Mobil hitam milik Wildan terparkir didepan rumah Vania, sudah setangah 9 lewat saat Vania dan Wildan sampai dirumah.
"Kak mau mampir dulu ga?" Vania sudah berdiri didepan pintu masuk,
"Aku langsung lagi ya Van, hehehe soalnya ada janjian sama temen lagi," Jawab Wildan yang mengantar Vania sama depan pintu rumah.
"Oohh oke kak, hati-hati ya dijalan!" Vania menyalami Wildan, dan sontak Wildan terkejut "EH!" puncak hidung Vania menempel dipundak tangan Kanan Wildan.
"e-aku pulang dulu ya.." Wildan sedikit canggung, jika dia berlama disini bisa bisa jantungnya copot.
"Ka-kamu masuk dulu aja Van.." Bata Wildan masih Canggung,
Vania membalas dengan anggukan kepala,
"a-a-ku pulang ya, dadah…jangan bergadang!" Wildan melangkah mundur ke belakang sambil melambaikan tangan Kanan nya dan langsung berlari masuk kedalam mobilnya.
"Bai bai kak.." balas Vania dengan melambaikan Tanganya juga.
Mobil Hitam Wildan sudah keluar dari parkiran rumah Vania,
Baru lah Vania masuk kedalam Rumah setelah Mobil Wildan menghilang, dan langsung disapa oleh Kak Ami.
"ASS-"
"WALAIKUMSALAM YANG ABIS JALAN JALAN!" Kak Ami muncul dari balik pintu,
"ANJ-ALLAHUAKBAR!" Vania melonjat kencang dari posisi berdirinya,
"Kak ami ya allah, ada masalah hidup apa sihhhh...huft huft jantung aku cuman satu tolong lah!" Vania mengelus dadanya yang sangat berdebar kencang.
"Hahahahhhha gimana yang abis jalan jalan…enak nih yeee…" Kak Ami menjaili pipi Vania,
"dihh! mau keatas ah bai!" Vania meninggalkan Kak Ami, ia langsung berlari menaiki anak Tangga dan masuk kekamarnya.
"Oke deh tidur sendiri ya, hati hati aja!" Teriak kak Ami dari lantai pertama,
"EHHHHHHH TEMENIN IHHH" Vania memunculkan diri nya dari sela sela pintu kamar,
Malam ini mereka hanya tinggal berdua, tanpa abang, tanpa budes, atau pun tantenya.
"hadehhhh.." dan akhirnya kak Ami naik keatas dan masuk ke kamar Vania.
"huuhhhh dingin!" Vania langsung mebanting dirinya ke kasur,
Kak Ami duduk dimeja Rias Vania "Van tadi kamu pergi sama Wildan?"
"iya.." Vania asik dengan handphone ditangannya,
"Dah ah aku mau mandi dulu," Vania langsung berdiri dari tempat tidur nya dan langsung berjalan masuk kedalam kamar mandinya.
Selama Vania Mandi, kak Ami hanya duduk di kursi di dekat jendela kamar yang langsung melihatkan kelap kelip lampu malam, oh iya pemandangan kamar Vania ini paling diincar disetiap orang yang ditingal dirumah ini. Pemandangan gerlapnya lampu kota dan ditambahan indahnya pemandangan kolam renang, yang bisa dilihat jelas dari lantai 3.
20 menit berlalu. Vania keluar dari kamar mandi dan sudah menggunakan baju piyamanya,
"Kak ami!" sahut Vania yang melihat kak Ami melamun, "Eh iya iya..?" Kak ami langsung menoleh kebelakang.
"Aku mau cerita," Vania duduk dikasur kamarnya "Tadi kak Rizal ngehubungin aku terus dia bilang siap-siap 2 hari lagi," Vania memberitahu tentang telpon dari Rizal yang sangat aneh, oh iya Vania memang selalu Membawa handphonenya kekamar Mandi untuk memutar musiknya.
Disaat Vania mau membuka halaman youtube ada telpon masuk dari Rizal, "Assalamualaikum Vania!" Suara Rizal langsung mengisi daring telpon itu, "Ya ya walaikumsalam.." Vania mempindahkan mode speaker ke telpon.
"Lagi apa, kok suaranya agak double?" Jawab Rizal, suara Vania memang terdengar menjadi seperti bergemah karena sedang didalam kamar Mandi. "Lagi mau mandi kak, kenapa? ada apa?" Tanya Vania,
"Waduhh…" Rizal sedikit terdiam mendengar Vania yang sedang mau mandi.
"Baru mau kok belum mandi.." Vania menambahi kalimatnya agar pikiran Rizal tak terlalu jauh,
"Ahh ohh, inget kan yang aku bilang tadi?" suara Rizal sedikit mengecil.
"hmm..ouh inget, yang dua hari itu bukan?" Vania berusaha mengingat ingat apa yang Rizal sebut ditelpon waktu siang tadi. "Emang ada apa sih, kok sampe harus nunggu 2 hari.. mana tadi telpon ku langsung dimatiin lagi!" Grutu Vania masih kesal dengan kejadian tadi siang,
"Ada dehh!" Rizal sengaja memainkan Vania, agar makin penasaran.
"KAK-!"
"Udah sana Mandi, bai baiiiii bawelll!" Layar handphone Vania menghitam, Telponn dari Rizal sudah mati. "AH KENA DUA KALI NJI-" Vania hampir mengucapkan kalimat terakhirnya, bisa gaswat jika ternyata sambungan telpon itu masih terhubung.
Dengan pasrah Vania berusaha tak begitu memikirkanya dan langsung masuk ke bathup nya.
"HAH GIMANA GIMANA!" Kak Ami sontak berdiri, "Aku aja pusing apa maksud dari nunggu dua hari lagi…" Muka Vania seakan akan lesu. "hhmm oke okee.." Kak Ami duduk kembali ke kursi meja rias Vania.
Kembali disaat Vania dan Wildan hendak pergi,"hah! Kok sih rizal ga marah sih? Kan tadi gua bilang sih Vania jalan sama Wildan.." oh iya saat Vania dan Wildan keluar, kak ami memantau mereka dari sela sela pintu klink yang transparan.
"Sama Wildan Vania pergi?" Tanya Ami ke dirinya sendiri, Kak Ami menarik Handphone di saku jelananya. "Mari kita DM.." Ami mendirect message ke akun Rizal, Oh iya ini hasil Ami keliling Insta Vania.
Vania membangunkan kak Ami yang melamun
"kak Ami besok aku pergi sama temen temen ya," Vania Pindah ke meja belajar yang disudut jendela, "sipp deh!" Kak Ami terbangun dari lamunan nya dan bangun dari kursi pergi ke kamar Mandi. Mereka menjalankan rutinitas masing masing, Vania sibuk dengan tugas tugas sekolahnya, dan kak Ami tidur duluan setelah dari kamar mandi.
Cahaya matahari masuk kedalam jendela kamar Vania, "Dah Pagi lagi aja!" Vania membangun kan diri nya dari kasur.
Ia bangun dan melihat-lihat sekitar "Kak ami kemana...Huhh jam berapa sih sekarang.." Vania menarik tangan nya keatas untuk meregakan Badannya. Jam didinding kamar Vania menunjukan pukul 10,
"Allahu udah jam 10 aja.." Vania menghening sedikit.
"Bentar....hari ini kan janjian jam 1 , duhh lupa lupa!!" Vania bangun dari kasurnya dan pergi ke lantai bawa.
"Budeee!" Vania melihat ke arah meja makan yang tersisa roti, selai, dan semangkuk cereal beserta susunya.
"Tuan putri Baru bangun nih?" Bude datang dari Dapur,
"Kak Ami kemana kok ga ada?" Vania menarik kursi meja makan,
"Gatau katanya tadi mau keluar bentar," Bude menyenderkan lengan nya ke atas kursi.
"Bude udah makan?" Tanya Vania sambil menuangkan susu,
"Udah..jam berapa sekarang coba?" Bude meninggalkan Vania yang sedang makan. Santapan Pagi Vania sudah habis, dia langsung pulang ke kamar nya dan langsung Mandi untuk bersiap pergi.
Nada dering Telpon dari seseorang masuk ke ponsel Vania,
"Ya hallo?" Vania mengangkat ponselnya dan meletak kan ke kupingnya,
"halo Van aku udah dibawa.." dijawab oleh suara laki laki. "Hah!" Vania buru buru mengecheck siapa yang menelponnya,
"kok hah?!" Wildan sedikit kebingungan,
"Kakak ngapain?!" Vania baru sadar jika yang menelponnya itu Wildan.
"Kan kamu mau pergi sama temen temen kamu kan?" Wildan mengingatkan janjian Vania,
"Iya terus.." Vania masih tak menangkap apa yang Wildan maksud,
"Ayo cepet udah jam 12 loh.." Wildan menjawab dengab cepat sebelum Vania bertanya tanya lagi.
"Ehhiya iya bentar 10 menit lagi!!" Vania langsung mematikan ruang telpon itu.
10 menit berlalu. Vania turun kebawa dengan buru buru berlarian ke arah pintu rumah, "Budeeee!" Vania berteriak mencari bude,
"iya iya kenapaa?!" sergap bude dari belakang Vania.
"Aku pergi dulu ya, pergi sama temen temen!" Vania segera menggunakan sepatunya,
"Hati hati ya!" Ucap Bude.
Oh iya Wildan sudah keluar duluan, Wildan menunggu didepan pintu rumah Vania. "Udah siap nyonya?" Wildan memberi kan tangan nya sekan akan prajurit kerajaan yang akan membantu seorang tuan putri.
"Hehehhehe udah udah kok.." kekeh Vania,
"Ada abang?" Tanya Wildan sebelum mereka meninggalkan rumah.
"Ga ada abang haru ini masih di rumah sakit, udah entar aku chat abang aja tenang!" Vania tau maksud dari Wildan, sebenarnya minta izin ke orang yang punya rumah untuk mengajak anak gadisnya keluar memang penting tapi waktu nya sudah terlalu mepet jika harus menghubungi kakaknya yang sedang sibuk di rumah sakit, bisa bisa temen temen Vania dah bubar duluan.
Vania menarik tangan Wildan untuk segerah naik ke mobil, sebelum Wildan bertanya lagi.
Vania membuka kan pintu kemudi mobil "Ayo Ayo entar Vania telat!" Wildan menuruti perkataan Vania dan langsung masuk ke dalam Mobil disusul Vania yang masuk dari pintu mobil sebelah kiri.
"Gapapa gitu ga izin dulu? " Tanya Wildan, lampu lalu lintas berpindah menjadi warna merah. Jalan setiabudi dihari minggu selalu ramai apalagi dijam makan siang, motor dan mobil seperti semut yang baru keluar dari rumah rumahnya. "Gapapa kak, tenang udah Vania chat kok Abang.." Vania menoleh Ke Wildan dan memberikan senyum indahnya, agar Wildan tak bertanya lagi maksud Vania.
Hampir 25 menit lebih Berjalanan dari Rumah Vania ke mall Paris Van Java, biasanya hanya 10 menit sampai 15 menit jika keadaan jalan tak begitu ramai, ya namanya juga hari minggu.
"Yaa allah udah jam 1 lewat!" Vania turun dari Mobil Wildan, yang sudah terparkir di basement Mall Paris Van Java.
"Temen temen kamu dimana?" Tanya Wildan datang dari samping kanan,
"Bentar Coba Vania chat dulu.."
Vania dan Wildan berjalan Masuk ke arah pintu lift untuk menuju masuk ke dalam titik Mall PVJ.
Udah pada punya pacar kecuali Vania
Vania : guys kalian dimana nih ?
Nissa : di burger king van
Tivanka : buru kesini , luh sekarang dimana ?
Vania : ini otw ke burger king
Felicia : van kamu sendirian ?
Vania : hmmm iya sendirian
Nissa : hehheheheh jadi nyamuk deh luh
Tivanka : hahaha vania jadi nyamuk nih ye
Alex :hahaha cie vania jadi nyamuk sabar ya yang jadi nyamuk
Vania : ihhhh biarin nyamuk!
Off
"Di burger king kak mereka," Vania memencet Lantai 1. Vania masih fokus dengan group chat yang yang mengolok-olok Vania yang menjadi nyamuk, padahal Disamping Vania sudah ada pangeran berkuda.
"Ihhhh apan sih mereka gatau aja!" Vania memasukan Handphonenya kedalam tas dengan kasar,
"Kenapa Van?" Wildan sedikit Kaget melihat tingkah laku Vania yang mengomel,
"Temen temen pada kek anak d*jjal semua!" Vania langsung memberi nafas kasar diakhir kalimatnya, dan langsung disahut oleh Wildan
"Sabar sabar…" Wildan berusaha menggeser sedikit ke Arah Vania. Rencananya ingin menenangkan Tapi keburu Pintu Lift kebuka deh.
"Mereka ngatain aku nyamuk nyamuk terus, mentang mentang mereka pada bawa pacarnya!" Vania masih menggerutu.
"Hahahaha udah sabar kan aku ikut," Wildan terkekeh kecil melihat tingkah Vania, apa lagi pipi Vania yang memerah karena kesal dengan teman temannya.
Sampai didepan burger king, Sudah bisa diliat Grembulan anak anak perempuang yang duduk diujung ruangan sebelah kanan.
Wildan yang membuka kan pintu untuk Vania, dan entah bagaimana semua teman teman Vania menoleh ke arah pintu disaat Vania Masuk.
"GUYS ITU VANIA?!" Nissa langsung melotot habis habisan, dan ya kehebohan anak cewe ini dimulai.
"Hah itu vania?!Seriusan nih?!"
"Hah? Vania punya pacar guys!"
"Ini ga salah liat kan Mata gua!"
Vania jalan kearah meja mereka dan diikuti Wildan, "Hai gais gais!" Sapa Vania ke teman temanya. "Ha-i" semua teman teman Vania membata, "Kalian udah lama ya?"Vania melirik lirik sekitar untuk mencari kursi untuk Vania dan Wildan duduk.
"Nihh Van kursi," Wildan menarik Kursi Untuk Vania duduk bersama teman temannya. Jangan ditanya lagi, seberapa menahannya teman teman Vania ingin berteriak.
"Makasih Kak!" senyum Vania dan duduk dikursi yang Wildan tarik.
Satu meja itu menatap Vania dan Wildan, seperti Alien yang baru sampai di bumi.
Posisi duduk mereka, Vania duduk disebelah Nissa dan wildan duduk disebelah Vania.
Nissa berbisik bisik ke Vania "Van-itu calon suami luh yang kemaren bukan sih ?" Nissa berbisik kecil kecil,
"eh-bu-bukan dia temen gua…" balas Vania.
"Seerius Van?" Nissa masih tak percaya.
Dewa pacar Nissa langsung berusaha memecahkan kecanggungan, "Van!" sahut Dewa.
"Yo kenapa?" Toleh Vania,
"Pacar Lu anak Mana?" Dewa menunjuk ke arah Wildan,
"Eh- Vania gamau mesen makan dulu?" Tanya Tivanka.
"Ehh iya iya lupa, kak wildan mau makan apa aku yang beliin?" Vania berdiri dari Kursinya,
"Bebas aja Van.." Sahut Wildan,
"Beneran? Atau mau ikut aja?" Tanya Vania namun langsung dipotong oleh Putra "Bilang aja gamau Jauh dari Doinya!" Sahut putra.
"Dih!" Vania langsung memutarkan Bolanya dengan Malas, "Yaudah aku beli bentar ya.." Nada Bicara Vania langsung berubah Menjadi lembut. Vania pergi meninggal kan Wildan bersama teman-temannya.
"Bro!" sahut Dewa ke Wildan, Muka Wildan memang santai saja tapi canggungnya itu sangat sangat terasa. Teman-teman Vania menatap Wildan seperti Makluk Alien saja.
"Ya?" Jawab Wildan,
"Anak SMA mana?" Tanya dewa.
Sebenernya Dewa sedikit ragu ragu untuk melontarkan pertanyaan itu, mana Badan Wildan tak ada segi segi Anak SMA.
"Gua anak.."
"Kakkk bantuinnn!" Vania datang sambil membawa Nampan berisi burger dan teman- teman burger.
"Bentar bro.." Wildan Langsung berjalan dengan Cepat dan membantu Vania membawa makan. Mereka berdua duduk lagi dan ya Dewa mennanyakan lagi karena dari tadi tak dijawab terus.
"Huft-Van cowo luh anak mana?" Tanya Dewa sekali lagi, dan semoga dijawab.
Semua dimeja itu saling memandang satu sama lain, "SMA mana..?" Putra membantu Dewa kali ini.
Vania membeku, Dia hanya melirik sedikit Ke Wildan menggunakan ujung matanya.
"Iya luh SMA mana biar bisa ngumpul bareng gitu.." Devin mulai menyaut,
"Rafa!" Rafa memberikan tangan kanan nya untuk bersalam dengan Wildan, memang Pacar Tivanka lah yang paling sering berulah. Yang paling berani dibanding teman-temannya yang lain.
"Wildan!" Wildan memberikan Tangan kanan nya untuk menerima salam dari Rafa.
Okey, semuanya sedikit terdiam.
"Gua devin, pacarnya felicia!" Devin berdiri dari kursinya dan bersalaman dengan Wildan. "Bentar..bisa jawab pertanyaan dari kita semua Tidak?" Devin memberikan lima jari, seakan akan memberi aba aba stop.
Vania melirik Wildan yang bengong, terdiam seperti batu.
"Gua Anak Akademi," Wildan bersuara tiba tiba setelah Vania lirik. Padahal Maksud lirikan Vania bukan itu tapi yasudahlah.
Semua dimeja itu teriak, kecuali Vania dan Wildan yang sudah siap siap menutup kupingnya.
"WEHHH INI BUKAN PUNYA NENEK MOYANG KALIAN WEH!!" Sentak Vania, namun bukanya mereka hening malah tambah bersuara dengan pertanyaan pertanyaan mereka.
"Akamdemi mana?!"
"Umur lu berapa njir!"
"Wahhh ngadi ngadi Vania!"
"Anak Militer yaa?!"
"Kalian ketemu dimana gileee!"
"Polisi?!"
"Tentara?!"
"WEHHH BISA SATU SATU GA NANYA NYA!" Teriak Vania dan langsung membuat mereka terdiam hening.
"Lu mau nanya apa?" Vania menunjuk ke arah Rafa, "Ak-Akademi mana?" Tanya Rafa pelan pelan takut dipelototi Vania.
"AKPOL!" jawab Vania dan ya mulai lagi teman teman Vania, "Etss gausah ributtt!" Vania langsung memberi ancang-ancang sebelum mereka berteriak.
"Lu?" Vania menunjuk ke arab Dewa, "Umur cowo lu berapa?" Tanya dewa.
"Mau gua kasih biodata Wildan kalian?" Vania mengangkat alis sebelah kanannya, teman teman Vania hanya saling melotot satu sama lain.
"Dari pada gua tanyain kalian satu satu, gua jelasin," Vania menyilangkan dua tangannya ke dada.
"Wildan itu anak akademi kepolisian, tuh lengkap kan gua sampe ngomongnya. Umur dia 19 tahun, dia anak temen bokap gua....gua sama dia ga ada hubungan oke!" diakhir Kalimat Vania menunjuk ke arah Wildan dan kedirinya, dan ditambah tangan menyilang seakan akan "Tidak"
"Ngerti?" Vania duduk kembali ke kursinya.
Semua teman teman Vania hanya menunduk memberi tau mereka mengerti.
Mereka menghabiskan Waktu yang cukup Banyak, menonton bersama dan pergi main bersama. Kekasih teman-teman Vania juga jadi akrab dengan Wildan, ditambah Wildan yang memang easy going membuat dia jadi spotlight dihari itu.
"Yaudah lu ati ati dijalannya, gua sama Dewa duluan ya. Hati hati jadi demen lohh...." Nissa membisikan kalimat itu sebelum dia meninggalkan Vania dan Wildan.