Chereads / Lantunan Cinta / Chapter 1 - Prolog

Lantunan Cinta

Yeni_Widia_4232
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 24.7k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Prolog

Asyila Fauziah duduk di kelas 2 tsanawiyah umurnya 17 tahun lahir di Tasikmalaya 24 september 2003 sifatnya  lembut baik. Wanita bercadar, hobinya membaca dan menulis.

Daffa Anshari, ustadz di pesantren Nurul Khoir karakternya cuek, dingin, tapi terlalu sih kecuali sama orang yang sudah kenal. Dia mengajar di pesantren sudah 10 tahun, dia mencari ilmu juga dipesantren selama 15 tahun dan umurnya sekarang 25 tahun.

***

Disaat Ziah sedang terlelap jam berdering dan dilihat  menunjukkan pukul 2 malam, dia pergi ke toilet mengambil wudhu untuk melaksanakan sholat tahajud dilanjutkan dengan membaca Al-Qur'an sampai jam 4 diisi dengan hafalan-hafalan juga. Disaat adzan berkumandang Ziah melaksanakan sholat subuh dan setelah itu pergi ke dapur untuk membantu ummi memasak.

"Assalamu'alaikum Ummi," ucapnya menghampiri ummi yg lagi memotong ayam.

"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh anak Ummi yang cantik," ucap ummi melemparkan senyumannya.

"Mi kita masak apa nih?" Tanyanya.

"Kita masak ayam goreng, karena Abi yang minta," jawab ummi.

"Oh gitu, aku bantu ya mi."

"Iyya sholihah."

Mereka berdua bergulat di dapur untuk menyiapkan makanan, Ziah memotong sayur-sayuran. Disaat mereka sedang masak ada yang mengganggu aktifitas mau tau siapa? siapa lagi kalau bukan abi, dia selalu saja mengganggu aktifitas sampai-sampai ummi suka marah ke abi hihi.

"Ummi lagi masak apa?" tanya Abi yang akan memeluk Ummi dari belakang.

"Lagi masak ayam goreng Abi, kan Abi yang minta mau dimasakin ayam goreng sama Ummi," ujar Ummi yang terus lagi masak tanpa menghiraukan gerakkan abi.

"Sholihahnya istriku ini," kata Abi sambil senyum-senyum menempelkan dagu diatas bahu Ummi.

"Ya harus kan jadi istri itu harus nurut apa kata suami biar masuk surga," kata Ummi.

"Pintarnya berarti kalau abi minta debay blh?" goda Abi mengedip-ngedipkan matanya.

"Abi ini gak liat apa disini ada Ziah, udh sana pergi," jawab ummi sambil mengusir Abi.

"Mi blh ya," ucap abi memelas kayak anak bayi yang ingin sesuatu. Aku yang liat abi seperti itu hanya bisa tertawa terbahak-bahak.

Ummi ngelirik ke Abi sambil bawa penggorengan gak lupa juga sama matanya yang udah mau melotot-melotot.

"Abiiiiiiiiiiiii," jeritan Ummi yang membuat kupingku sakit tapi lucu juga liat mereka kayak tom and jerry dan Abi langsung pergi ke kamarnya.

"Rasain tuh Bi makannya jangan suka gangguin Ummi lagi masak," ujarku sambil ketawa. 

"Udah-udah lanjut lagi masaknya masih pagi ada-ada aja kelakuan Abi mu itu," ucap Ummi.

"Kalo diliat-liat Abi itu kayak anak kecil ya Mi, tapi kalo udah tegas gak ada satu orang pun yang bisa ngelawan ya hihi."

"Iyaa, eeeh itu udah belum potong-potong sayur nya?" Tanya Ummi.

"Udah Ummi," jawab ku.

"Ya udah kamu masak dulu, Ummi mau ke kamar dulu sebentar nyiapin perlengkapan, Abi," ucap ummi bergegas ke kamar.

"Siap Ummi" Ziah mengoseng sayur yang tadi sudah dipotong-potong. Sampai jam 5:30 sudah selesai, Ziah langsung menghidangkan ke tempat meja dan bergegas ke kamar mandi untuk bersiap-siap ke sekolah.

Ziah berada di kamar  sedang bersiap-siap, sedikit memoleskan bedak agar kelihatan tidak spa dan tak lupa sehelai kain yang menutupi wajahku yang berwarna putih karena hari ini hari senin aku sesuaikan dengan seragam ku, setelah selesai aku langsung turun ke bawah untuk makan sarapan dengan keluarga ku.

" Assalamu'alaikum Abi Ummi," kata Ziah, Abi dan Ummi selalu mengajarkan ku jika dimanapun ketika mau berjumpa dengan seseorang harus mengucapkan salam dan itu aku lakukan.

"Wa'alaikumsalam," ucap mereka.

Ziah langsung duduk dan mengambil nasi sama lauk pauknya.

"Ziah kamu pulang jam berapa sayang?" tanya Abi menyuapkan nasi ke mulutnya.

"Pulang jam 12 Abi, emang nya kenapa Bi?" 

"Ada yang mau Abi sampaikan, kamu pulang dari sekolah langsung pulang ya nak!" Perintah Abi.

"Iyya Abi In Syaa Alloh ziah langsung pulang."

Hening hanya sendok dan garpu yang beradu.

***

Setibanya di sekolah tak lupa Ziah membayar angkot, yah meskipun Abi menyuruhnya memakai mobil pribadi tapi Ziah lebih enak pakai kendaraan umum dan rasanya enak karena bisa ngobrol dengan teman-temannya. 

"Assalamu'alaikum Ziah," ucap Ara dari gerbang dan menghampiri karena dia juga baru datang.

"Waalaikumussalam Ara," ujarku sambil melemparkan senyuman. 

Ara adalah teman Ziah yang selalu kemana-mana, mereka sudah berteman dari kelas 1 smp sampai sekarang masih menjadi sahabat dan dia sama seperti Ziah memakai cadar. Mereka memakai cadar bukan sebagai ajang pamer atau caper, tapi berniat untuk memantapkan diri lebih baik lagi dan ingin mempunyai rasa malu sehingga lebih tersembunyi dari dunia luar.

"Yuk Ziah kita bareng ke kelas," Ajak Ara.

"Ayok," mereka berdua memasuki sekolah dan bergegas pergi ke kelas. 

Sepanjang perjalanan banyak sorotan mata yang melihat ada yang bilang mereka teroris, so' alim, ada juga yang memuji masih banyak kata-kata yang keluar dari mereka tapi kami hiraukan. Kami terus berjalan memasuki kelas.

" Assalamu'alaikum," ucap mereka serempak.

"Wa'alaikumussalam Ziah Ara," jawab Nisa sambil menjerit. Nisa menjadi teman dekat sewaktu Ziah dan Ara masuk sekolah dan disaat itu Nisa memperkenalkan diri dan ingin menjadi teman, mereka pun menerima dengan senang hati. Bedanya Nisa tidak memakai cadar seperti Ziah dan Ara.

"Biasa aja Nisa kami juga denger ko, bisa-bisa kupingku sakit nih," ketus Ara. 

"Hehe maaf dong," jawab Nisa cengengesan.

"Hey teman-teman ayo segera ke lapangan, upacara akan segera di mulai," ucap Ilham, dia sebagai ketua di kelas, orangnya ramah tapi suka bikin kesel yang tentunya dia bertanggung jawab.

Kelas II Ipa berbondong-bondong pergi kelapangan dan disana sudah banyak siswa yang sudah berbaris. Ketika Ziah, Ara dan Nisa  melewati siswi tetap banyak kata hinaan yang mereka lemparkan kepada Ziah dan Ara. Ada seseorang yang mendekat kepada kami.

"Oh ini emak-emak, so' alim itu," kata Vika melirik ke arah Ziah dengan nada suara lumayan cukup tinggi sehingga orang-orang disekitar pun melirik ke arah mereka, Vika orangnya selalu saja menghina Ziah dan Ara, entah kenapa dia seperti benci terhadap mereka berdua semenjak masuk ke sekolah ini.

"Heh gapapa lah kita disebut emak-emak juga so' nanti kita bakal jadi emak-emak, laki-laki juga lihatnya keibu-ibuan bukan kebapak-bapak an apalagi sama cewek yang gak punya attitude seperti kamu gak akan ada tuh laki-laki yang mau nempel, terus gapapa lah dibilang so' alim juga doain ya semoga alim beneran oke," jawab Ara dengan nada suara sama seperti Vika membuat suasana semakin panas.

"Huuuuuuuuu," ucap semua siswi yang melihat.

"Iya ya percuma sekolah kalo gak pake attitude nya serasa sekolah milik sendiri aja sama-sama makan nasi jangan so' keras ngehina orang," ujar Nisa dan itu seketika Vika mau ngejambak kerudung Nisa, tapi langsung Ziah berhentikan.

"Udah stop disini kita akan belajar bukan ribut, dan kamu Vika kami bertiga tidak pernah menghina atau berurusan sama kamu jadi jangan ganggu kami lagi," ucap Ziah dengan nada tegas dan itu membuat Vika diam dan mereka bertiga pergi di area itu mencari tempat lain.

"Kesel banget aku sama Si Vika mentang-mentang cantik tapi tetep cantikkan aku sih," kata Nisa lagi emosi-emosinya ada aja pd nya melebihi pd tingkat dewa lagi.

"Aduh Nisa orang lagi emosi masih bisa pd ya," ucapnya melas sambil memutarkan bola mata, Ziah hanya cengengesan.

"Heh kalian diam upacara sudah dimulai," kata osis yang bernama Naufal. Kami pun langsung diam dan benar upacara sudah dimulai.