"Hai Van!" Sapa Rizal dibelakang Vania yang menggunakan baju seragam lengkap anak akademi militer.
"Hah..!" seketika Vania membeku, sepertinya kali ini kejutan yang tidak membuatnya sangat terkejut.
"kok malah melamun?" Rizal terkejut Melihat Vania yang terdiam membeku.
Balon Balon angka membentang panjang diarea kolam, jika dibaca menjadi satu balon balon itu tersusun menjadi kata
"WILL U BE MY GIRLFRIEND ?"
Pupil mata Vania seketika membesar, entah dia harus senang atau terkejut atau menangis? Vania berusaha berpikir jernih dari tulisan dibelakang Rizal, "Kak...bukannya kakak diasrama sampai bulan desember ya?" Tanya Vania dengan Muka yang kaget.
"Lagi ada libur sebentar," Jawab Rizal, "Van...Gimana tulisan dibelakang? jawabanya apa?" BOOM! Rizal membawa topik yang Vania hindari.
"ANJ-GUA MALU BANGET ANJERRRR AGHH!" Vania berteriak didalam hatinya, bagaimana dia tidak malu disitu ada teman- teman Rizal yang tak pernah Vania liat dan termasuk Abang Vania lengkap bersama teman-temanya. Mungkin yang inggin Vania lakukan sekarang adalah terjun ke kolam dan langsung hilang tanpa muncul muncul lagi.
"Will u ?" Rizal memberi kan tangan kanannya dan membungkuk kan badanya sedikit, Tak ada jawaban langsung dari Vania, ia membeku sekian menit.
Jujur Vania tidak tau mau berbuat apa, menolak Rizal? wahh petaka baru, menerimanya? wahh stress.
Namun ia lebih memilih. "i will.." Vania memberi tangan kananya seakan membalas ajakan dari Rizal.
Rizal mengeluarkan sekotak kalung, disaat kotak itu buka terdapat kalung yang sangat Vania ingin kan dari dulu namun tertahan karena harganya yang tinggi, padahal setiap orang ingin membeli kan nya Vania selalu menolak.
Semua orang bersorak "ADUH ADUHH!" Termasuk Abang Vania yang sangat posesif pun menepukkan tangannya.
Rizal berbalik ke belakang badan Vania, ia memasangkan Kalung berliotin infinity dileher Vania.
"AAADUH ADUHH SWEET BANGET SIH!" Sorak orang orang di area itu, Vania hanya memberi senyum Manisnya saja.
Acara nembak-nembakan ini perjalan lancar, setelah penembakan, pemberian kalung, datang lah part terakhri ini.
Teman-teman Rizal mendekat ke dua orang yang baru jadian ini, "Aduh selamat ya bro!" Bimo menyalami Rizal.
"Hehe thanks bro, thanks juga udah dateng.." Rizal membalas sedikit merangkul Bimo.
"Bimo!" Bimo memberi tangan kanan nya ke "Vania kak!" dibalas oleh Vania dengan memberi tangan kananya juga dan senyum tipis Vania.
"Nah aku kenalin sama Kakak kakak ini," Rizal seakan menunjuk ke arah teman temannya,
"Ini Bimo," lelaki berbadan tegap dengan kulit berwarna coklat dengan setelan baju seragam khas anak anak akademi militer.
"Ini Wahyu," Hampir mirip dengan Bimo namun ia memiliki muka yang sedikit garang
"Ini Dika," Jika yang ini badan yang lebih kecil dibanding yang lain namun memiliki senyum yang bisa terbilang manis,
"Ini Adit, dan Fauzan.." Jika yang terakhir ini badan nya teggap sekali dan memiliki pinggang kecil yang terlihat jelas dari seragam yang diggunakan.
"Vania!" Vania hanya memberi sapaan kecil dan senyum tipis.
"Vania.." Dika memanggil Vania,
"Ya?" Vania menoleh sedikit ke arah sumber suara, "Disekolah kamu banyak yang cantik ga?" Tanya Dika langung tanpa aba-aba atau basa-basi.
"Idih jangan Van jangan dicariin.." Rizal menahan Vania untuk jangan mencarikan Dika wanita,
"Ayo dong bro biar gua ga jadi nyamuk kalian- kalian pada pliss!" Dika mengemis Agar Vania carikan,
"Hahahha mau kak? Entar aku cariin deh.." Kekeh Vania.
"Jangan yang dia mah banyak ceweknya.." SahutRizal menjail kawannya satu itu. Namun wanita disamping Rizal sepertinya tersetrum sesuatu, Vania terdiam mendengar Rizal berkata 'Yang'
"Apa apaan gua cape tau nemenin orang berdua mulu!" Raut muka Dika berubah menjadi jutek,
"Idih muka lu sok ditekuk begitu, gua juga nihh jomblo muluuu.." Ikutan Adit menekuk bibirnya.
"Sorry sorry nih gua ga ikutan gua udah ada!" Bimo menarik tangan kekasihnya.
"Tangan gua isinya cuman anggin nih," Lanjut Dika dengan Jutek. Obrolan antara pertemanan itu benar benar tak jelas, Yah bagi Vania sedikit aneh namun ya ini circle pacarnya jadi dia harus menurut.
Teman-teman Rizal dan beberapa Teman Bang Algo satu persatu sudah Pergi meninggalkan Acara,
Bang Algo juga sudah pergi karena harus turun tangan dengan salah satu perusahaannya.
Ya hanya tersisi Kak Ami, Bude, Vania dan pasanganya. Pacarnya ya bukan pasangan berumah tangga oke.
Rizal tak langsung pulang, Vania menahan Rizal untuk menemani nya mengerjakan Tugas sekolahnya. "Gapapa kan temenin aku belajar?" tanya Vania sambil membuka laptopnya.
"Gapapa kok aku juga abis ini ga kemana mana juga," Sahut Rizal.
Vania memfokuskan dirinya dengan materi pelajarannya, dan membiarkan orang disamping nya membeku mendengarkan dia mengoceh penjelasan rumus fisika.
"Vania.." Rizal menoel lengan Vania perlahan melihat situasi, "Ada apa kak?" Vania langsung menoleh ke Rizal.
"Boleh minta tolong ga?"
"Heeem boleh ada apa?"
"Panggil nya jangan pake kak dong, aku kamu aja ga enak rasanya aku kaya tua banget.." Rizal perlahan mengkatakan nya dan melihat balasan Vania.
"Bu-bukanya kakak emang udah tua?" Balas Vania polos. Oke darah Rizal Langsung mendidih memanas.
"Baru 20 an aja udah dibilang tua- ta tapi emang tua sih buat kamu.." Benar juga perkataan Vania kan mereka memang terpaut umur yang jauh.
Vania terkekeh melihat Tingkah Rizal yang bingung oleh ucapannya tadi, ya apa boleh buat. Dia pun menurut perkataan Rizal,"Hahaha ga usah ngambek..iya iya aku panggilnya kamu,"
"Nahh kan enak aku dengernya!" Rizal langsung merubah Tersenyum dengan lebar.
"Sini aku tes," Rizal menarik Laptop yang berada di meja ruang tamu.
Arah Mata Vania langsung mengikuti gerak laptop yang ditarik Rizal "Ehh…"
"Rumus tekanan didalam air apa?" Tanya Rizal tanpa melihat PowerPoint di laptop Vania,
"F dibagi sama A , F nya itu Gaya dan untuk A nya Luas…" Jawab Vania langsung setelah Rizal berucap,
"Molukel apa yang berdekatan namun Memiliki Volume dan Memiliki Vibrate, Dimana mudah untuk berpindah di dalam molecules nya sendiri?" Tanya Rizal dengan Panjang,
"Hmm..Water?"
"Betulss!" Rizal langsung mengacak Rambut Vania,
Dengan Cepat Vania menarik tangan Rizal dari puncak kepalanya sebelum Rizal terus memainkan rambutnya, "RIZALL!"
"Pinter banget yaa ternyata kamuu!!" Sekarang tangan Rizal malah berpindah ke pipi Vania,
"SATU!"
Dengan Cepat Rizal menarik Tangan nya dari pipi Vania, "Ampun sayanggggg…!!" Teriak Rizal dengan Langsung memundurkan Badan nya menjauh dari Vania,
Vania langsung bergerak mengikuti Gerak Rizal yang terus mundur, Jarak Rizal dengan tembok tinggal sesenti lagi Vania terus memajukan dirinya hingga punggung Rizal sudah benar-benar menempel dengan dinding.
"Vann…" Rizal langsung merengkuk kan Dirinya tapi sepertinya geraknya lebih lambat dari gerak Tangan Vania,
Vania langsung mengelitik bagian perut Rizal dan membuat Rizal ketawa tak henti, tangan Rizal sudah berusaha menahan tangan Vania yang mengelitiknya namun sepertinya badan Vania melepas saat ia dipuncak ketawanya,
BRUK!
Badan Vania jatuh didada bindang Rizal, tinggal setengah jengkal jari lagi jarak antara muka Vania dan Rizal. Tak ada gelitikan dan tawa lagi. Mereka berdua saling menatap mata, Vania yang bisa melihat warna bola mata Rizal dengan jelas.
Detak Jantung Vania serasa berdetak di luar jalurnya, "Dada Rizal bindang banget…" Batin Vania yang masih fokus menatap mata Rizal.
Telapak Tangan Vania memang berada tepat diatas dada Rizal.
"Ahh maaf maaf.." Vania langsung menarik badannya menjauh dari badan Rizal,
"A-aku juga maaf.." Rizal membantu Vania berdiri, memegang tangan Vania yang sedikit susah Bangun karena posisi jatuh yang sedikit aneh.
Posisi Rizal Yang terduduk di lantai dan Vania yang berada ditengah tengah Rizal sedikit sulit untuk mengangkat tumbuh Vania.
"Sorry.." Vania sudah menjauh dari badan Rizal ia langsung mendudukan dirinya di posisi saat ia belajar tadi.
Rizal menyadari Vania yang sepertinya tidak nyaman karena kejadian tadi, "Jangan jutek dong..gapapa kok, aku juga minta maaf gangguin kamu belajar.." Rizal membenari posisinya dan kembali duduk di posisi awal saat ia menemani Vania belajar.
"Tadi aku kaya cicak kesetrum ga?" Tanya Rizal spontan,
"Hah? GAHAHHAHAHHA!" Vania langsung tertawa terbahak mendengar pertanyaan Rizal,
Kondisi mereka tak begitu dingin lagi setelah Rizal berusaha mengajak Vania mengobrol lagi dan malah mereka tertawa lagi seperti diawal,
akhirnya mereka bedua hanya berguraw dan Laptop Vania hanya menyaksikan adegan adegan manis mereka berdua yang asik dengan obrolan nya. Bukannya Laptop yang harusnya Vania tonton malah Tawa nya Rizal yang harus dia tonton.
Rizal sudah pulang sebelum jam 8.
Toh besok Vania juga masih ada sekolah pagi yang harus ia datangi.