Chereads / Lantunan Cinta / Chapter 8 - BAB 7

Chapter 8 - BAB 7

Keadaan Ziah sekarang mulai membaik, sudah 2 hari dia lepas dari kesembuhannya dan sekarang sudah bisa beraktivitas seperti biasanya tapi kadang dilarang sama Umminya untuk lebih banyak beristirahat. Namun, dia keras kepala sampai-sampai Ummi jenuh menasehatinya.

"Ziah kamu sedang apa sayang? Udah kamu ke kamar gih! Biar ini sama Ummi."

"Nggak, Ummi. Ziah jenuh dikamar bawaannya mau beraktivitas, lagian ini cuma masak ko nggak yang berat-berat, daripada Ziah diem terus di kamar nggak ada kerjaan mending Ziah masakkan? Itung-itung olahraga gerakiin badan."

"Terserah kamu deh, tapi awas ya kalo udah cape berhenti! Jangan diterusin lagi!"

"Iyya ummi cantikkkkkkk bangetttttt tapi tetep cantikkan aku."

"Terserah kamu yang penting dimata Abi tetep cantik."

"Dib pd banget Ummi2," ucap Ziah tertawa. Kadang Ziah merasa aneh dengan Umminya kadang-kadang kayak anak kecil tak mau kalah, kadang-kadang kayak sahabat pemberi nasehat, kadang-kadang cerewet demi kebaikannya. Tapi tetep meskipun seperti itu Umminya tetap di hati.

Mereka kembali memasak, tiba-tiba Abinya datang.

"Assalamu'alaikum, sudah 2 hari kamu lepas dari kesembuhan berarti besok pergi mondok. Abi mau tanya temen kamu yang waktu itu mau ikut mondok, jadi?" Tanya abi.

"Oh iyya belum, Bi. Ya udah Ziah ke kamar dulu ya mau nanyain ke Ara jadi nggak nya," jawab Ziah.

"Kalo dia jadi ikut, suruh besok kesini ya! Jangan lupa kasih tau dia juga barang yang harus dibawanya."

"Siap, Bi."

***

Setibanya dikamar Ziah mengambil hp. Dia langsung mencari no Ara, dihubunginya langsung.

Assalamu'alaikum Ra, kamu jadi nggak ikut mondok?

[...]

Udah minta izin?

[...]

Alhamdulillah kalo gitu, terus kata abi besok kesini ya terus jangan lupa bawa barang yang mau dibawanya! Kan udah 2 hari juga waktunya kita pergi ke pondok semangat buat kita berdua hehe, aku tutup telepon lagi soalnya lagi masak hehe Assalamu'alaikum Ara cantik

Ziah kembali ke dapur mau menyampaikan pesan dari Ara tapi yang dicari tidak ada didapur.

"Mi, Abi mana?"  

"Ke kamar, kata Abi suruh ke kamar kalo kamu udah datang."

"Ya udah aku mau ke Abi dulu ya Mi," ucap Ziah.

Ziah menyusul Abi ke kamar dan betul dia dikamar sedang berkutat dengan latpopnya.

"Assalamu'alaikum, Abi kata Ara dia mau ikut mondok dia juga udah izin sama orangtuanya."

"Udah kasih tau dia besok berangkat?"

"Udah, Abi."

"Ya udah kalo gitu, berarti kamu persiapan ya! Minta bantuin sama Ummi."

"Iyya Abi, Ziah kembali ke dapur mau lanjutin lagi masak."

"Iya sayang silakan."

***

Hari ini tiba saatnya Ziah dan Ara akan pergi mondok. Disaat Ziah sedang memasukkan barang-barang bawaan. Ara datang dengan ibunya,ayah Ara tak bisa mengantarkan karena dia sedang bekerja.

"Assalamu'alaikum," ucap Ara dan Ibunya.

"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh" 

"Eh, Neng Ara sini biar bapak yang masukkin barang bawaanya," ucap Pak supir.

"Eh iyya, Pak. Makasih, Pak."

"Ra sini!" Ajak Ziah melambaikan tangannya. Ara menghampiri sambil tersenyum.

"Alhamdulillah sudah, Pak semuanya sudah dimasukkan," ucap pak supir.

"Alhamdulillah ayok kita berangkat."

"Maaf pak saya tidak bisa ikut, suami saya lagi kerja kesian kalo pulang dari rumah gak ada yang nyiapan makananya," tutur Ibu Ara.

"Ya udah nggak apa-apa, nak Ara silakan  berpamitan dulu sama ibu! Minta do'a sama restu keselamatannya," ucap Abi.

Ara memeluk ibunya, Ara menangis dipelukan ibunya begitupun sebaliknya, yang ada disitu pun ikut menangis.

Kini  yang dirasakan dari sosok Ibu Ara  melepaskan anak untuk mencari ilmu dinegeri orang, sangatlah tidak mau tapi harus bagaimana lagi itu demi masa depan anaknya.

"ibu doa'ain Ara ya semoga selamat sampe tujuan, do'ain juga ilmu yang akan Ara timba menjadi ilmu yang bermanfaat bagi diri pribadi Ara, Keluarga, Bangsa dan Negara."

"Iyya sayang ibu akan selalu do'ain Ara," dikecupnya kening Ara.

"Ara pamit ya, Bu."

"Iyya sayang."

Kami pun naik ke mobil hanya tersisa Ibunya Ara, anak dan ibu itu saling melambaikan tangan.

***

Tiba di pesantren Nurul Khoir yang berada di Tasikmalaya dekat perkampungan. Pesantrennya cukup lumayan besar. Keluarga Ziah masuk dan cukup lumayan banyak santri berlalu lalang ada yang sedang bermurajaah, ada yang lagi menghafal, ada yang lari-larian dan ada yang lagi dihukum.

Ziah dan keluarga masuk ke rumah pimpinan pondoknya.

"Assalamu'alaikum" ucap mereka serempak.

"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh, Masya Alloh Ali" ucap Kyai  Abdillah memeluk sahabat karibnya, sebagai pimpinan pondok pesantren kebetulan yang membukakan pintu adalah pimpinan pondok. 

"Eh Abdil gimana keadaan kamu? Lama kita tak berjumpa" kekeh Pak Ali, Abinya Ziah.

"Baik-baik mari masuk dulu lah masa kita ngobrol diluar."

Kyai mempersilahkan keluarga Pak Ali masuk, kedatangan mereka disambut dengan baik, makanan demi makanan mereka hidangkan.

Mereka berbincang-bincang, lelucon yang mereka keluarkan mengundang gelak tawa siapa yang melihat keakraban mereka pasti ikut ketawa.

"Sudah lah, Dil dari tadi kita berbincang-bincang, jadi tujuan ku kesini mengajak sekeluarga, mau menitipkan anak saya dan ini temannya untuk menimba ilmu disini, karena di sana saya tak bisa membimbing sepenuhnya," ucap Pak Ali melirik ke Ziah dan Ara.

"Boleh Li, terima kasih atas kepercayaan kamu In Syaa Alloh disini mereka dapat menimba ilmu dan dipesantren ini akan dibimbing, bentar saya panggilkan santriyah yang akan mengantarkan mereka ke kobong nya."

Kobong adalah tempat dimana santri atau santriyah tempat tinggal mereka namun yang membedakan mereka hidup mandiri tanpa bantuan orang tua biasanya dalam 1 kobong ditempati sama 6 orang, ada ketuanya juga.

"Lis kamu panggilkan Roisah katakan yang kobong nya terdisi masih 4 orang!" Perintahnya kepada anaknya yang bernama Lisna.

"Iyya abah," ucap anaknya.

***

Roisah yang bernama Siti Pajriah yang dipanggil datang dan menemui pimpinan pondok. Kyai menyuruhnya untuk mengantarkan Ziah dan Ara ke kobongnya.

Ziah dan Ara mengikuti roisah itu, dari rumah Kyai sampai kobongnya banyak yang menatap Ziah dan Ara, mungkin karena mayoritas dipimpinan pondok ini tak ada yang memakai cadar hanya Ziah dan Ara yang memakainya, banyak bisikan2 keluar dari mulut mereka.

"Alhamdulillah kita sampai ini kobong kalian, selamat datang ya di Pesantren ini semoga kalian betah, bisa berbaur  dengan teman kalian, saya harap kalian bisa mematuhi aturan di pesantren ini, nanti aturan akan diberi tau sama ketua" ucapnya.

"Alhamdulillah terimakasih, In syaa Alloh kami akan berusaha mentaati aturan-aturan yang berlaku di pesantren ini," ucap Ziah.

"Iya sama2, saya pamit ya assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh."

"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh."

"Alhamdulillah semoga belajarnya aku disini penuh dengan keberkahan, Aamiin," ucap Ara.

"Aamiin Ya Robbal Aalamiin, udah yuk kita masuk!"

Toktoktok Ziah dan Ara mengetuk pintu dan langsung dibukakan oleh santriyah yang ada di dalem.

"Emm santriyah baru?" tanya-nya.

"Hehe iyya kami santriyah baru, kami dikobongkan disini," jawab Ziah.

"Oh iyya silakan masuk, tapi sebelumnya kita kenalan dulu atuh namanya siapa?" 

"Hehe aku Ara dan dia Ziah temen sahabatku," jawab Ara.

"Masya Alloh pada cantik-cantik, nama aku salsa salam kenal ya semoga kita jadi temen yang saling mengingatkan, hayu atuh yuk masuk, kalian bisa langsung beres2 ya!" perintahnya.

Ziah dan Ara masuk.