"Riz ga makan?" Kak Marcel menyadari Rizal yang dari tadi hanya memperhatikan Vania yang sedang makan,
"Makan kak..ini lagi nunggu kak," Rizal langsung menoleh ke kak Marcel,
Kak Rinda melihat Vania yang malah fokus dengan makanan nya di banding mengajak ngobrol kekasih nya, "Udah ga ngambek lagi nih.." kak Rinda menoel lengan Vania.
"Hah?! Ehhh.." Vania mengangkat kepalanya dan melihat ke arah kak Rinda, mulut Vania masih sedikit menjadi gembul karena mashed potatoes yang sedang ia kunyah tanpa sadar di ujung bibir Vania ada soas yang menempel.
"Ga lah orang abis ketemu camer!" Kak Cantika mengangkat alis kirinya menjaili Vania ,
"Ekhm ketemu camer.." Abang Vania yang dingin aja ikut menjaili pasangan baru ini,
"Utututututut.." kak Rinda menoel noel lengan
Vania, Jujur Rizal melihat Tinggah Vania yang hanya menekuk bibirnya membuatnya ingin sekali mencubit pipi Vania.
"Kenapa ketawa?!" Vania langsung merubah arah lihat nya ke Rizal yang tertawa kecil,
"Duuhh ketemu camer nih..."
"Ekhm.."
Vania melepaskan garpu di jarinya, "Terus aja terus!"
Tak ada lagi yang menlanjutkan menyoraki Vania, bahkan Rizal yang dari tadi tertawa pun menjadi terdiam. Di ujung bibir Vania masih tersisa Bekas saos dan ia tak sama sekali menyadarinya.
"Makan nya jangan belepotan dong," Rizal membersihkan saos di ujung bibir Vania hanya dengan jarinya tanpa sebalut tisu atau pun lap mulut.
Empat kakak-kakak Vania hany menyaksiksan tanpa reaksi sama sekali, sedangkan Vania ia malah cepat-cepat membersihkan mulutnya sendiri dan mengusir jari Rizal dari ujung bibirnya.
Vania merasa sangat canggung dan malu karena Rizal yang menyeka mulutnya didepan kakak kandungnya bahkan termasuk kakak-kakak iparnya.
"Algoo!" Tante Tita Teriak dari meja tengah yang dekat dengan panggung, "Ya ma!" Bang Algo bercepat menghampiri Mama Nya.
"Kenapa Ma?"
"Panggil Vania, Tante Rita bilang sekarang aja.."
"Oke!"
Abang Vania segerah memanggil Vania dari kejauhan "Vania!"
"Yaa!" Vania langsung menoleh ke sumber suara,
"Sini! Sama Rizal nya juga!" Teriak Bang Algo,
"Kak.." Vania menoleh ke Rizal yang menyadari Jika Bang Algo memanggil nya,
"Yuk!" Rizal berdiri dari kursinya dan membentang kan telapak Tangan nya ke depan hadapan Vania, Dengan cepat Vania meraup Telapak tangan yang berada di depan nya.
Mereka berdua meninggalkan meja nya dan menghampiri Bang Algo,
Bukan Hanya mereka berdua tapi Kak Marcel, kak Rinda dan juga kak Cantika pun mengikuti menghampiri Bang Algo.
"Duduk duduk.." Ucap lelaki Berbadan Tenggap dengan Wajah Tampan nya, umur nya sepertinya sepantar umur papa Vania.
"Iyaa Om hehehe.." kekeh Bang Algo,
Vania pernah melihat Om ini tapi entah dimana, karena wajah nya juga sangat familiar Bagi Vania.
"Halooo Calon pengantenn apa kabar inii!!" Ucap Mama Rizal yang baru kembali dari meja yang sebrang dimana lokasi ibu ibu berkumpul.
"Hahaha apa kabar te.." Abang Vania menyalimi Tangan tante Rita, dan di susul oleh calon istrinya juga.
"Apa kabar tante," Kak Cantika menyalimi telapak Tangan tante Rita,
"Baik baik, aduh calon penggante tambah cantik sekali iniii.." Tante Rita mengelus punggung Kak Cantika,
"Hahaha tante bisa aja," Kak Cantika membalas dengan senyum lebar di akhir kalimatnya,
"Oh iya tante ini marcel sama rinda.." Bang Algo mengenal kan Kak Marcel termasuk istrinya,
"Halooo!" Sapa tante Rita, Kak marcel dan
kak Rinda berburu langsung menyalimi Tante Rita.
Vania hanya terdiam disamping Rizal dengan sikap yang pendiam sekali, jujur perasaan Vania sangat sangat Kacau malam ini. Perasaan Senang dan Buruk nya bercampur aduk, akan kah perasaan buruk nya terjadi atau kebahagian?
"Jadi al.." Tante Rita membisikan kalimat nya di dekat kuping Bang Algo,
Bang Algo hanya melayangkan Jari oke nya saja. "Ayo Ayo duduk duduk.." Tante Rita menarik kursinya dan duduk. Di sini belum begitu lengkap Karena mama Vania menghilang sebentar untuk Ke toilet dan beberapa Anggota keluarga Rizal.
"Adekk!" Papa Vania memanggil Vania yang sedari tadi masih berdiri di belakang Vania,
"Iya paa?" Vania melepas genggaman tangan nya dengan Rizal dan bercepat untuk menghampiri papanya,
"Salim dulu ini kek Om Ridwan ini!" Papa Vania menunjuk ke lelaki yang duduk di depan kursi Papa Vania,
"Hahaha Dedi dedi kamu tuh yaa," Lelaki yang sepertinya teman akrab Om dedi tertawa melihat kawan nya menyuruh anak nya menyalimi dirinya.
"Assalamualaikum Om.." Vania ingin menyalimi Tangan Om dihadapan nya,
"Walaikumsalam..ouhh ini yang namanya Vania nihh?!" Suara lantang lelaki membuat Vania sedikit terkejut, Dimana lelaki ini menatap Vania dari atas hingga ke ujung kakinya.
"Hehehhe iyaa om.." suara Vania sedikit mengecil,
"Kamu mirip seseorang yang belom pernah saya liat sih..." Om ini memberikan tatapan Tanjam nya,
"Hah? Gimana gimana om..."
"Mirip calon mantu om," Om ini tertawa hingga terbahak bersama Papa Vania "Emang ada aja kelakuan mu ga berubah ya Rid Hahahha!" Papa Vania terkekeh dengan kelakuan kawan sejatinya ini.
"Ayo-ayo duduk! Rizal temenin dong cewenya masa jauhan!" Om ridwan memanggil Rizal yang dari tadi hanya memantau Vania dari jauh.
"Hahha iya iyaa pa.." Rizal mendatangin Papa Nya, Om Dedi dan termasuk kekasihnya.
"Sini Vania duduk sebelah sini sama Rizal," Sahut mama Rizal menunjuk kan kursi yang dekat dengan abang Vania,
Meja ini berbentuk lingkaran, Vania duduk di samping kiri dengan Rizal dan samping nya dipenuhi kakak kakak Vania termasuk kekasih mereka, sedangkan Orang tua duduk ditengah hingga ke samping kanan.
"Sebelum nya... Ini kak Ayu dan Wildan ga bisa hadir untuk malam ini, karena kedapatan tiket pesawat sore," jelas mama Rizal atau tante Rita sebelum percakapan antara keluarga dimulai.
Jantung Vania yang dari tadi berdetak cepat menjadi netral mendengar penjelasan Mama Rizal. Seakan lega setelah mendengar, Jika salah satu anggota keluarga Rizal tak bisa hadir. Perasaan Vania berubah menjadi bahagia walau masih gusar, karena sepertinya ada hal lain yang keluarga nya tutup-tutupi.
Papa rizal Memulai percakapan,
"Jadi om sama tante mau ngomong tentang hubungan Vania sama Rizal.."
Tanpa basa basi atau pun a e o lagi Papa Rizal langsung menanyakan hal itu. Jantung Vania seakan berhenti, jika tadi ia merasa lega sekarang ia merasa tak berdaya.
Oke hal yang sebenarnya selama ini Vania hindari tertangkap dan menusuk di tempat sasaran yang tepat. "Vania santai aja ya.." Ucap Om Ridwan mengintip Vania dari ujung matanya, terlihat jelas muka Vania yang memucat bahkan lipstik di bibirnya seketika seperti meredup.
"Ah i-iya om.." Suara Vania berupah menjadi sangat kecil, seperti orang kehabisan nafas yang di ajak bicara.
"Jadi gini om tau Vania baru kelas 11, udah mau kelas 12 kan?" Tanya Om ridwan memutar arah kepala nya ke Vania,
Vania menjawab dengan Anggukan kepalanya,
"Langsung mau kulaih keluar ya katanya?" Om ridwan berusaha mencair kan Vania yang sepertinya sangat tegang. Hohoho memang tegang sekali bagi Vania.
"Iya om insyallah.."
"Vania gimana jalanin hubungan sama Rizal?"
Deg! Ini Vania harus menjawab jujur atau berbohong? Tolong lah Vania seperti orang bodoh yang dipermalukan di tengah meja ini.
Vania menelan saliva di mulutnya "Gi-gimana om?"
"Iyaa Gimana Vania sama Rizal? Kan umur kalian hampir beda 5 tahun kan?" Tanya Om ridwan sembari menatap Rizal dan Vania,
Rizal ingin menjawab terlebih dahulu namun di tahan oleh om Ridwan dan menyuruh Vania yang menjawab dahulu,
Sebelum Vania menjawab ia menarik nafas Panjang nya dan mengucapkan kalimatnya, "Kalo untuk masalah umur sebenarnya Vania ga begitu mikirin om..dan Vania juga merasa nyaman dengan Rizal, walau umur kami berdua lumayan jauh tapi Vania selalu usahain buat ngimbangin dengan Rizal.."
"Ahh om ngerti..lanjut kamu Riz," Om ridwan menunjuk anak lelaki keduany,
"Apa yang vania sebut sama dengan yang Rizal rasa kok pa, ma, dan dengan sepenuh hati Rizal akan terus berusah Vania yang dibuat senang dan bahagia.."
Ucapan Rizal membuat hal hal yang Vania lihat dibeberapa hari yang lalu seketika hilang, perasaan Vania yang biasanya beku dan jijik dengan hal-hal berbau percintaan menjadi luluh. Seakan ia menemukan satu sisi yang baru ia ketahui di dalam Rizal, entah itu hanya berpura-puta atau tidak, yang pasti gerbang hati Vania terbuka kali ini.
Semua keluarga yang mendengar ucapan Rizal menjadi tertawa,
"Hahaha bisa aja kamu zal zall," Mama Vania terkekeh kecil melihat tingkah laku pacar anak gadisnya,
"Alhamdullilah kalo dua dua nya bisa saling nerima kalo gitu.." Om Ridwan tersenyum lebar, "Vania.." Om ridwan melirik ke Vania dengan senyumnya.
"Ya Om.."
"Keluarga Vania dan keluarga Rizal udah saling kenal, Om tau hubungan kalian berdua baru berjalan..Om rasa kalian juga udah gede Vania bentar lagi juga 18 tahun dan om rasa waktunya tepat,"
Om Ridwan melanjutkan ucapan nya "Ga langsung ke tujuan tapi menuju kan lebih baik...Vania mau tidak kalo hubungan kalian lebih serius?" Tanya Om Ridwan melirik ke atah Vania dan melihatnya lebih intes.
"Maaf om..serius ke arah?" Kali ini Vania tak mau terlihat seperti orang bodoh.
"Bukan serius langsung nikah tapi lamaran aja...kalo nikah mah entar tunggu udah kalian benar benar sudah mateng uduk ke sana,"
"Lah siapa juga yang mau langsung kawin sih ommmm!" Batin Vania. Ia menundukan kepalanya seolah olah berpikir padahal ia sedang mendumel didalam hatiny,
"Jawab dari hati kecil adek," Papa Vania memundurkan sedikit badan nya dan melihat ke anak gadisnya yang menunduk kan diri.
"Gimana kamu nyaa.." Mama Vania menjawab lirik anak gadinya yang seakan tak tau jawaban perihal pertanyaan ini.
Oke satu orang yang Vania yakini bisa menolong dirinya, ia melirik ke Abang satu satunya dan sodara kandung satu satunya.
"Tanya hati kecil kamu jangan ke abang, kalo abang jawaban nya pasti silakan," Itu jawaban Dari Bang Algo yang sepertinya tidak membuat pertolong untuk Vania.
Rizal melirik Vania dari ujung Matanya, Vania menyadari hal itu namun ia berusaha seakan tak melihat lirik rizal.
Kalo tidak menghargai keluarga Vania ingin sekali rasanya keluar dari ruangan ini tanpa ucap sepatah kata. Namun Masalahnya ia tak akan setega itu membuat nama keluarga nya tercoreng dan seperti apa yang Vania tau jika om Ridwan atau papa Rizal adalah salah satu orang yang cukup terkenal di kawasan sumatra. Bisa habis jika Vania keluar dari tempat ini tiba-tiba.
"Baik om...Vania menerima, namun Vania masih harus mengejar semua mimpi Vania..."
Vania hendak melanjutkan ucapan nya namun di potong oleh om Ridwan "Pasti-pasti vania masih bisa ngejar mimpinya kok sama dengan Rizal yang mau nyelesain sekolah juga.."
"Kalo Vania gamau sekarang juga gapapa kok, Rizal ga masalah tentang itu," Ucap Rizal mengejutkan Vania,
Mata Rizal berkaca seakan berusaha meluluhkan Vania, entah Vania kerasukan apa yang membuatnya luluh dengan tatapan seperti itu.
"Vania ikut apa kata mama dan papa om.."
"Waduh gimana itu maksdunya?" Om ridwan mengangkat alis kanannya,
"Kalo papa sama mama pasti setuju sihh.." Papa Vania melipat kedua tangan nya di dada.
"Yaudah...itu sama dengan jawaban Vania om..."
Belum ucapan Vania terselesaikan Om ridwan dan Papa Vania langsung mengucap Alhamdulillah sembari berpelukan senang.
"Ahh akhrinya kita jadii besann sayyy!" Mama Rizal memeluk mama Vania dengan gembira,
Bahkan Abang Vania bertepuk tangan dengan dengan senyum yang lebar. Berbeda dengan Vania yang langsung terkena serangan lagi saat mama Rizal berkata
"Vania...mama sama mama mu sudah siap kan acara buat kalian lamaran!" Mama Rizal mengucapkan nya dengan gembira,
Hah! "Apa apan anj-gua nerima bukan berarti acaranya juga besok.." Batin Vania sembari menelan ludah nya dengan kasar,
"Hah-gimana gimana ma?" Vania berusaha ucapan itu hanya candaan semata,
"Gini gini..mama udah siapin semuanya buat acara kalian berdua, acaranya dua hari lagi kok.." Jelas mama Rizal,
Vania tersedak dengan air ludahnya sendiri "Dua hari lagi? Gila!" Batin Vania lagi dengan menatap mata Rizal yang duduk disampingnya,
"Ga ribet gitu maa..abang mau acara loh.." Vania melirik ke Mama nya yang masih disebelah mama Rizal yang saling berpelukan,
"Ga kok van." Kak Cantika membantu menjawab pertanyaan Vania,
"Ta-"
"Udah aman kok semuanyaa.." Mama Vania melayang kan jari oke nya,
Kesal sekali rasanya Vania mana lelaki di samping nya malah terdiam saja dengan terkekeh kekeh kecil.
"Oh iyaa..kalian berdua tinggal cari cincin ya, kemaren mau di beliin tapi takut kalian nya ga suka.." Ucap mama Rizal,
"Hahaha padahal gapapa ma..aku suka semua bentuk kok," Vania tersenyum terpaksa,
"Kalian cari cincin besok gimana?"
"Boleh ma.." Jawab Vania dan Rizal dengan kompak, "oke besok ya.." Mama Rizal memberi jari oke nya.
"Sama kakak kakak kan.." tanya Vania ke mama nya,
"Boleh bolehh.."
Kebahagian kedua keluarga yang baru menyatu menjadi tambah hangat. Walau sebenarnya ada satu manusia yang menahan kesal nya.
Acara malam ini sudah selesai, rekan rekan yang lain pun sudah keluar semua. Tersisa keluarga Vania dan Rizal saja di parkiran cafe,