"Frans stop!" erang Dita saat Frans hendak menciumnya. Ia memundurkan tubuhnya dari sang pangeran.
"Maaf, aku terbawa suasana," sesal Frans.
"Sekarang aku hanya manusia ikan, apa bisa aku membawa Tian kembali pulang?" tanya Dita.
"Kamu jangan berpikir buruk, optimis aja. Sudah dibawa jauh ke tempat ini. Sayang rasanya jika kamu kalah sebelum berjuang."
Dita menyapu pandangan ke sekeliling, terlihat gelombang air tenang di pelupuk mata. Tempatnya sudah berbeda, bukan lagi langit-langit kosan yang terkadang bocor, bukan kampus yang biasa ia datangi saat waktu kuliah, lingkungannya tidak lagi manusia berlalu lalang.
"Cobalah, kamu bisa berenang di sini," ucap Frans. "Gaya apapun. Di sini adalah tempat tinggalmu yang baru," lanjutnya. Dita tidak menjawab, ia langsung meluncur berputar ke atas.
"Aku berhasil jadi ikan!" seru Dita gembira. Frans menyusul, ia tersenyum melihat Dita bermain dengan dunia barunya.
"Dita, nikmati dunia barumu. Nanti pada akhirnya, kamu akan terbiasa."
"Ajarin aku ya, biar bisa betah di sini," pintanya sambil mengibaskan tangan memainkan air.
"Kamu pasti betah, aku jamin. Nanti aku kenalkan sebagai kekasihku. Ngga apa kan?"
Dita menoleh, ia menatap Frans heran. Ekspresinya terlihat keberatan.
"Biar kamu bisa datang ke istana, ketemu si janda bolong."
"Pfftt... Janda bolong, aku selalu tahan tawa tiap kali denger kata itu."
"Iya emang bolong dia tuh. Namanya juga makhluk ribuan tahun yang kesepian."
"Tapi gimana bisa ada kerajaan ini?"
"Namanya juga ada ratu, paling dia yang menarik pengikutnya ke negeri ini."
"Nanti dia bakal sadar aku dari dunia manusia?"
"Nggak, ibuku punya kelemahan, dia susah mengingat wajah seseorang. Sakti memang, kekuatannya jauh melebihi aku. Cuma dia punya kekurangan, namanya juga ratu, kesempurnaan hanya milik sang kuasa."
"Harus aku menghadapinya sekali lagi?"
"Ingat pada tujuanmu. Kamu ingin membawa Tian kembali. Lakukan selagi ada kesempatan."
"Iya, kamu bantuin aku. Jangan pernah tinggalin," pinta Dita. Sekali lagi, Dita menatap dengan penuh harap membuat jantung Frans berdebar lebih kencang.
"Iya, aku mau ninggalin kamu kemana? Tempat tinggalku di sini," ujar Frans.
"Takutnya nanti malah plot twist, kamu suruhan baginda ratu?"
"Kamu kebanyakan nonton film," sanggah Frans.
"Iya emang, kerjaanku selain kuliah ya nonton film."
Sementara itu di dimensi manusia, Dita berjalan linglung dari danau menuju tempat tinggalnya. Wajah Dita pucat pasi, sebagian ingatannya hilang termasuk tentang Tian. Kekuatan Frans menyebabkan jiwanya ada di dunia Aquarez. Raganya masih menjalani hidup di dunia. Sewaktu-waktu jika ia ingin kembali, raga itu sudah siap menerima jiwa yang telah pergi.
Dita berjalan seperti orang linglung, dia ingat jalan pulang hanya saja semua tampak berbeda baginya. Raga Dita adalah tubuh yang kosong.
Benar saja, Dita bertemu Tian di salah satu sudut jalan. Mereka berpapasan tanpa bahasa, tatapan yang tercipta berlangsung tidak ada arti.
Dita memandangi wajah Tian seperti sedang wisata masa lalu. Ia ingat kalau Tian pernah hadir di hidupnya. Namun ia hanya mengingat wajah yang samar. Naasnya saat meninggalkan raga di dunia, ingatan yang hilang adalah ingatan dari seseorang yang dicintai.
"Kamu siapa?" tanya Dita.
"Namaku Tian."
Wajah mereka sama-sama pucat. Dalam perjuangan Dita mengembalikan Tian, ada raga kosong yang berlarian di bumi. Sebuah raga yang siap dimasukkan raga kapan saja.
"Kamu siapa?" Tian bertanya balik, ia ingin tahu juga. Baginya, Dita hanyalah seorang gadis cantik yang ingin ia temui.
Keduanya bagaikan vampir yang butuh darah. Wajah mereka pucat, jika mereka tahu, mereka hanya butuh jiwa yang kembali dari dimensi lain.
"Namaku Dita. Sepertinya aku pernah melihat kamu," ujarnya.
"Mungkin, dalam mimpimu atau di kehidupan sebelumnya," jawab Tian.
"Di kehidupan sebelumnya mungkin aku terlahir menjadi ikan."
"Aku ingat dulu sekali, entah kapan, ada bayangan anak kecil sedang berlari kencang kemudian jatuh. Entah itu siapa, ingatanku samar."
"Tian, jika kita bertemu lagi. Sapa aku lebih dulu," pinta Dita.
"Baik."
Obrolan itu berlangsung singkat, Dita dan Tian bertemu di sudut, dalam waktu yang singkat harus berpisah di jalan masing-masing. Mereka adalah sepasang kekasih yang ingatannya hilang karena sebuah peristiwa tidak terduga. Dita selalu menganggap dirinya yang bersalah akan semua ini. Kalau saja ia lebih berhati-hati saat menggandeng Tian, mungkin peristiwa itu tidak akan terjadi. Dita dan Tian masih bersama, memperjuangkan hubungan yang tidak mendapat restu.
Dita merasa bertanggung jawab, ia ingin mendapat Tian kembali ke pelukannya bahkan untuk bisa mencapai tujuan itu dia harus berpindah dimensi.
*****
Kehidupan dalam air tidak jauh berbeda dengan dimensi manusia di darat. Ada hukum jual beli, si kaya dan miskin, tetangga gibah, malah ada perkumpulan rakyat jelata. Penghuni Elnorez berkembang biak dengan cara bertelur dan melahirkan seperti layaknya ikan. Sekali bertelur bisa menghasilkan sekian ribu telur tapi yang bisa menetas hanya satu atau dua telur saja.
Dita sedang berjalan menikmati keindahan dalam danau Santofe. Terlihat banyak penduduk bersisik seperti ikan. Diapun begitu, percaya dirinya tumbuh saat Frans bilang dirinya selalu cantik dalam bentuk fisik apapun. Sampai saat ini Dita belum melihat wajahnya. Dalam dunia itu tidak ada kamera, cermin, ataupun yang bisa jadi refleksi bayangan.
Langkah kakinya terus tanpa henti sampai ia melewati gerbang istana. Ada dua orang penjaga memegang tombak trisula, Dita melihat dua penjaga itu dengan harapan ia mendapat bantuan untuk masuk ke istana.
"Frans, datanglah..." ujar Dita dalam hati ia merasa kalau dengan terpanggilnya Frans semua masalah selesai. Benar, Frans mendatanginya.
"Kenapa?" tebak Frans.
"Aku ingin masuk," ujar Dita.
"Ayo," Frans memudahkan jalannya masuk istana.
"Oke, aku kekasihmu," tangan Dita bergelayut di lengan Frans membuat jantung pria itu nyaris copot. Pria itu ingat, ini hanya permainan mengelabuhi sang ratu, bukan terbawa perasaan.
Frans menggandeng Dita ke depan pintu kerajaan. Pintu terbuka dengan mudah. Ada selentingan kabar menyebar ke warga kerajaan jika pangeran Frans telah memiliki kekasih.
Dalam dimensi itu tidak ada kamera yang digunakan sebagai alat bukti yang ada hanya kabar berita dari mulut ke mulut bahwa pangeran sudah memiliki kekasih.
Dita melongo memandangi interior istana, begitu mewah. Nuansa biru bercampur dengan hijau berpadu unik mewarnai pilar istana.
Frans mengajak Dita berkeliling, banyak ornamen laut yang terpajang di sana.
"Kok banyak barang laut?" tanya Dita.
"Katanya ibuku berasal dari laut," ujar Frans. "Aku nggak tahu pasti yang jelas ada hubungan antara kerajaan danau dan lautan."
Dita termangu, ia masih membiasakan diri dalam air. Kaki dan tangannya masih sama dengan selaput di sela-sela jarinya, han
ya ada sedikit sisik ikan di kanan dan kiri.
"But you look so fine, Dita!" puji Frans. Dita tidak menggubrisnya, matanya nyalang mencari keberadaan raja Elnorez.
Bersambung...