitu melihat Arthur secara dekat, Clarissa pun memanggil namanya dengan pelan. "Rupanya aku telah membuatmu menunggu lama ya, Arthur." Kata Clarissa sambil terus berjalan mendekati Arthur yang duduk di depan meja bundar.
Meskipun hanya memakai pakaian yang sederhana, namun aura yang memancar keluar dari tubuh Clarissa itu, seolah membuat Arthur kembali jatuh hati hanya dengan melihatnya. "Tidak, aku baru saja datang." Meskipun sebenarnya sudah cukup lama Arthur menunggu kedatangan Clarissa yang tak kunjung turun, namun karena takut jika nantinya Clarissa merasa tidak enak padanya, Arthur pun memutuskan untuk berbohong kepada Clarissa dengan mengatakan bahwa dirinya baru saja sampai di hotel tersebut.