Chereads / Queendom in The Water / Chapter 16 - PQ - 16

Chapter 16 - PQ - 16

"Um, gimana ya?" ujar Tian ragu.

"Tenang aja, privasi dijamin," bujuk Luna. Dia ingin Tian bersedia karena untuk saat ini dia belum menemukan konten yang orisinil. Cerita horror sudah biasa, kriminal juga udah umum banget maka saat dia melihat fenomena manusia tanpa bayangan, dirinya melihat kesempatan besar.

"Soal royalti, nanti kamu juga kebagian," bujuk Luna lagi. Tian mulai risih, ia tidak masalah soal uang, ia juga tidak pernah kekurangan. Masalahnya nanti akan semakin rumit kalau banyak yang tahu.

"Sebaiknya jangan, aku takut nanti akan terjadi sesuatu," tolak Tian.

"Wajah dan suaramu akan aku blur," Luna masih memaksa. Tian menerawang, dirinya belum siap mengambil keputusan.

"Kalau aku bilang jangan, lebih baik jangan."

"Ayolah," Luna masih memaksa sementara Tian mulai risih.

"Aku masih mau menyimpan ini untuk pribadi. Ibuku saja tidak tahu tentang ini. Kamu hanya orang luar," tolaknya tegas.

"Tapi, please..." Luna bersikeras ingin menjadikan Tian konten video.

"Tidak. Mohon maaf, ini masih jadi rahasia," tegas Tian. Luna menunduk kecewa, saat ini dia sedang krisis konten.

"Yah, harus konten apa lagi ini?" gumamnya. Tian mendengarnya, matanya beralih pandang melihat raut kecewa dari wajah Luna.

"Aku coba bantu untuk konten kreatif tanpa harus membuka jati diriku," tawar Tian.

"Apa itu?"

"Coba aja bikin cerita di webvideo, tentang misteri lautan."

Tiba-tiba saja ide itu muncul di benak Tian, separuh jiwanya mengingat dunia air. Sebuah dunia yang sempat dia singgahi lalu kembali ke dimensi manusia tempat seharusnya ia berada.

"Lautan?"

"Laut yang diketahui manusia hanya permukaan. Lainnya masih misteri seperti keberadaan mermaid, siren bahkan yang tak terlihat oleh mata manusia," jelasnya.

"Tapi aku nggak percaya ada makhluk kayak gitu," sanggah Luna.

"Kamu tidak harus percaya. Kamu hanya membahas kemudian pancing pendapat penonton. Bukankah begitu cara kerjanya?" ujar Tian.

"Boleh juga," balas Luna.

"Nanti aku coba bantu observasi, kita ke pantai, danau, sungai dan semua yang bermuara ke laut."

"Serius? Mau bantu aku?" tanya Luna antusias.

"Oke. Anggap aja sebagai ganti karena aku tidak mau jadi objek konten," ujar Tian dengan nada tenang dan datar.

"Wah, aku jadi ada temannya nih!" ujarnya senang.

"Aku jadi pengen ke pantai selatan," ungkap Luna.

"Pakai baju hijau?" Tian mengerti tentang mitos itu. Benaknya masih mengingat sebagian cerita yang pernah ia dengar.

"Aku ngga percaya, ih! coba aja abang ojek online rame-rame ke sana, hilang ngga?" tantang Luna.

"Aku percaya, sesuatu yang tak kasat mata itu memang ada," mata Tian menerawang lagi.

"Kamu sebenarnya siapa?" selidik Luna. Ia melihat keanehan dari gerak gerik Tian. Lelaki itu tampak berbeda, bukan seperti cowok yang biasa dia lihat. Tian tampak seperti pangeran vampir, lirikan matanya tajam, bola mata warna hazel mengkilap, kulitnya seputih salju.

"Aku tidak ingat," ujar Tian.

"Kok bisa sih? Kamu vampir kali ya? Apa manusia serigala?" tebaknya.

"Rasanya seperti lahir kembali. Tiba-tiba saja aku terbangun dari pinggir danau. Sepi, sendiri."

"Danau?"

"Aku lupa danau itu di mana?" keluh Tian. "Lalu aku berjalan ke rumah seseorang yang pernah aku kenal tapi aku lupa. Dia menyambutku dengan haru namun aku nggak sanggup ingat padanya."

"Ini fenomena apa?" Luna bertanya pelan pada dirinya sendiri. Percuma, Tian tidak akan pernah menjawabnya karena dia nampak seperti tidak ingat apapun.

"Ayo kita ke pantai, aku rindu dengan air."

"Air?"

"Aku ingin berenang sejauh mungkin, menikmati senja yang begitu singkat," ujar Tian. Luna melirik ke jam tangan. Masih pukul tiga sore setidaknya cukup untuk ke pantai terdekat.

"Boleh juga," ujar Luna.

"Ayo, supirku akan mengantar kita ke pantai."

"Bentar deh, kamu ke pantai sama aku? Orang asing?" tangan Luna menunjuk dirinya sendiri. Tiap tersenyum tipis.

"Kamu duluan yang sok akrab. Sudah terlanjur basah, mandi aja sekalian."

Luna dan Tian mempersiapkan diri menuju pantai. Tidak banyak persiapan sebenarnya, hanya Tian membawa beberapa baju ganti.

"Tian, mau ke mana?" tanya mama Tian saat melihat anaknya melintas.

"Pantai," jawab Tian pendek.

"Udah sore, nanti kamu hilang lagi. Mama ngga mau kehilangan kamu untuk kedua kalinya," tegas mama.

"Aku tidak akan hilang," Tian tak kalah tegas.

"Tapi Tian..."

"Aku bareng driver. Ngga mungkin hilang," Tian meyakinkan lagi.

"Sama siapa?" tanya mama lagi.

"With a cute girl named Luna," sahut Tian.

"Luna?"

Penasaran, mama mengintip ke depan pintu. Tian bersama seorang gadis berambut ikal sebahu tampak belakang.

"Sepertinya bukan Dita," komentar mama setelah anaknya masuk ke mobil. Dita sudah menjadi daftar hitam di keluarganya. Dita sudah dianggap menjadi penyebab utama saat Tian menghilang.

*****

Pantai tidak perlu meyakinkan pada yang lain kalau dirinya indah justru manusia yang datang karena sadar akan indahnya debur ombak di pantai. Tian dan Luna berjalan berdampingan ke tepi pantai.

"Pantai!" seru Luna senang.

"Indahnya," ujar Tian. Ia seperti mendapat semangat baru saat melihat pantai. "Aku mau mandi sampai tengah laut sana," lanjutnya. Luna hanya mengangguk karena dia tidak membawa baju ganti.

"Kamu mandi aja, aku di sini aja jagain tas."

Luna menawarkan diri. Saat itu senja di ufuk barat begitu singkat terasa. Tian melangkahkan kaki ke tengah pantai, ia hanya membuka baju bagian atas agar terasa berenang lebih ringan.

Byur...

Suara Tian menceburkan diri ke laut lebur dengan suara ombak. Luna melihat kiri kanan lalu mengeluarkan kameranya, ia mencoba merekam Tian.

Di layar terekam tubuh Tian yang terus berenang ke tengah. Ada dua alasan mengapa Luna merekam. Ia bermaksud membuat vlog dan jaga jaga kalau terjadi sesuatu pada Tian.

Sementara itu Tian fokus menikmati setiap sentuhan air merasuk ke pori kulitnya sampai ia melihat ekor ikan berwarna ungu dan biru mengepak di antara ombak. Tian terkejut lalu mengikuti ekor besar itu karena penasaran. Ia berenang lebih cepat mengejar ekor ikan itu. Dapat!

Tian mampu mengimbangi kecepatan si ekor ungu lalu ia melihat wanita berambut panjang warna ungu dengan kemben biru di dadanya. Wajah itu cantik dengan sisik ikan lembut di sisi. Sisik itu sama sekali tidak mengurangi kecantikannya malah membuat dirinya semakin memiliki aura magis.

Tian memandang makhluk itu penuh tanya. Aneh sekali, dia seperti pernah melihat gadis itu di suatu tempat.

"Kamu siapa?" tanya Tian.

"Hm?" gadis itu tidak menjawab, ia hanya melempar senyum lalu tenggelam lagi. Tian ikut juga menenggelamkan diri untuk mencari sosok itu. Nihil, ia tidak menemukan apapun di dalam air.

"Siapa gadis itu?" ujar Tian. Ia kembali ke tepian dengan penuh tanda tanya.

"Tian!" pekik Luna saat Tian berjalan mendekatinya.

"Kenapa?" tanya Tian.

"Kameraku menangkap sesuatu," ujar Luna. "Kamu ngomong sama siapa di tengah laut?" tanyanya sambil menonton hasil rekamannya dengan cermat. Dari gambar yang sudah diperbesar maksimal, tergambar jelas kalau Tian sedang berbicara dengan seseorang di titik dekat tengah laut yang masih tertangkap kamera.

"Apa dia mermaid?" tukas Tian yang juga kebingungan karena melihat seorang wanita setengah ikan di tengah laut.

Siapa gadis setengah ikan itu?

Mermaid?

Bersambung