Arthur yang bahkan sudah tak terhitung berapa kali ia berkencan dengan wanita itu, sampai merasa gugup hanya untuk bertemu dengan Clarissa. Arthur membuka pintu ruang kerjanya dari luar, tempat di mana di dalamnya, ada Clarissa yang sedang menunggunya untuk datang. Begitu masuk, Arthur pun bisa langsung melihat, wanita cantik pujaan hatinya yang tengah duduk di sofa dengan begitu anggun, dengan menggunakan mini dress hitam yang sangat cocok dengan postur tubuhnya yang ramping dan indah.
Clarissa yang menyadari Arthur baru saja datang itu pun merasa kaget, begitu melihat penampilan Arthur yang bahkan sampai mengenakan pakaian yang ia kenakan terlihat begitu sangat rapi hanya untuk bertemu dengannya. Kini Arthur menggunakan setelan jas dan celana terbaik yang ia miliki hanya untuk bertemu dengan Clarissa. Tak lupa dengan rompi, sekaligus dasi yanh membantu untuk menunjang penampilannya. Tentu saja Arthur tidak ingin terlihat berantakan, di pertemuan perdananya dengan Clarissa.
Begitu Arthur kini berdiri di depannya, Clarissa pun berniat untuk membuka obrolan terlebih dahulu. "Meskipun sepertinya anda sudah mengetahui banyak hal tentang saya, saya tetap ingin memperkenalkan diri karna ini kali pertama kita bertemu secara langsung. Saya Clarissa Sharlon Ellanor," Kata Clarissa sambil mengulurkan tangannya duluan pada Arthur.
Meskipun gugup, hanya dengan mendengar suara Clarissa yang begitu merdu itu, tetap saja Arthur tidak bisa membiarkan uluran tangan yang Clarissa berikan padanya. "Tentu. Aku Arthur Edward, kamu bisa berbicara dengan santai padaku." Jawab Arthur sambil dengan cepat, berjabat tangan dengan Clarissa.
Melihat Arthur yang tak kunjung melepaskan genggaman tangannya pada bosnya itu, membuat Cintya merasa geram. Cintya pun berniat untuk membuat Arthur yang saat ini terlihat tengah melamun itu agar dapat kembali sadar. "Saya rasa, sudah cukup berjabat tangannya." Ujar Cintya yang mencoba membantu Clarissa yang pastinya tengah merasa tidak nyaman saat ini.
Begitu mendengar sekretaris Clarissa yang bahkan dengan lancangnya sampai menyindirnya secara tidak langsung seperti ini, membuat Arthur mau tidak mau harus melepaskan genggaman tangannya pada Clarissa dengan segera. Arthur bahkan sampai harus dengan terpaksa tersenyum, meskipun matanya berkedut menunjukkan bahwa ia sangat tidak senang dengan kehadiran sekretaris Clarissa di tengah-tengah mereka.
Kini, di tengah suasana yang langsung terasa canggung akibat sekretarisnya yang membuat suasana suram, Clarissa pun berniat untuk langsung menyampaikan maksud dari kedatangannya kemari. "Saya tau anda pastinya merasa kaget karna saya tiba-tiba datang kemari tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Saya kemari untuk menawarkan anda agar mau menjalin kontrak dengan saya." Ucap Clarissa yang masih saja menggunakan bahasa yang formal, tanpa basa basi, ia langsung menyampaikan tujuannya.
Begitu mendengar apa sebenarnya tujuan dari Clarissa yang sampai datang ke kediamannya untuk yang pertama kalinya, tentu saja membuat Arthur merasa terkejut. "Kontrak?" Tanyanya yang tidak paham dengan kontrak yang Clarissa maksud.
Perhatian Clarissa pun langsung tertuju pada pria yang dari tadi terus berdiri di belakang Arthur, pria berkulit putih yang menggunakan kacamata itu, terlihat seperti asisten pribadinya. Meskipun merasa tidak nyaman, Clarissa berfikir bahwa mungkin tidak akan terjadi masalah besar jika ia menyampaikan isi kontrak yang ingin ia ajukan pada Arthur di depan asistennya.
"Menikahkah dengan saya," Ucap Clarissa dengan singkat.
Tentu saja Arthur dan Jackson yang mendengarnya, sampai di buat terkejut. Mereka berdua tidak menyangka, jika kedatangan Clarissa untuk yang pertama kalinya kemari ternyata untuk mengajaknya menikah meskipun itu hanya sebuah kontrak. "Pernikahan kontrak?" Tanya Arthur yang meminta penjelasan lebih detail dari ucapan Clarissa yang dapat membuatnya merasa salah paham seperti barusan.
"Betul. Menikahlah dengan saya 3 bulan saja, setelah itu, saya akan segera mengurus perceraian kita." Kata Clarissa dengan keberanian dan perasaan tanpa ragu yang terlihat jelas di kedua sorot matanya.
Entah kenapa, begitu Clarissa mengatakan bahwa akan menceraikan dirinya dalam waktu tiga bulan, membuat hati Arthur terasa sedih. "Tapi, apa aku boleh tau alasanmu mengajakku untuk membuat kontrak seperti ini?" Tanya Arthur yang merasa penasaran dengan situasi semendesak apa, yang membuat Clarissa sampai harus mengambil tindakan seperti ini.
Clarissa pun mengatakannya dengan jujur. "Bukankah anda tau sendiri, jika saat ini sedang tersebar rumor mengenai skandal percintaan saya dengan Azef? Saya ingin menutupi rumor itu dengan hubungan kita nantinya." Tutur Clarissa.
Arthur pun baru teringat, jika saat ini hubungan Clarissa dan Azef tengah menjadi buah bibir di media sosial. Tapi Arthur tidak menyangka, jika Clarissa merupakan wanita yang berani mengambil tindakan nekat, hanya untuk membuktikan bahwa rumor tersebut tidak benar. Hal ini membuat Arthur merasa senang, karna ia baru mengetahui, jika sebegitu tidak sukanya Clarissa jika namanya di sandingkan dengan mantan kekasihnya itu.
Meskipun dalam waktu tiga bulan itu ia dan Clarissa harus berpisah, setidaknya Arthur merasa senang karna bisa menghabiskan waktunya selama tiga bulan di sisi Clarissa. "Baiklah, aku terima tawaran darimu." Kata Arthur yang tanpa pikir panjang, langsung menyetujui kontrak yang Clarissa buat tanpa banyak bertanya.
Padahal Clarissa sudah menyiapkan begitu banyak jawaban jika Arthur bertanya padanya. Tapi tidak ia sangka, jika Arthur dengan mudahnya menyetujui kontrak yang ia buat tanpa banyak bertanya. "Apa anda yakin ingin langsung menyetujuinya tanpa membaca isi dari surat kontrak ini?" Tanya Clarissa sambil menunjuk ke arah selembar surat berisi kontrak, yang sudah di persiapkan oleh Cintya semalam.
Dengan cepat, Arthur pun langsung menjawabnya. "Aku tidak perlu membacanya terlebih dahulu. Karna aku percaya padamu." Ujar Arthur dengan sangat yakin, seolah ia telah mengenal Clarissa sejak lama.
Clarissa pun dengan cepat langsung mengeluarkan buku nikah, beserta dengan berbagai macam bukti pernikahan mereka yang sudah dengan susah payah ia buat melalui koneksinya yang tersebar luas. "Ini, saya sudah menyiapkannya sejak lama. Anda hanya tinggal menandatanganinya saja," Ucap Clarissa sambil memberikan buku nikah beserta dokumen yang lainnya pada Arthur.
Melihat Clarissa yang datang dengan persiapan yang sampai seperti ini, membuat Arthur lagi-lagi di buat takjub dengan Clarissa yang begitu cermat dalam melakukan sesuatu. Arthur pun dengan cepat, langsung memberikan tanda tangannya di atas buku pernikahan yang masih kosong tanpa ada fotonya di atasnya itu, dengan perasaan yang senang. Arthur merasa bangga pada dirinya sendiri, karna dapat menjadi pria yang di pilih langsung oleh Clarissa.
Kini, pernikahan mereka berdua sudah di anggap sah oleh hukum dan agama, karna Clarissa yang telah mengatur semuanya dengan baik bahkan sampai bisa mengelabuhi orang yang ahli dalam bidang ini. Clarissa pun tersenyum, merasa senang karna ia memilih pria yang tepat, sebagai patner kontraknya.