Ziah masih dirumah sakit dia sedang memainkan Hpnya, ketukan pintu membuat Ziah berpaling ke arah pintu dilihatnya pintu itu dibuka menampakkan sahabatnya yang Ziah cintai, mereka adalah Ara dan Nisa.
Ziah tak menyangka ia rasa ini mimpi, apakah sahabatnya itu sudah tidak kecewa lagi? Atau hanya belas kasihan? Tapi ia hempaskan pikiran negatif itu.
Teman-temannya mendekati ke arah brangkas yang Ziah tiduri, senyuman Ziah tak pudar namun Ara masih bersikap dingin ada rasa sedikit tercubit melihat sahabatnya tak membalas senyumannya.
Setelah lebih dekat tiba-tiba Ara menghamburkan pelukannya, Ara menangis dia telah menyesal telah bersikap begitu pada Ziah, hatinya senang berarti sahabatnya sudah tidak kecewa lagi.
Dilain dengan Nisa, dia ikutan menangis karena terharu melihat sahabat-sahabatnya bisa berdamai lagi. Nisa mendekati mereka
"Assalamu'alaikum, Ziah," ucap Nisa.
"Hehe iyya aku sampe lupa ucapin salam, Assalamu'alaikum, Ziah. Gimana keadaannya apakah sudah membaik?" Tanya Ara melepaskan pelukan mereka.
"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh, Alhamdulillah aku udah baikan, paling besok juga pulang," ucap Ziah diakhiri senyuman.
"Alhamdulillah kalo gitu, emm Ziah aku minta maaf ya telah bersikap tidak seperti biasanya sama kamu," ucap Ara.
"Iyya, Ara cantik sama2."
Alhamdulillah mereka kembali akur, Ara telah meminta maaf mengakui dirinya telah salah dalam bertindak.
"Ziah kapan kamu ke pondok?" Tanya Ara.
"Aku akan ke pondok 2 hari setelah sembuh."
"Emm rasanya aku ingin ikut, Ziah. Aku ingin tholab ilmu sama-sama dengan kamu," ucap Ara. Ucapan itu hanya terlintas dipikiran Ara tanpa berpikir dua kali, tapi ntah orang tua nya mengizinkan atau tidak.
"Apakah kamu yakin?"
"Iyya Ziah rasanya aku pengen ikut, ingin ngerasain gimana suasana pondok, pasti ada santri2 idaman deh aduh rasanya" hayal Ara, itu membuat Nisa kesal, ia tak menanggapi hanya senyum melihat Nisa kesal pada Ara.
Ya bagaimana tidak kesal udah didengerin baik-baik eh ujung nya ngelantur.
"Heh kamu mah orang ke pondok itu cari ilmu bukan cari jodoh," gerutu Nisa, yang dikasih saran malah cengengesan.
"Hehe iyya, yang tentunya aku mau cari ilmu agama, aku paham keluarga ku memang tak pandai dalam ilmu agama, nah dari situ aku berpikiran bahwa hidup tanpa ilmu agama serasa tak berguna."
"Saran aku nih bicarakan dulu sama orang tua mu Ra, kalo mereka setuju nanti kita bareng-bareng pergi pondok bareng-bareng juga mencari ilmu agama," ucap Ziah.
"Iyya bener, Ra. Kamu minta izin dulu!" Saran Nisa.
"Ya udah kalo gitu aku akan bicarakan sama orang tua ku,nanti aku kasih kabar ya," diangguki oleh Ziah sebagai jawabbannya.
"Aduh mamae rasanya aku juga ingin ikut pindah tapi kemungkinan harapan aku kecil karena terhalang sama perekonomian, itu juga ibu pasti kurang ngizinin, aku hanya anak tunggal ayah ku sudah tiada sejak aku beranjak usia 2 tahun, kesian kalo aku ikut mondok gimana keadaan ibu ku nanti," ucap Nisa pilu.
"Sabar ya Nis semoga kita dipertemukan lagi," ucap Ziah menenangkannya.
"Iya In Syaa Alloh semangat ya buat kalian cari ilmunya."
"Siap Bu Nisa" ucap serempak Ara dan Ziah dibarengi hormat.
Mereka saling pandang ujung-ujung gelak tawa yang keluar.
Ya rasanya punya sahabat itu enak bisa dapet saran bisa bahagia bersama sedih bersama apa-apa bersama. Itulah yang mereka rasakan saat ini mempunyai sahabat paling berarti dalam kehidupan kita.
Meskipun pertengkaran demi pertengkaran terjadi, itu tidak membuat persahabatan diantara mereka pecah, tergantung gimana sikap dan tindakan.
***
Sahabatnya sudah pulang, sekarang Ziah bersama ummi, Abi pulang sebentar karena ada urusan sedikit dengan kantorannya.
"Ummi," panggil Ziah.
"Iyaa sayang," Ummi menghampiri Ziah.
"Ummi tadi sedikit berbincang dengan Ara katanya dia mau ikut mondok mi."
"Apakah dia udah memberi tau orang tuanya?"
"Belum ummi, tadi Ziah memberinya saran supaya dia minta izin sama orang tuanya."
"Ya udah kalo gitu, nanti kamu bicarain sama abi ya, terus tunggu kabar dari Ara!" Diangguki oleh Ziah.
Mereka berdua menunggu kedatangan abi, yang ditunggu2 belum datang juga sudah jam 11 malam.Ummi khwatir sama suaminya itu dia mondar mandir.
"Ziah ko Abi belum datang juga ya?" tanya Ummi sama Ziah yang hampir saja akan tidur.
"Hemm iyya Ummi? Mungkin Abi masih ada kerjaan."
"Ummi gelisah Ziah, ish awas saja ya kalo datang," gerutu Ummi.
Ummi terus saja mondar mandir tanpa henti, Ziah yang melihatnya pun pusing daripada dia pusing liat Ummi, dia terlelap tidur.
"Ziah, Ummi kesel,khawatir, gelisah Abi mu kemana sih ko lama," ucap Ummi terus ngomel. Karena tidak ada sahutan dari anak nya dilihatlah anaknya sedang terlelap tidur penuh kedamaian, Ummi yang melihatnya langsung bengong.
"Aduh, Ziah Ummi lagi ngomong malah tidur lagi, anak sama bapaknya sama-sama bikin kesel, ya udah lah dari pada mondar mandir gak karuan gak bikin uang nambah mending tidur," ucap Ummi langsung tidur di sopa.
Baru saja 5 menit Ummi akan terlelap ada ketukan pintu,merasa terganggu Ummi bangun dengan mata yang kurang fres menuju pintu dan dibukakannya pintu.
"Aaaaaaaaa" jeritan ummi alhasil Ziah pun ikut bangun, Ziah yang melihat penampakkan itu ikut menjerit,bagaimana tidak sosok lelaki membawa senter dilentakkan di bawah dagu, siapa yang melihat akan menjerit ketakutan. Dan dia adalah Abi.
"Sutttt," ucap abi menempelkan telunjuk dibibirnya. Ummi engos-engossan begitu juga Ziah mencoba menetralkan detak jantungnya karena syok melihat penampakkan.
"Abi bikin Ummi syok aja gimana kalo meninggal karena jantungan, siapa yang mau mengurus rumah tangga hemm?" Jewer Ummi membuat Abi meringis kesakitan.
"Aduh-aduh Ummi jangan dijewer dong kuping Abi sakit ish, kalo Ummi meninggal tinggal cari yang lain buat ngurusin Abi sama Ziah," enteng Abi.
"Ish kebangetan jahat bener punya suami tuh," ucap ummi semakin menarikkan jewerannya.
"Adududu udah atuh Ummi sayang, iyya Abi gak akan cari yang lain cuma Ummi seorang ko yang ada di hati Abi."
Ummi langsung melepaskan jewerannya. Ziah yang melihat kelakuan kedua orang tuanya tertawa, menurut Ziah pasangan mereka itu bisa dibilang romantis.
"Abi!"
"Iyya Ummi sayang," dipeluk Ummi.
"Darimana? Ko lama?"
"Abi tadi ada urusan mendadak jadi harus kekantor."
"Bnr?"
"Iyya Ummi," diciumnya pipi Ummi.
"Ish jangan cium-cium, Ummi lagi kesel sama, Abi" cemberutnya.
"Ya maaf sayang yah," pinta maafnya sambil mengedipkan mata. Jawaban Ummi hanya sewot, Abi tahu jika istrinya itu lagi kesel dan tidak mudah berdamai tapi itu tidak membuat Abi menjauh atau marah, justru Abi malah seneng liat Ummi seperti itu, rasanya pengen menggoda Ummi terus.
Bagaimana dengan Ziah?
Tenang Ziah udah tidur sebelum ummi panggil abi, kalo liat terus pasangan romantis itu pasti Ziah pengen nikah haha.
"Bi kata Ziah mau ngomong sesuatu," ucap Ummi.
"Ngomong apa Mi?"
"Ya nanti tanyain aja besok."
Abi mengangguk sebagai jawabannya.