DRAP!! DRAP!! DRAP!!
Seorang laki-laki muda tampak kebingungan karena dikejar-kejar sesuatu. Di matanya tergambar jelas sosok cantik tapi menyeramkan. Mata runcing sosok seperti wanita itu menatap tajam, bibirnya berpoleskan darah yang mengalir sampai dagu.
Tian tidak bisa lari, ia kalah cepat dengan uluran tangan wanita itu. Tangan yang bisa memanjang, meraih pundak lalu mencengkeramnya erat-erat.
Langkah Tian tercekat. Kedua sisi pundaknya tertahan oleh cengkeraman tangan panjang. Napasnya tertahan, sekujur tubuhnya tak bisa bergerak bahkan untuk menoleh sekalipun. Lantunan doa tidak mampu ia lafalkan dari mulutnya.
"Anak tampan... Kau harus jadi milikku," bisikan sosok itu terdengar jelas di telinga Tian. Ingin bertanya apa mau makhluk itu sebenarnya? Namun tak satupun kata mampu terucap.
Sepersekian detik kemudian, dia merasa badannya melayang terbang di atas danau.
Semilir angin malam berputar mendorong dirinya ke masuk ke dalam danau.
*******
Di pinggir danau yang penuh semak belukar itu, tiba-tiba Dita merasa aneh. Dinginnya angin malam mulai menembus jaketnya. Hanya cahaya bulan dan senter yang menerangi malam itu. Ia mengarahkan senter ke depan, samping, dan atas.
"Yan, Tian. Dingin banget, setelah ini belok kemana?" tanya Dita sembari merapatkan jaket.
Tak ada jawaban.
"Yan, belok kemana nih? Kamu tahu jalannya kan?" tanyanya lagi dengan nada khawatir.
Sekali lagi, tidak ada tanggapan dari Tian.
"Yan, please jangan ngeprank. Ini gelap banget, udah malam. Ayo pulang!" nada suara Dita meninggi.
Tetap tidak ada jawaban.
"Yan..."
"Tian, jangan becanda! Aku takut," Dita mulai bergidik. Ia mengumpulkan keberanian untuk menoleh.
Kosong.
Tidak ada Tian yang semula di belakangnya. Maksud Tian ada di belakang Dita adalah untuk melindungi pacarnya. Namun posisi itu ternyata salah. Dita tidak tahu apa yang terjadi pada Tian.
"YAN!! TIAN KAMU DIMANA?" Dita mulai panik. Dia berlari semampunya mencari jalan pulang. Sialnya, dia hanya berputar-putar. Sekali lagi ia melewati danau.
Napasnya tak beraturan, ia kebingungan dalam kesendirian.
"Tian... Kamu dimana? Aku takut," keluhnya.
Ia mengarahkan senter ke arah danau terlihat pemandangan yang sangat aneh. Ia melihat Tian telanjang dada jatuh dalam pelukan seorang perempuan berambut panjang dan cantik. Mereka menenggelamkan diri dalam danau.
Dita sekuat tenaga berteriak memanggil nama Tian.
"TIAN!"
Langkah kakinya bergerak menerobos rerumputan. Namun pada saat ia mencapai tepi danau, Tian dan wanita misterius itu tenggelam.
Dita semakin panik lalu ia nekat berenang menyelami dalam danau itu. Ia mencari keberadaan Tian. Dirinya berenang sedalam mungkin sambil membuka mata tapi nihil, sikap gegabah itu sia - sia. Malam begitu pekat, ia bahkan hanya bisa melihat samar daerah sekitar dengan bantuan cahaya bulan tapi di dalam danau, ia tidak mampu melihat apapun. Ia hanya merasakan dingin luar biasa mengigit kulitnya.
"Hah... Hah..." Kepalanya keluar dari air untuk mengambil napas.
"TIAN! BASTIAN!" seruan itu menjadi suara terakhir yang keluar dari mulutnya sebelum ia tergeletak pingsan di permukaan danau. Rasa dingin menggigit itu melemahkan kekuatannya, membuat tulang-tulangnya terasa remuk. Dia tak mampu lagi bertahan dalam danau. Entah bagaimana nanti, apapun yang terjadi ia harus menemukan Tian.
*****
Keesokan paginya, penduduk sekitar menemukan Dita yang mengapung di danau. Ia masih bisa bernapas setelah seorang warga memberinya napas buatan.
Dan... Cerita dimulai...
"UHUK... UHUK..." Dita batuk setelah mendapat bantuan napas dari seorang warga. Dia membuka mata, tersadar ia sudah berbaring di pinggir danau bersama dua orang warga sekitar.
"Nak, kenapa ada di sini?" tanya bapak berambut putih yang memberi Dita napas buatan.
"Saya mau ambil foto di sini tapi... pacar saya hilang," tukas Dita lirih.
"Pacar?" tanya bapak satu lagi yang berkumis tebal. "Laki?" lanjutnya.
"Iya," ujar Dita lirih.
"Duduk dulu, Nak."
Bapak rambut putih membantu Dita duduk. Ia memasangkan sarungnya sebagai selimut untuk Dita.
"Ratu Oseanna..." tukas bapak kumis tebal.
"Hush, jangan sebut namanya. Nanti dia dengar," sanggah pak rambut putih.
"Gini loh Nak. Kami warga asli desa ini. Kami semua tahu kalau danau ini angker, tempat kerajaan jin, makanya ada papan larangan masuk danau ini," jelas pak kumis tebal.
"Saya nggak menemukan papan larangan," jelas Dita.
"Wah. Ada yang iseng," tebak pak rambut putih.
Lalu..
"Pak, pak, ada apa ini?" seorang wanita berlari tergopoh-gopoh menghampiri dua bapak itu.
"Kenapa ada mbak ini? Mana basah lagi," tanyanya.
"Dia terapung di danau, Bu."
Jawaban dari pak kumis tebal membuat ibu itu prihatin. Ia lalu mengajak Dita ke rumah si ibu yang ternyata istri dari pak rambut putih. Dalam perjalanan, mereka berkenalan. Si bapak rambut putih bernama Pak Juan , istrinya bu Lisa, dan bapak kumis tebal bernama Pak Ferry.
Pagi itu matahari mampu menghangatkan tubuh Dita. Namun dirinya masih sangat bingung. Apa yang sebenarnya terjadi?
Sesampainya di rumah Pak Juan, Dita pun dipersilakan mandi dan dipinjami baju anak Pak Juan. Sembari sarapan roti manis dan teh hangat, ia menceritakan kejadian semalam ditemani bapak dan ibu Juan serta pak Ferry.
"Dia tiba-tiba hilang, Bu. Awalnya Bastian ada di belakang saya lalu setelah saya panggil panggil kok nggak jawab. Ternyata nggak Ada. Pas saya muter-muter cari jalan keluar, cuma berputar di danau saja. Lalu..." Dita menggantung kalimatnya.
"Kamu lihat ada wanita menenggelamkan pria ke dalam danau?" tebak bu Lisa.
"Iya bu," Dita mengangguk.
"Kejadian itu terulang lagi, Pak. Ratu Oseanna menculik pria tampan untuk dijadikan suami. Makanya danau itu ditutup oleh penduduk desa karena berbahaya," jelas bu Lisa
"Ratu Oseanna itu siapa, Bu?" tanya Dita.
"Jin penguasa danau santofe. Dia dedemit yang bisa menyamar jadi siapapun. Kadang putri duyung, kadang perempuan cantik, kadang manusia. Dia biasanya diam saja, tidak pernah mengganggu tapi dia beraksi kalau melihat pria tampan," ungkap pak Ferry.
"Lalu apa Bastian bisa kembali?" tanya Dita.
Semua terdiam. Tidak ada yang menjawab. Mereka saling pandang sampai akhirnya pak Tejo memutuskan untuk terus terang pada Dita.
"Nak, sepertinya sulit untuk membawanya kembali. Kasarnya, manusia yang diculik ke alam gaib tidak bisa kembali lagi. Mereka hilang tanpa bekas."
Kepala Dita seperti dihantam bongkahan batu besar. Kekasihnya hilang pada sebuah kejadian yang sulit dipercaya. Mau lapor siapa? Polisi? Tim SAR? Atau paranormal?
*******
Dita tiba di rumah Tian untuk mengembalikan sepeda motor sekaligus melaporkan apa yang terjadi. Sepanjang perjalanan ia berpikir kalimat apa yang harus dia ucapkan pada orang tua Tian.
Kejadian itu menambah rumit hubungan dirinya dengan orang tua Tian. Sejak pertama, Tian dan Dita yang berbeda keyakinan tidak pernah mendapat restu. Namun atas nama cinta, pasangan itu tetap menjalani hubungan sebagai sepasang kekasih.
Apa yang harus dia katakan?
"Bas-Bastian hilang di-culik ratu jin diΒ danau telaga murni," hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Dita saat berhadapan dengan kedua orang tua Tian. Dia tidak mampu memikirkan kalimat lain lagi.
"Wanita sialan!" kata itu terdengar dari mulut ibu Tian di antara ratusan sumpah serapah yang ia lontarkan. Dita harus menerimanya, kejadian itu tidak akan terjadi jika dirinya tidak mengajak Tian kembali berpetualang ke alam bebas.
Bersambung