Kastil Serene terlihat sangat indah, dengan semua bunga yang baru saja bermekaran. Bunga mawar, tulip, dan dahlia yang menghiasi seluruh taman kastil serene adalah bunga kesukaan Duchess Voinn. Kastil Serene selalu rutin dikunjungi oleh keluarga Duke Voinn setiap musim panas, terutama oleh para nona muda Voinn.
Sebagai Duke dari Lancotta, Duke Voinn memiliki beberapa kastil diseluruh penjuru Verdant. Ia adalah salah satu pahlawan perang dan adik kandung dari Raja Verdant. Karena kesibukannya sebagai Kepala pasukan darat dan laut Verdant, sudah tiga tahun ia tidak mengunjungi Kastil Serene.
Duchess Voinn sedang duduk di ruang istirahat sambil mengurus beberapa dokumen yang baru saja diterima dari Kepala Pelayan Kastil Serene, Rubert. Rambut perak Duchess terlihat berkilau di bawah cahaya matahari.
Tok, Tok
"Ya, silahkan masuk."
"Permisi duchess, saya melihat Nona Annette berada di taman bersama dengan Nanny Polla."
"Baik, terima kasih. Rubert, ini surat balasannya, tolong antarkan ke Kediaman Marquis Dellad. Saya akan bersantai bersama Anne di taman. Tolong siapkan cemilan dan teh di gazebo taman dan panggilkan juga Fricsia, ia butuh terkena sinar matahari sesekali."
"Baik duchess."
Rubert mengangguk singkat dan keluar bersama dengan pelayan pribadi Duchess.
"Antarkan saya ke tempat Annette." Duchess bangkit dari tempat duduknya dan keluar ruangan bersama dengan pelayan dan pengawal pribadinya.
Duke Voinn memang menyediakan dua pelayan pribadi dan dua pengawal untuk Duchess dan kedua putrinya, untuk mengikuti mereka sepanjang hari.
--
Cuaca di taman siang itu terasa sangat sejuk dengan pohon-pohon rindang yang mengelilingi taman. Walaupun sudah mulai memasuki musim panas, wilayah utara Verdant masih terasa sejuk.
Rambut emas Anne yang terurai, melambai-lambai pelan ditiup angin. Ia berjalan-jalan santai sambil bergandengan tangan dengan pengasuhnya, Nanny Polla. Di belakangnya terlihat juga Vena dan Lyre, beserta Hans dan Kent, pelayan dan pengawal pribadinya.
"Nanny! Anne ingin berbaring di rumput, boleh?"
"Baiklah, sebentar saja ya nona, saya siapkan dulu alasnya." Nanny Polla segera menyiapkan alas untuk Anne berbaring.
"Silahkan nona, sini saya bantu."
"Terima kasih Nanny!"
Anne berbaring sambil merentangkan kedua tangannya untuk merasakan rumput disekitarnya. Anne mulai bersenandung kecil sambil menikmati langit biru, angin yang berhembus, dan wangi rumput yang menenangkan.
"Oh, Hans, apa ini yang ada di tanganku?" Seketika Anne duduk dan menunjukkan sesuatu di tangannya.
Hans kemudian segera berlutut dan memeriksa tangan Anne.
"Oh tenang saja, ini hanya ulat biasa. Apakah nona takut?"
"Hmmm ini terasa sangat aneh, hehe, rasanya kenyal seperti puding! Vena ini sangat lucu coba lihat." Anne mengulurkan tangannya kepada Vena yang berada di sampingnya.
"Aaaah!!! Tidak nona, Jangan, saya takut!" seketika Vena berteriak ketika melihat ulat yang ada di tangan Anne.
"Eeh? tapi ini sangat lucu .... Lyre coba pegang, ulat ini sangat kenyal!!" Anne mengarahkan tangannya kepada Lyre.
"Nona! ulat tidak lucu, mereka menjijikkan!" Lyre langsung bergerak menjauh sambil ketakutan.
"Hahaha," Anne dan Hans tertawa terbahak-bahak, sedangkan Nanny hanya bisa menggelengkan kepalanya pasrah.
Annette de Voinn adalah anak terakhir Duke dan Duchess Voinn. Sejak lahir, penglihatan Anne sangat terbatas, tetapi Anne tumbuh menjadi nona yang sangat manis dan ceria. Nanny Polla sudah lama merawat anak-anak keluarga Voinn, dan sudah jelas Anne adalah anak asuh kesayangannya.
Penglihatan Anne memang tidak baik, tetapi Anne tetap berusaha mempelajari sebanyak mungkin bentuk dari berbagai hal di sekitarnya. Walau Anne dikelilingi oleh orang-orang yang menyayanginya dan selalu melindunginya, Anne selalu berusaha untuk bisa mandiri dan melakukan berbagai hal sendiri.
"Lalala ... hmm ...." Anne mulai bersenandung pelan sambil kembali berbaring di tengah taman. Anne sudah sangat suka menyanyi sejak kecil, karena Duchess Voinn sangat sering menyanyikan berbagai lagu untuk menenangkan Anne ketika sedang menangis.
Di kejauhan terlihat sosok Duchess Voinn yang sedang berjalan menghampiri Anne.
"Anne sayang ... ayo bangun, mari makan cemilan sambil minum teh bersama mama," Duchess Voinn memanggil Anne lembut.
"Mamaaa ...." Anne segera berhenti bersenandung dan bangkit berdiri.
"Ayo, Fricsia sudah menunggu di gazebo utara." Duchess Voinn menggenggam tangan kecil Anne dan berjalan bersama.
Duchess Voinn terlihat sangat bahagia melihat Anne sedang bersenang-senang dengan para pembantunya. Ia begitu lega Anne bisa tumbuh menjadi anak yang ceria, walaupun terlahir berbeda dari anak-anak lainnya. Ia sangat bersyukur para pelayan dan pengawal Anne sangat menyayanginya dan melayani Anne dengan tulus sejak Anne masih kecil.
--
Duchess Voinn sangat sedih ketika mengetahui bahwa penglihatan Anne tidak normal karena ia sempat sakit ketika mengandung Anne. Sejak mengetahui hal ini, Duchess Voinn seringkali menyalahkan dirinya dan menangis setiap malam. Duke Voinn juga selalu dengan sabar menemani Duchess setiap malam, ketika menidurkan Anne. Seluruh kediaman Duke Voinn dikelilingi aura yang muram pada masa-masa itu, hanya Tuan Muda Verto yang masih tetap ceria, karena tidak mengerti apa-apa saat itu.
Para pelayan dan pengawal Anne dipilih dengan sangat berhati-hati dan dengan berbagai macam tes. Pelayan yang sempurna sangatlah dibutuhkan dengan keadaan Anne yang membutuhkan perhatian lebih. Pada awalnya Duke Voinn sangat khawatir dan menempatkan empat pelayan dan pengawal khusus untuk mengawasi, menuntun, dan melayani semua kebutuhan Anne.
Duke Voinn sama sekali tidak menyangka Anne tumbuh menjadi anak yang sangat pintar, walaupun tentu saja tidak bisa dibandingkan dengan anak normal pada umumnya. Anne sudah bisa berbicara dan melakukan berbagai hal dasar sejak umur delapan tahun, yang sudah bisa dilakukan anak pada umumnya pada umur lima tahun.
Sejak saat itu Duke mengurangi pelayan Anne menjadi dua orang pelayan dan pengawal yang sangat disukai Anne saja. Tentu saja, pengawal kesukaan Anne adalah Hans, dan sejak bertemu dengan Hans, Anne menjadi lebih ceria dan usil.
Anne masih ingat dengan jelas pertemuan pertamanya dengan Hans. Di pagi yang sejuk, sekitar lima tahun yang lalu, saat Anne masih berumur enam tahun, Duke Voinn mengirimkan dua pengawal baru.
Tok, Tok
"Nona, para pengawal baru sudah tiba," salah satu pengawal yang berjaga di depan kamar Anne mengumumkan.
"Iya, silahkan masuk satu persatu."
"Selamat pagi nona Anne, perkenalkan saya Hans Peliad, dari pasukan satu, siap melayani anda."
"Hallo Hans, namaku Annette de Voinn, panggil saja Anne, salam kenal."
"Baik Nona Anne."
"..."
Hans menjawab singkat dan suasana kembali menjadi sunyi.
'Itu saja? kenapa para pelayan dan pengawal sangat membosankan?' Anne berkata dalam hati. Kastil ini sangat sepi sejak Kak Verto pergi ke Akademi.
"Emm, bisa tolong ambilkan buku yang ada di sana?" Anne meminta tolong kepada Hans, sambil menunjukkan senyum manisnya.
"Baik nona, buku apa yang anda cari?" Hans mulai berjalan menuju lemari buku besar di dalam kamar Anne.
"Oh, emm… sepertinya buku itu berwarna merah terang di bagian atas lemari."
Hans segera menemukan buku tersebut karena berwarna sangat mencolok di antara buku lainnya. Hans kemudian perlahan menarik buku tersebut dari lemari, tetapi tiba-tiba banyak kertas kecil berjatuhan dan membuat kamar Anne berantakan dengan kertas warna-warni. Hans seketika diam terpaku, panik dan terkejut Hans hampir menjatuhkan buku yang sedang dipegangnya. Refleks Hans menangkap buku tersebut dan menatap Nanny dan Anne dengan muka yang pucat.
Nanny menatap Anne dengan tajam, yang tidak disadari Anne, tentu saja.
'Apa lagi yang Nona Anne rencanakan kali ini?' Nanny Polla berkata dalam hati.
"Ahh, sepertinya bukan buku itu. Hmm mungkin buku hijau terang di ujung lemari."
Anne terlihat tidak terlalu terkejut dengan yang terjadi. Mungkin penglihatan Anne sangat buruk, seperti yang didengarnya. Tetapi Nanny jelas terlihat sedikit terkejut.
"Baik Nona."
Hans menaruh kembali buku tersebut dan menggapai buku hijau dengan sangat berhati-hati. Ketika buku tersebut ditarik keluar, terlihat seutas tali merah. Hans berpikir itu hanya pembatas buku, tetapi ternyata ketika membawa buku tersebut kepada Anne, tali itu menjatuhkan semua buku di barisan tengah. Hans langsung menengok ke belakang dan kembali diam terpaku sambil menatap semua kekacauan yang dibuatnya.
"Anne!!" Nanny yang kaget, seketika menegur Anne, sedangkan Hans masih terdiam bingung.
"Hahaha," Anne mulai tertawa terbahak-bahak.
"Maaf, tidak perlu terlalu kaku bila tidak ada siapapun, mari berteman Hans!!" Anne berkata di sela-sela tawanya.
"Ah, apa?!" Hans tidak mengerti dengan situasi yang sedang terjadi.
"Oh, Iya! Tidak apa-apa nona, dengan senang hati saya akan menjadi teman nona!"
Hans yang baru menyadari dirinya baru saja dijebak, akhirnya kembali tenang. Ia sangat lega tidak terlibat masalah di hari pertamanya melayani Nona Annette. Hans sangat senang mengetahui bahwa Anne sangat ramah dan rendah hati.
"Anne tidak punya banyak teman, sedangkan Nanny dan para pembantu sangat tidak asik untuk diajak bermain."
Sejak saat itu mereka menjadi sangat dekat dan sering menjahili pegawai-pegawai lain setiap hari.
--