Begitu Arthur selesai menandatangani berbagai macam dokumen tersebut, atas ijin yang di berikan langsung oleh Arthur, Cintya pun langsung menempelkan foto Arthur kemudian menyimpan kembali semua berkas berkas yang telah susah payah ia buat.
Padahal ini pertemuan mereka untuk yang pertama kalinya, tapi entah Arthur dengan mudahnya mempercayainya. Hal itulah yang membuat Clarissa kini terheran heran. "Baiklah kalau begitu, apa saya boleh meminta tolong satu hal lagi?" Tanya Clarissa yang merasa tidak enak, karna merasa bahwa hari ini ia telah banyak merepotkan Arthur di sela-sela waktunya yang tentunya padat.
Tentu saja begitu mendengar Clarissa yang hendak meminta bantuannya, membuat Arthur merasa bersemangat. "Katakan saja. Karna aku pasti akan mengabulkannya, apapun itu." Jawab Arthur dengan begutu antusias.
"Tolong temani saya pergi ke sebuah acara perayaan besok. Itu adalah cara yang bagus, untuk menunjukkan hubungan kita di depan semua orang." Kata Clarissa yang masih merasa tidak enak, karna ini kali pertama untuknya meminta bantuan dari orang lain.
Tentu saja begitu mendengar niat Clarissa yang hendak membawanya pergi untuk di pamerkan ke banyak orang, membuat Arthur merasa senang. "Tentu saja aku akan menuruti keinginanmu itu. Tapi sebagai balasannya, tolong bicaralah padaku dengan santai." Kata Arthur yang dari tadi merasa tidak enak, karna hanya dirinya saja yang berbicara santai pada Clarissa, sementara Clarissa terus membuat jarak di antara mereka dengan berbicara formal padanya.
Clarissa pun tersenyum, merasa bahwa apa balasan yang di inginkan oleh Arthur adalah hal kecil dan mudah untuknya lakukan. "Baiklah, kalau begitu. Tapi sebelum itu, apa anda tidak ingin menambahkan apapun dalam surat perjanjian ini?" Tanya Clarissa yang ingin memastikan, keadilan di antara mereka berdua yang merata.
Arthur pun dengan pintarnya hendak memanfaatkan kesempatan ini. "Ada. Jika dalam waktu tiga bulan yang kita lewati bersama nanti, aku tanpa sadar jatuh cinta padamu, dan kamu juga mencintaiku, aku harap hubungan kita tidak akan berakhir hanya sampai di situ saja." Kata Arthur yaang dengan yakin, bisa membuat Clarissa jatuh cinta padanya hanya dalam kurun waktu 3 bulan.
Tentu saja Clarissa yang mendengarnya sampai di buat terkejut, dengan syarat yang di ajukan oleh Arthur. "Tidak. Syarat macam apa itu?" Clarissa menolaknya dengan sangat keras, karna ia sudah memutuskan untuk tidak menjalin kasih kembali dengan pria yang berasal dari negara, tempat ia lahir dan di besarkan.
Melihat Clarissa yang menolaknya sampai seperti ini, bukannya membuat Arthur merasa sedih karna secara tidak langsung, ia telah di tolak. Arthur justru semakin bersemangat, mengusahakan berbagai macam cara agar ia bisa membuat Clarissa jatuh hati padanya. "Itu adalah syarat dariku. Bukannya kontrak bisa di sebut adil jika di antara kita berdua menyetujui syarat yang di berikan oleh masing-masing pihak?" Ancam Arthur.
Arthur bahkan sampai berani berkata seperti itu, karna ia tau dengan betul, tidak ada lagi pria di negara ini yang menduduki posisi lebih di atas dari pada mantan kekasih Clarissa itu, selain dirinya. Justru yang akan rugi adalah Clarissa, jika ia sampai membatalkan kontrak di antara mereka berdua.
Clarissa pun merasa tengah di sudutkan, ia bahkan sampai bingung harus memberi jawaban seperti apa untuk saat ini. Karna, terlalu mepet waktunya jika ia membatalkan kontraknya dengab Arthur dan mencari penggantinya. Mau tidak mau, Clarissa pun terpaksa harus menyetujui syarat yang di berikan oleh Arthur. Lagi pula, Clarissa juga yakin dengan dirinya sendiri, bahwa ia bukanlah wanita yang semudah itu mengubah perasaannya demi pria, itulah yang tengah Clarissa pikirkan sekarang ini.
Setelah cukup lama berdiam diri dan berfikir, akhirnya Clarissa memberikan jawabannya setelah pikir panjang. "Baiklah, tapi jangan terlalu menaruh harapan padaku. Karna jika terlalu menaruh harapan yang begitu besar pada seseorang, rasa kecewa yang akan di rasakan nanti akan lebih besar dari pada harapan itu sendiri." Kata Clarissa yang memberi peringatan pada Arthur agar dirinya tidak merasa kecewa suatu saat nanti.
Arthur pun tersenyum dengan penuh percaya diri. "Kita tidak akan tau apa yang mungkin saja bisa terjadi di masa depan, bukan? Lagi pula jika itu adalah hal yang terlalu mustahil untuk di lakukan, aku akan membuatnya jadi mungkin." Ucap Arthur yang begitu percaya pada kemampuan dirinya sendiri.
Melihat Arthur yang kini tengah menyombongkan dirinya, membuat Clarissa jadi merasa penasaran, dengan seperti apa nantinya usaha yang di lakukan Arthur untuk membuatnya jatuh hati. "Baiklah. Mari kita lihat saja nanti," Tutur Clarissa yang terdengar seolah sangat menantikannya.
Arthur pun dengan cepat meraih surat berisi perjanjian mengenai kontrak mereka, kemudian langsung menandatanganinya sebagai pihak kedua, tanpa membaca sedikit pun, apa isi dari surat kontrak tersebut. "Aku sudah selesai menandatanganinya. Bisa kemarikan ponselmu sebentar?" Tanya Arthur sambil mengulurkan tangan.
Clarissa dan Cintya pun sempat saling bertatapan seolah merasa bingung, dengan sikap Arthur yang tiba-tiba meminta Clarissa untuk menyerahkan ponselnya. Tanpa banyak bertanya, Clarissa pun segera memberikan ponselnya pada Arthur, meskipun di dalam hatinya ada perasaan sedikit curiga yang masih tersisa. Arthur pun dengan senang hati menerima ponsel milik Clarissa yang di berikan padanya.
Arthur berkutik cukup lama, memainkan ponsel milik Clarissa namun setelah itu, Arthur mengembalikannya kembali. Clarissa pun bertanya tanya, dengan apa hal yang baru saja Arthur lakukan dengan menggunakan ponselnya. "Apa yang kamu lakukan tadi?" Tanyanya sambil memeriksa kembali kondisi ponselnya.
"Tenang saja, aku tidak melakukan apapun pada ponselmu. Aku hanya menyimpan nomorku saja," Kata Arthur yang juga merasakan, bahwa Clarissa dan sekretarisnya kini tengah merasa curiga pada tindakannya yang mendadak seperti barusan.
Clarissa pun menghela nafas panjang, karna ternyata Arthur tidak melakukan apapun pada ponselnya. "Baiklah kalau begitu, aku pamit pergi terlebih dahulu." Clarissa pun langsung berdiri, sambil mengunakan kembali tas selempang yang ia bawa karna Clarissa merasa, bahwa kini tidak ada lagi hal yang perlu ia lakukan di kediaman Arthur.
Arthur pun dengan cepat mencegah Clarissa untuk pergi. "Tunggu dulu!" Teriaknya dengan keras, sampai berhasil membuat perhatian semua orang, kini jadi tertuju padanya
Clarissa pun menghentikan langkahnya yang hendak pergi itu, kemduian menengok, begitu mendengar suara teriakan Arthur yang begitu keras. "Ada apa?" Tanya Clarissa merasa bingung, dengan tingkah Arthur yang lagi-lagi ia lakukan dengan tiba tiba.
Arthur pun berdalih, karna sebenarnya, ia hanya ingin Clarissa berada di sisinya sedikit lebih lama lagi. "Kamu langsung pulang? Bukankah setidaknya kita harus melakukan latihan terlebih dahulu?" Kata Arthur yang mencoba membuat alasan yang terdengar masuk akal, agar bisa menahan Clarissa tetap berada di rumahnya meskipun hanya sebentar saja.