Chereads / Lantunan Cinta / Chapter 4 - BAB 3

Chapter 4 - BAB 3

"Ginih sayang, Abi punya temen di Pesantren Nurul Khoir yang berada di Tasikmalaya, maksud Abi kamu mau pindah ke pesantren itu?" tacap abi membuat hati Ziah teriris bagaimana tidak pastinya, dia akan meninggalkan Ummi Abi Ara Nisa mereka yang selalu ada disaatnya sedih dan senang, tapi Abi malah memisahkannya, Ziah terdiam entah bagaimana yang akan dia ucapkan air matanyamulai keluar. Ummi yang melihatnya seperti ini dia memeluk seolah-olah menguatkan.

"Bukan Abi tega, kamu tau kan Abi jarang mantau kamu, Abi sibuk banget sama pekerjaan, Abi mau kamu itu ada yang diperhatiin terutama dalam ilmu agama," ucap Abi memberi pengertian padanya.

"Kan ada Ummi yang selalu ada Bi". Ucapnya sambil terisak-isak.

"Iya sayang ada Ummi tapi, Ummi rasa belum ahli dalam ilmu agama," ucap Ummi sambil mengelus kepalanya.

"Ziah gak mau Ummi, Ziah gak mau jauh dari Ummi Abi sama temen-temen juga."

"Pokoknya Abi akan memindahkan kamu ke pesantren itu gak ada penolakan!" Perintah Abi sambil meninggalkan mereka berdua di ruang tamu.

"Anak Ummi gak boleh ngelawan ya sayang turutin apa yang Abi mu perintahkan selagi itu buat kebaikan, sekarang kamu ke kamar istirahat ya Ummi bantu yu," ucap Ummi membantunya ke kamar.

Tibanya di kamar Ziah memikirkan perintah Abi yang mau memasukkan ke pesantren, Ziah sungguh bingung entah harus bagaimana, dia menangis di kamarnya sambil memeluk bantal. 

"Kenapa sih Abi tuh nggak bisa ngertiin hikss hikss hikss, aku gak mau pindah aku nyaman disini," ucapnya, mata yang  mulai layu.

***

Ziah bangun dari tidurnya menetralkan cahaya yang ke mata dilihat jam 06.30 kini Ziah kesiangan ke sekolah, dia merasa badannya tak enak. Ziah mengambil hp dan banyak notif pesan yang masuk terutama Ara, dia menanyakan dirinya yang akan sekolah atau tidak.

Ara kesangan ku💖

Assalamu'alaikum ziah, kamu sekolah kan? Ko belum datang?

Wa'alaikumsalam, Ra aku nggak dulu sekolah soalnya badan ku kurang enakkan

Emang nya kamu kenapa Ziah? Nanti aku sama Nisa ke rumah jenguk kamu ya

Nggak usah repot-repot Ara makasih sebelum nya 

Nggak apa-apa nanti aku sehabis sekolah langsung ke rumah kamu, aku masuk dulu ya Ziah bel udah berbunyi, Assalamu'alaikum Ziah

Iyya Ara, Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh

Disimpan hpnya, dia bangun dari tempat tidur mengarah ke cermin dilihatnya mata yang sembab karena seharian menangis. Sungguh Ziah memikirkan perihal pindahan ke pondok itu. Sebenarnya dia mau tapi yang gak mau itu jauh dari orang-orang yang deket sama aku.

Tok tok tok 

Dia membukakan pintu dan ternyata Ummi sambil membawa makanan.

"Assalamu'alaikum sayang makan ya!". Perintahnya. 

"Wa'alaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh Ummi," kami duduk diatas kasur, dia memakan makanan yang Ummi bawa.

"Kamu pucat sekali sayang nanti sehabis makan kita ke rs ya!" Perintahnya lagi Ziah hanya menggelengkan kepala tanda dia tak mau.

"Liat muka kamu pucat terus badan kamu panas," ucpnya memegang kening ku.

"Nggak Ummi aku disini aja istirahat nanti juga sembuh ko," ucapnya serak.

"Yakin? Nanti sama ummi ke rumah sakit nya," ajak Ummi. 

Ini perhatian ummi yang akan dia rindukan nanti, jika dia sudah dipondok. Air matanya langsung membendung lagi.

"Eh kenapa ni? Ko nangis hmm?" tanya Ummi memeluknya.

"Nggak ko Mi, Ziah pasti bakalan rindu ke Ummi kalo Ziah udah di pondok."

"Ummi juga nanti bakal rindu sayang tapi nanti juga lama kelamaan terbiasa sayang," ucap Ummi melemparkan senyumnya. Ziah pun melemparkan senyum dan menganggukan kepalanya.

"Udah sekarang lanjut lagi makannya terus istirahatin, ummi ke dapur dulu ya sayang,"  ucap Ummi kembali ke dapur jawabannya hanya menganggukkan kepala lanjut menyuapkan makanan ke mulut. 

Sehabis makan Ziah ke dapur menyimpan piring. Di ruang tamu ada Ummi yang sedang nonton tv, Ziah pun bergabung.

"Eh udah makannya?" tanya Ummi.

"Udah ummi," jawabnya.

Mereka melanjutkan nonton tv diriku tidur dipangkuan ummi.

***

Tok tok tok 

Ummi membukakan pintu dan itu Ara dan Nisa. Entah bagaimana perasaan mereka jika Ziah mengatakan bahwa dirinya akan pindah ke pondok.

"Eh temennya Ziah," ucap Ummi.

"Eh Ummi, assalamu'alaikum Ummi ada Ziah nya?" tanya Ara.

"Wa'alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh, ada dia lagi nonton tv yuk masuk sayang," ajak Ummi mereka pun ke ruang tamu. 

"Assalamu'alaikum Ziah kamu sakit apa? Kata Ara kamu sakit, Udah makan? Udah minum obak?" tanya Nisa, dia langsung menghamburkan pelukannya sambil menangis.

"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh aku baik-baik aja Nis jangan nangis dong."

"Assalamu'alaikum Ziah, kamu udah mendingan kan?" tanya Ara yang baru datang karena dia tadi diajak Ummi ke alfamart untuk membeli sedikit cemilan.

"Alhamdulillah mendingan ko."

"Ini makanannya Ummi mau ke kamar dulu ya," ucap Ummi.

"Iyya Ummi," ucap mereka bertiga. 

Mereka memakan makanan yang Ummi bawa sambil dilanjutkan menonton tv. 

Ketika mereka menonton tv hanya Ziah yang sedang bergelut dengan pikirannya atas perintah Abi yang akan memindahkan ke pondok. Ditengah keasikan mereka menonton tv, Ziah mengusik kekhusuan mereka.

"Emm temen-temen ada yang mau aku bicarain nih" ucapnya membuat keduanya menoleh.

"Mau bicara apa Ziah sayang," ucap Ara.

Sebelum berbicara Ziah menghelakan nafas jujur dia tak sanggup untuk bicara kepada mereka karena merasa takut ada kecewa tapi dia tetap harus bicara bagaimana reaksi mereka yang penting dia berani buat bicara.

"Emm aku … aku … ," rasanya kelu nyatanya dia tak berani mengatakannya.

"Bilang aja Ziah, mau bicara apa," ucap Nisa.

"Oke temen-temen  jadi gini aku akan pindah ke pesantren yang ada di Tasikmalaya," ucap Ziah sukses membuat mereka diam seribu diam dari tatapan mereka yang diperlihat seperti tatapan tak percaya. Selama 3 menit diam, Ara mengeluarkan suara.

"Kamu jangan bohong Ziah jangan membuat ku geram dengan ucapan mu itu," ucap Ara tegas sudah Ziah duga bahwa Ara akan tegas jika ada yang mencoba mengusik persahabatan sekalipun itu temannya sendiri yang mengusik beda dengan Nisa dia menangis memeluk.

"Maafkan aku sebenarnya ini bukan keinginan ku untuk pindah tapi abi yang menginginkan ku pindah ke pesantren itu jujur aku tak sanggup harus berpisah dengan kalian apalagi kalian udah aku jadikan keluarga tapi aku tak bisa membangkang apa yang abi perintahkan" jelasnya berharap mereka mengerti dan menerimanya dan Ziah mulai meneteskan air mata.

"Apakah kamu akan meninggalkan aku dan Nisa?" tanya Ara melihat kerarah Ziah dan terlihat tatapan yang kesal.

"Aku harus bagaimana lagi Ara sudah ku mohon kepada abi agar aku tak dipindahkan tapi tekad abi tetap," ucapku mulai terisak.

"Ya terserah kamu ASYILA FAUZIAH," ucap Ara dengan menekankan namanya, sakit batinnya teriris melihat kepergian temannya dengan membawa kekecewaan. Nisa memeluk menangis sejadi-jadinya.

"Nis maafin aku ya, maaf kalo aku pernah berbuat salah padamu," ucapnya mengusap punggung supaya dia tenang dan Ziah lihat tatapan sendu.

"Nggak ko kamu nggak pernah berbuat salah kamu temen baik, maaf atas tindakan Ara aku akan ngomong baik2 supaya dia bisa ngertiin dan kamu semangat ya pesantrennya aku pamit pulang ya Ziah titip salam buat abi ummi assalamu'alaikum," ucap Nisa menghilang dari depan matanya.

"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh," ucapnya langsung lari ke kamar menjatuhkan tubuh diatas tempat tidur menangis sejadi-jadinya seiring nya waktu matanya terlelap tidur.