Ada kisah antara Tian dan Dita di dunia manusia. Mereka ingat seperti pernah melihat satu sama lain tapi untuk kisah lalu, tak pernah mereka tahu. Bagai separuh sayap yang menghilang akan jadi sangat sulit untuk terbang. Mereka bukan lagi sepasang yang sedang jatuh cinta melainkan hanya dua orang tidak saling bertegur sapa. Rasanya asing, tidak seperti dulu. Ternyata hidup bisa selucu itu. Dahulu pernah saling cinta sekarang saat berpapasan saja sungkan.
"Dit, lo kenapa sih?" tanya Virsha saat mereka sedang berada di kampus.
"Kamu tahu rasanya separuh jiwa hilang?" tanya Dita.
"Nanya malah balik nanya," ujar Virsha lalu duduk di sebelahnya.
"Ya begitu, separuh jiwaku di dunia, separuhnya di dimensi lain. Kamu indigo? Bisa baca raga aku, kan?"
"Tingkatan indigo aku masih belum sampai situ," ujar Virsha.
"Oh, ada tingkatnya," ujar Dita. Ia baru tahu kalau ada tingkatan dalam kemampuan indigo.
"Jadi kamu sekarang bukan beneran kamu? Kamu bukan Dita? Jangan bilang kamu manusia ikan?"
"Aku ngga tahu apa yang terjadi di negeri Elnorez. Yang aku tahu adalah sekarang di bumi tempat aku berpijak, entah aku merasa bertanggung jawab atas diculiknya Tian."
"Itu bukan salahmu," ujar Virsha.
"Kok bisa?"
"Tian yang mengajakmu ke sana dan dia diculik tanpa sepengetahuan kamu," ujar Virsha.
"Aku sudah lupa kejadian itu, baru ingat setelah bertemu dengan Tian."
"Itu Tian," jemari Virsha menunjuk Tian yang sedang berjalan sendiri di lorong kampus. Dita tidak bergeming, dia hanya membisu saat Tian berjalan cuek melewatinya.
"Biarin aja, gue akan cari tahu tentang Tian di dunia lain. Dia satu-satunya orang yang memorinya sudah terhapus dari pikiran. Aneh rasanya saat dirinya hadir, lewat di depannya tapi tak satupun memori mampu dia ingat sampat di suatu siang sepulang kampus, ada sekelebat sosok pria tampan hadir lalu berbisik di belakangnya.
"Dita dan Tian baik-baik saja," ujarnya. Dita terkesiap, kepalanya pusing seketika. Dia tidak mengerti apa yang terjadi seolah semua hanyalah mimpi kemudian Dita berlari ke toilet lalu menghampiri wastafel. Anehnya, Dita tidak menemukan bayangannya di cermin.
Sementara itu di lain tempat, Tian kembali ke kamarnya. Kamar itu terasa asing baginya. Sebuah kasur dengan cermin di samping. Tianpun bercermin, anehnya tidak ada bayangan dalam cermin itu.
Tian sadar, ia harus menghindari cermin karena tidak ada pantulan dirinya dalam cermin itu.
Kenapa.... Jangan tanyakan. Yang terpenting Tian kembali. Apapun wujudnya.
Barang-barang di lemari itu, peralatan untuk mendaki gunung. Tian seperti menemukan dunia baru untuknya. Dia sama sekali tidak mengenal dunia itu.
Tian hanya menempati raga yang baru dengan ingatan tipis tentang masa lalu. Entahlah, yang ada di otaknya hanya kedalaman air danau.
*********************
Sore harinya. Dita menelepon Pak Juan. Dia sedang berada di balkon kostan, rasa penasaran mendorong Dita untuk menceritakan kedatangan Tian dirinya yang aneh dan tiba-tiba.
Percakapan telepon :
"Halo, Pak Juan?"
"Iya, Nak Dita?"
"Pak, saya mau mengucapkan terimakasih atas bantuannya karena Bastian yang saya cari sudah pulang."
"Alhamdulillah. Hah? Pulang?"
"Iya, Pak. Sudah beberapa hari yang lalu, dia ada di depan rumah."
"Sebentar, Nak. Kok Ada yang janggal?"
"Kenapa, Pak?"
"Dari cerita korban penculikan ratu yang kembali, dia itu ditemukan pingsan di tepi danau dengan kondisi tidak ingat apapun. Linglung gitu, Nak."
"Tian langsung datang ke saya, Pak. Dia masih sehat tidak ada tanda-tanda linglung."
"Nah, Kan aneh. Kamu aja sadarnya di pinggir danau. Saya lumayan sering ketemu orang-orang korban si ratu."
"Pak, kalau boleh saya ingin bertemu dengan orang yang pernah diculik ratu Tirta. Bapak ada yang kenal?"
"Ada, Nak."
"Saya ingin bertemu secepatnya, Pak."
"Baik, besok saya antar."
Dita menutup telepon setelah selesai pembicaraan. Ia masih penasaran. Sejuta tanda tanya muncul di benaknya belum lagi perasaan yang berbeda saat bertemu dengan Tian. Tidak seperti biasanya, Dita merasa hambar saat berada dekat Tian. Seperti bertemu teman biasa, tidak ada yang spesial.
*****************************
Namanya Dimas, seorang pria tampan yang dulunya pernah diculik oleh Ratu Oseanna. Pak Juan juga menolong Dimas saat tergeletak pingsan di pinggir danau.
Dita singgah ke rumahnya bersama Pak Juan. Saat duduk berhadapan, Dita mengutarakan maksudnya datang ke rumah Dimas.
"Jadi saya ini pacar dari Tian, yang diculik Ratu Oseanna," jelas Dita.
"Ratu Oseanna... Saya hanya singgah beberapa jam di Sana. Ratu Oseanna ini cantik, cantik sekali. Nggak ada bandingannya di dunia ini," tukas Dimas.
"Nak Dita ini pernah ketemu Ratu Oseanna, loh."
"Oh iya? Dia kan suka culik laki-laki?"
"Anaknya ratu yang membawaku ke sana."
"Anaknya? Oh, pangeran itu ya? Yang aku tahu dia dulu hanya diam saja."
"Lalu kakak gimana rasanya saat ada di dunia Aquarez?"
"Enak sih, makanan banyak, rumah bagus, bisa napas di air, ditemani dayang-dayang cantik tapi aku nggak sreg. ratu tiba-tiba bosan denganku lalu aku diberi pilihan tetap di sana menjadi penduduk biasa atau pulang," jelas Dimas.
"Pilih-pilih ya, Ratu?"
"Dia sedang mencari suami dan menurut dia aku kurang memenuhi kriterianya."
"Udah ratu jin, pake pilih-pilih, pula!" Ledek pak Juan sembari terkekeh.
"Lalu gimana waktu pulang?"
"Ya pulang aja, begitu aku pilih mau kembali, ratu langsung memindahkanku ke permukaan."
"Ratu sendiri yang antar?" tanya Dita.
"Iya, dia bilang dia yang berbuat, dia yang bertanggung jawab."
"Lantas waktu kamu pulang, ditemukan di mana?" lanjut Dita.
"Di pinggir danau, terkapar gitu aja sampai Pak Juan yang menemukan," ujar Dimas sembari melirik pada Pak Juan."
"Begitu ya..." ujar Dita lirih.
"Nak Dita ini pernah ke dunia Aquarez juga loh," tandas Pak Tejo.
"Oh iya? Tumben dia culik cewek," tukas Dimas tak percaya.
"Nggak diculik, aku yang mau masuk di antar putranya. Aku melihat pacarku sendiri sedang menikah dengan ratu," ujar Dita.
"Akhirnya dia berhasil nikah juga, dulu untungnya aku dibuang sama dia karena menurutnya aku 'kurang' memenuhi syarat. Entah syarat apa, mungkin karena saat itu aku udah nggak perjaka, haha" candanya.
"Kok dia tahu?" tanya Dita.
"Dia sakti. Dia bisa baca riwayat hidup seseorang," papar Dimas.
"Ini pacarku udah kembali tapi aneh. Dia tiba-tiba datang ke rumahku."
"Kok aneh ya? Nggak pingsan di pinggir danau. Waktu itu aku kembali rasanya kayak orang linglung, nggak inget apa-apa. Baru saat keluargaku jemput, aku mulai sedikit-sedikit ingat," kata Dimas.
"Tuh kan, Nak. Apa saya bilang," tukas Pak Juan.
Dita terdiam. Dia mendadak ragu dengan kedatangan Tian. Fisiknya secara menyeluruh adalah Tian tapi ia merasa ada yang berbeda dari Tian.
"Tapi ratu sudah menikah dengan Tian?" Dimas memastikan.
"Iya, aku melihat sendiri mereka duduk berdampingan di sebuah tempat yang dirancang seperti pelaminan."
"Karena yang kudengar kalau sudah menikah, tidak akan bisa kembali lagi selamanya," tukas Dimas.
"Tapi Tian kembali..." kata Dita lirih.
"Aku nggak ngerti kalau masalah itu karena pengalamanku ya seperti ini. Aku pulang karena mau padahal ya negeri itu enak. Makanannya enak, semua tersedia, kita juga bisa hidup abadi. Misalkan kita masuk umur dua puluh selamanya kita akan terlihat seperti umur dua puluh meski hidup ribuan tahun," cerita Dimas.
"Saya tambahkan ya, untuk cerita tentang danau telaga murni kami memang sembunyikan. Hanya menjadi legenda tanpa banyak orang tahu. Jangan sampai viral pokoknya, nanti kedamaian negeri itu terusik," tambah Pak Juan.
"Iya, aku juga cerita sama orang terdekat saja. Nggak nyampe viral," tukas Dimas.
"Iya, aku juga nggak cerita waktu ditanya orang sekitar. Traumanya itu loh," ujar Dita.
***********************
Sementara itu Tian di kamarnya merasa sangat aneh. Tenggorokannya terasa terbakar, kepalanya pusing seperti berputar, tubuhnya berguling di tempat tidur sampai dia mencoba berdiri tapi ia tidak kuat. Dia pingsan.
Ada apa dengan Tian??
Next