Cukup sudah rasanya, Aku muak terus dipandang sebelah mata oleh Mas Denis dan keluarganya. Kali ini aku tidak bisa diam dan menerima hinaan mereka. Apalagi membawa nama orang tuaku, memangnya siapa mereka yang bisa bebas menghina keluargaku sesuka hatinya. Aku juga manusia biasa yang bisa emosi dan punya harga diri yang tidak bisa terus diam ketika dizalimi bersamaan.
"Istri kamu itu pembangkang Denis," kata Mama Amberly.
"Iya Ma, aku memang pembangkang. Aku memang selalu salah dimata kalian," kataku penuh emosi menekan nada bicara sepelan mungkin.
"Masih untung kamu dijadiin istri sama si Denis. Kalau bukan karena restu kami, kamu nggak akan merasa hidup enak kayak begini!" seru Mama.
"Tanpa Mas Denis pun, sebetulnya aku bisa hidup Ma,"
"Ada apa ini ribut ribut, baru juga acara senang." Suara Papa mengejutkan kami. Pria itu berdiri di tengah-tengah antara aku dan Mama Amberly.