Entah kenapa, rasanya perasaan sedih kini bergejolak di dalam hati Arthur saat mengetahui bahwa dirinya dan Clarissa akan berpisah lagi. Meskipun Arthur sebenarnya sangat ingin sekali memeluk Clarissa, sayangnya Ia tidak bisa melakukan hal itu dan membuat Clarissa semakin merasa tidak nyaman dengan sikapnya. "Apa yang kamu katakan benar, maafkan karena aku sebelumnya berniat untuk menahanmu di sini." Ujar Arthur dengan raut wajahnya yang terlihat sedih.
Meskipun sebelumnya Clarissa memang berniat untuk pergi tanpa adanya perasaan sungkan, entah mengapa begitu melihat raut wajah Arthur yang sedih sekarang ini seperti sedang memendam sesuatu, membuat Clarissa pun jadi merasa tidak enak untuk pergi dan meninggalkannya. Namun, sayangnya Clarissa tetap tidak bisa untuk tetap berada di rumah Arthur, Ia pun memutuskan untuk menyingkirkan pikiran buruknya itu. "Tidak masalah. Setelah ini saya akan segera pergi ke penginapan untuk berisrirahat." Jawab Clarissa.
Sebelum Clarissa benar-benar pergi dari hadapannya, tentunya Arthur tidak ingin melewatkan kesempatannya untuk meminta nomor Clarissa terlebih dahulu. "Sebelum itu, tidak bisakah kamu meninggalkan nomor telfonmu untukku? Karena tampaknya, ada beberapa hal yang masih harus kita bicarakan berdua." Meskipun sebenarnya niat Arthur meminta nomor telfon Clarissa bukanlah hanya untuk sekedar membicarakan mengenai masalah kesepatakan di antara mereka, tentunya Arthur tidak dapat mengatakan dengan jujur mengenai niatnya itu dan justru sedikit berbohong.
Apa yang Arthur katakan benar, tampaknya tubuhnya sekarang ini benar-benar merasa lelah sampai-sampai melupakan hal penting seperti itu. "Ah, tampaknya saya sudah melupakan hal yang penting, ya." Setelah mengatakan itu, Clarissa pun merogoh saku bajunya dan meraih sebuah kartu namanya yang di dalamnya terdapat nomor telfonnya kepada Arthur.
Sementara itu, tentunya Arthur pun merasa sangat senang sekali, karena dengan memiliki nomor telfon Clarissa, kesempatannya untuk bisa menjadi lebih dekat dengan Clarissa pun dapat terwujud. "Terimakasih. Aku pasti akan langsung menghubungimu nanti." Ucap Arthur yang menerima kartu nama pemberian Clarissa dengan sangat senang hati.
Tampaknya, kini sudah tidak ada lagi yang Ia lupakan. Melihat ekspresi wajah Arthur yang terlihat senang setelah menerima kartu nama pemberian darinya, membuat Clarissa pun kini tidak lagi memiliki sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya sebelum pergi. "Baiklah kalau begitu, karena tampaknya sudah tidak ada lagi yang harus kita bicarakan sekarang, saya akan pergi." Kata Clarissa yang kembali memakai tas selempangnya.
Meskipun tentunya Arthur masih merasa sedih dengan kepergian Clarissa dari hadapannya, namun perasaanya sudah tidak terlalu buruk seperti sebelumnya karena setidaknya sebelum Clarissa benar-benar pergi, Arthur sudah mendapatkan apa yang Ia inginkan terlebih dahulu. "Baik, aku akan mengantarmu sampai ke depan." Ucap Arthur sambil memimpin jalan, kemudian membukakan pintu untuk Clarissa keluar dari dalam ruangannya.
Clarissa pun mengangguk, Ia mengikuti Arthur dari belakang. Begitu pintu terbuka pun, terlihat adanya Cintya dan juga Jackson yang rupanya sedang menunggu mereka di luar ruangan. Dengan ekspresi wajah Cintya yang terlihat kesal seperti sekarang ini, Clarissa pun sudah bisa memprediksi, bahwa sepertinya ada sesuatu yang terjadi dengan Jackson dan Cintya selama Ia berada di dalam. Meskipun begitu, Clarissa tidak berniat untuk menanyakannya sekarang demi menghindari adanya keributan yang mungkin saja terjadi nantinya. "Cintya, mari kita pergi." Tutur Clarissa dengan singkat.
Cintya pun mengangguk, begitu menyadari Clarissa yang kini keluar dari dalam ruangan setelah cukup lama membiarkannya untuk menunggu, Cintya pun langsung menghampiri Clarissa dengan cepat. Pada akhirnya sekarang Cintya dapat bernafas dengan lega kembali, karena dengan Clarissa yang kini sudah menyelesaikan urusannya dan berniat untuk kembali, Cintya tak lagi harus menghabsikan waktunya bersama dengan asisten Arthur yang membuatnya terus merasa kesal itu. "Baik, Nona." Jawab Cintya dengan begitu menurut pada Clarissa.
Sesuai dengan ucapan Arthur tadi, Arthur benar-benar mengantarkan Clarissa sampai di depan rumahnya dengan penuh hormat. Bahkan sebelum Clarissa pergi dengan menaiki mobil pun, tidak pernah sedikit pun Arthur mengalihkan pandangannya. Setelah melepas kepergian Clarissa sambil terus melambaikan tangannya itu pun, ekspresi wajah Arthur yang semula terlihat sangat senang dan ramah, kini berubah menjadi serius. Jackson yang melihatnya pun, memberanikan diri untuk bertanya kepada Arthur, mengenai apa sebenarnya yang tengah Arthur pikirkan sekarang ini. "Tuan, apa obrolan Anda dengan Nona Clarisaa tadi berjalan dengan lancar?" Tanya Jackson tanpa sedikit pun mengurangi rasa hormatnya yang begitu tinggi kepada Arthur.
Bukannya memberikan jawaban atas pertanyaan yang baru saja di lontarkan oleh Jackson, kini Arthur justru menjawab pertanyaan Jackson dengan memberinya perintah. "Jackson, cepat cari tau, mengenai siapa dalang di balik skandal percintaan Clarissa dengan mantan kekasihnya itu." Meskipun di dalam perjanjiannya dengan Roxana, tidak ada tulisan yang mewajibkannya untuk ikut mencari celah mengenai masalah ini, namun sebagai patner yang baik, Jackson pun berfikir bahwa akan lebih baik jika Ia pun turut membantu Clarissa untuk mengungkapkan dalang di balik masalah ini. Karena sama seperti Clarissa, Arthur pun merasa yakin, bahwa pelaku di balik masalah ini bukanlah seseorang yang sepele, melainkan orang dengan status yang sejajar dengannya dan Clarissa.
Padahal Jackson sendiri mengenal Arthur dengan sangat baik, bahwa Arthur bukanlah seseorang yang memperhatikan orang lain ataupun merasa peduli dengan urusan orang lain meskipun itu adalah kerabat ataupun keluarganya sendiri. Namun melihat Arthur yang memberinya perintah seperti ini, membuat Jackson pun dapat mengetahuinya dengan jelas, bahwa Arthur memang benar-benar tulus mencintai Clarissa sampai rela berbuat repot seperti sekarang ini. "Baiklah Tuan. Saya akan segera melaksanakannya." Mendengar Arthur yang justru memberinya perintah dan bukannya menjawab pertanyaannya tadi, tampaknya memang tidak ada masalah dengan obrolan Arthur dan Clarissa tadi.
Tentunya, Arthur sendiri pun memiliki orang yang Ia curigai sebagai dalang di balik semua peristiwa ini, dan itu adalah ayah dari Clarissa sendiri, yaitu presdir Kang Nam. Karena menurut Arthur, tidak ada lagi orang hebat manapun di dunia ini, selain presdir Kang Nam sendiri yang memiliki kekuasaan yang cukup untuk melakukan hal seperti ini. Namun, mengingat kembali akan presdir Kang Nam yang terlihat mencintai putrinya, membuat Arthur pun membuang firasatnya itu jauh-jauh. Karena sepertinya, tidak mungkin jika presdir Kang Nam yang begitu mencintai putrinya tega membuat skandal palsu yang merugikan putrinya sendiri. Lagi pula, sepertinya tidak ada keuntungan besar jika presdir Kang Nam benar-benar melakukan hal seperti itu. Karena Arthur sendiri sudah memberikan perintah kepada Jackson untuk menyelidikinya, sekarang ini Arthur memutuskan untuk tidak lagi begitu memikirkannya dan kembali berfikir kepada pekerjaan yang sempat Ia tinggalkan karena menemui Clarissa tadi.