Selesai upacara mereka bertiga langsung ke kelas, jam pertama yaitu matematika banyak siswa/siswi yang jenuh dengan pelajaran yang satu ini tapi bagi Ziah itu tidak jenuh bagaimana niat seseorang dalam belajar justru Ziah sangat menyukainya entahlah sejak kapan, dia menyukainya.
"Eh Ziah kamu udah belum PR matematika?" tanya Ara.
"Udah, emang nya kenapa? Mau nyontek hmm?" tanya Zia, dia udah tau pastinya sahabatnya itu nyontek karena udah jadi kebiasaannya.
"Hehe iyya nih, semalem aku nonton tv jadi kelupaan kirain nggak ada tugas, apalagi ancamannya bakal kena hukuman dengan hormat di depan tiang bendera masa iya sih, emang ny kamu nggak kesian gituh sama aku," kata Ara drama memelas.
"Kesian sih kesian banget malahan mah tapi nggak keterusan nyontek juga Ara sayang, nih makanya kalo inget langsung kerjain biar gak kena hukum," kata Ziah sambil menyodorkan buku matematika.
"Iyya sayang maaf yah, sama makasih nih udah mau bantu aku," ucap Ara yang langsung nulis.
"Hmm iyya sama-sama," jawabnya, dia melihat sekeliling banyak yang sedang mengerjakan tugas yang pastinya tugas pr matematika. Mereka saling contek menyontek dan banyak juga satu buku jadi rebutan.
"Hey temen-temen kata Bu Halimah matematika hal 50 pelajari terus kerjakan hal 52 nya," kata Ilham seketika di dalam kelas menjadi hening.
"Wih emangnya gak masuk Bu Halimah nya Ham?" tanya Asnaf.
"Iyya katanya mau jenguk anaknya yang lagi sakit di rumah sakit."
"Asikkk," sorak anak-anak kelas ada yang sampai berlari-lari, jungkat-jungkit berbagai gaya mereka keluarkan karena saking senengnya guru matematika tidak datang.
"Alhamdulillah Bu Halimah nya nggak datang," kata Ara sambil bersantai menyimpan bolpoin diganti sama hp.
"Ara gak boleh gitu, harusnya kamu doain buat anak nya yang sedang sakit," peringat Ziah.
"Eehh iyya Ziah," ucapnya sambil cengengesan.
"Ya udah kamu lanjutin dulu ngerjain pr nya aku lagi ngerjain tugas yang tadi Bu Halimah tugasin! Setelah itu kita ke kantin aku lapar nih soalnya tadi sarapannya dikit," ucap Ziah masih mengerjakan tugas.
"Oke Ziah sayang," ucap Ara, mereka pun menyelesaikan tugas.
***
Tringg tringg tringg
Bel berbunyi anak-anak berhamburan keluar, kelas pun menjadi sepi. Nisa menghampiri kami berdua yang sedang menulis.
"Ziah, Ara ke kantin yok aku dari tadi dah nahan lapar nih," kata Nisa.
"Ya udah yuk," kata ku bangoit dari tempat duduk.
Kami pun berjalan menuju kantin, setibanya di kantin Ziah dan Nisa langsung duduk, Ara menuju tempat pesanan.
"Ziah aku mau tanya nih, boleh gak?" tanya Nisa.
"Boleh dong masa gak boleh emangnya mau tanya apa Nis?" tanya Ziah balik.
"Alasan kamu bercadar apa? Dah lama aku ingin nanyain ini ke kamu baru sekarang aku beraninya hehe," ucap Nisa.
Ziah tersenyum, sudah banyak orang-orang yang menanyakan hal seperti itu jadi dia tidak terlalu asing dengan kata seperti itu dan menurutnya itu adalab pertanyaan biasa jadi wajar-wajar saja.
"Yakin kamu mau tau?" Ziah menanyakan lagi kepada Nisa dan itu membuat Nisa menganggukkan kepala.
"Oke aku jelasin ya, wanita itu fitnah dunia wajah cantik rupawan bisa menimbulkan syahwat di mata elang laki-laki wanita harus tersembunyi hanya laki-laki mahramnya dan suaminya yang bisa melihat kecantikkan dari seorang wanita, kecantikan seorang wanita bukanlah untuk dipertontonkan. Wanita cantik akan membuat laki-laki menatap sedangkan wanita berakhlak baik akan membuat laki-laki menetap, kamu pilih ditatap atau di tetap?" jelas Ziah secara rinci.
"Ya aku pilih ditetap lah masa iya aku ditatap doang terus di ghosting hiks," jawab Nisa cemberut karena pertanyaan Ziah.
"Hehehe makanya berakhlaq lah baik, seperti apa? Wanita yang mempunyai rasa malu yang sangat besar dibandingkan dengan yang lainnya," ucap Ziah memberi pengertian padanya.
"Iyya Nis laki-laki pun akan jedag-jedug," sanggah Ara yang dari tadi udah duduk didepan mereka semenjak Ziah mulai menjelaskan.
"Hah jedag-jedug? Emang nya mau dangdutan jedag-jedug mksh ya Ziah penjelasannya," ucap Nisa dijawab anggukan oleh Ziah.
"Eh Nis ketika kamu cinta laki-laki kamu seperti Siti Khodijah aja yang nembak Nabi Muhammad duluan," ucap Ara.
"Ih nggak masa iyya aku nembak laki-laki duluan untung kalo di terima buntung lah kalo gak diterima malu aku jadinya, jangankan ditolak nembaknya aja udah malu," ucap Nisa.
"Gapapa lah masih banyak ko yang nyakitin hati kamu karena perasaan berujung kekecewaan apalagi di ghosting," ujar Ara diakhiri ketawa terbahak. Karena melihat Nisa yang udah cemberut.
"Ih kamu tuh yah demen banget bikin aku kesel," kata Nisa.
"Udah pesanan sudah datang tuh," ucap Ziah ketawa kecil melihat Bi Idah membawa makanan.
"Ini nasi gorengnya sama minumannya," kata Bi Idah menaruh makanan diatas meja, sebelum Bi Idah pergi dia liat Nisa yang cemberut.
"Eh ini teh ku naon? Neng Nisa cemberut kayak gituh? tanya Bi Idah.
"Ini Bi karena di ghosting," jawab Ara masih tertawa.
"Emanya naon di kosting teh?"
"Astaghfirulloh bukan kosting Bi tapi ghosting artinya ditinggal pas lagi sayang-sayangnya," jelas kata Ara.
"Oh ghosting dikira kosting sambil ketawa sih bilang na jadi Bibi teh salah denger, euleuh yang sabar atuh nya Neng Nisa kalo ada yang ninggalin mah cari lagi atuh nya neng."
"Hiks Bi iyya makasih loh atas sarannya," kata Nisa yang masih cemberut.
"Iyya sok atuh sekarang mah makan nasi nya jangan makan harapan aja."
"Sip bi makasih banget loh sarannya, denger tuh Nis apa kata Bi Idah," ujar Ara mengeluarkan jempol 2.
"Makasih Bi Idah, ini makanannya enak banget," ucap Ziah.
"Iyya sok Neng sama-sama Bibi tinggal dulu ya," pamit Bi Idah.
"Iyya Bi," jawab serempak.
Mereka bertiga pun melanjutkan makan sampai bel berbunyi tringg tringg tringg.
"Alhamdulillah pas banget pas makan selesai udah bel bunyi." Kata Ziah dan mereka pun meninggalkan kantin.
***
"Eh temen-temen kalian duluan aja aku mau ke toilet sebentar ya!" Perintah Ziah.
"Oh iyya kalo gitu kita duluan ya Ziah yu Ra," ajak Nisa.
Mereka berdua langsung pergi dan Ziah langsung ke toilet. Di perjalanan menuju kelas Ziah melihat Vika bersama teman-temannya mereka menghampiri dan tepat berhenti didepan.
"Hey lo yang so' suci so' alim mau kemana?" tanya Vika tangannya dilipatkan didada.
Ziah yang menghiraukan omongan Vika langsung bergegas tapi siapa sangka dia menyandung kakinya dan otomatis langsung jatuh.
"Kalo ditanya tuh dijawab bukan main nyelonong gitu aja," sarkas Vika dengan nada suara yang cukup tinggi.
Ziah tetap diam dan rasa ngilu di kakinya amat sakit. Tiba-tiba ada orang datang dilihat siapa yang datang, dia adalah Naufal ketua osis yang tadi pagi melarang Ziah dan teman-temannya berisik karena upacara akan di mulai.
"Hey kamu jangan membuat onar di sekolah," tunjuk Naufal kearah Vika.
"Enggak siapa juga yang buat onar dia tadi jatuh jadi kita mau bantuin," alibi Vika mengulurkan tangannya yang akan membantu Ziah bangun.
"Jangan bohong ya saya tau kamu menyandung kakinya sampai dia jatuh, saya tegaskan jika kamu seperti ini lagi saya akan laporkan ke kepala sekolah," tegas Naufal.
Setelah mendengar kata-kata Naufal, Vika dan teman-temannya langsung pergi begitu saja. Naufal jongkok dan mengulurkan tangannya memberi bantuan kepada Ziah tapi dia menolaknya karena mereka bukan mahram.
"Maaf bukannya aku tak mau menerima pertolongan mu kita bukan mahram, sebelum nya terima kasih sudah membantu ku," ucap Ziah sambil berusaha berdiri sendiri tanpa menoleh sedikit pun kepadanya.
" Ya itu terserah kamu saya hanya membantu, tapi bolehkah saya mengantarmu ke UKS? Saya liat kakimu luka," sarannya melihat Ziah yang sudah berdiri.
"Emmm," Ziah bingung antara mau ke UKS tapi nggak mau sama lawan jenis karena takutnya menimbulkan fitnah. Naufal tau apa yang dipikirkan Ziah, jadi dia menyarankan.
"Saya gak akan macam-macam sekarang kamu ke UKS! Saya mengantarkan kamu dari jarak jauh untuk memantau saja dan setelah itu saya akan bilang ke temen kamu agar bisa mengobati luka mu itu," ucap Naufal.