Chereads / MILO(Akmil dan Akpol ku) / Chapter 16 - Bagian Ke EnamBelas: Kota Palembang

Chapter 16 - Bagian Ke EnamBelas: Kota Palembang

Malam pun datang menemani Bulan dan Bintang yang sudah siap menerangi Bumi.

"LAMA BANGET SIH!" Vania menyentak kan kaki nya dengan kesal yang sudah setengah jam lebih mununggu dua kakaknya bersiap.

"Sini aku yang nyupir!" Vania ingin meraih kunci mobil yang disugukan oleh satpam rumah, namun di tarik oleh Bang Algo dengan cepat.

"Belum punya SIM ga usah aneh aneh!" Bang Algo langsung masuk kedalam mobil.

"AGHHH!" Dengan kesal Vania terpaksa duduk dibelakang.

"Jemput kak Rinda sama Kak Cantika dulu yaa.." Bang Algo mengintip Vania dari sela sel Spion,

"Hmm.." Vania meratapi layar ponsel nya dengan bosan, dari pagi hingga sekarang ceklis di kolom chat rizal sama sekali tak berubah masih ceklis satu abu-abu.

"Kenapa?" Bang Algo menyadari sesuatu, dari raut Wajah Vania benar benar terlihat.

"Ah?" Vania menoleh ke arah spion untuk melihat muka abangnya, "Gapapa ini biasa anak anak group.." Vania mematikan layar ponselnya agar tak begitu terlihat Vania yang sedang guram menunggu centang biru.

"Ohh.." Bang Algo langsung fokus meratapi jejalanan.

Sepertinya Vania memang tak boleh bilang masalah chat group. Seketika Ponsel Vania penuh dengan notif yang muncul, dan ternyata teman-teman Vania sedang membahas rencana pergi malam minggu. Vania tak ikut kali ini karena sedang berada di palembang, sebenernya Vania tak begitu suka menghabis malam di tempat seperti itu tapi mau bagaimana lagi, ia tak memiliki wadah untuk menuangkan segala ke pusingan hidupnya.

Bohong jika Manusia bisa kuat menahan semua hal, pasti akan ada saatnya ia membutuhkan wadah ceritanya bahkan tempat di mana ia akan mencerita segala masalah mau pun ke bahagiaan dan segala cerita yang ia lalui di hari itu. Jangan Berbohong dengan pedih mu sendiri!

"Kak Rinda kenapa ga nginep dirumah kak?" Tanya Vania yang sedang berfokus melihat jalan,

"Lagi kangen mama nya katanya.." Balas kak Marcel sedikit menoleh ke Vania,

"Terus kenapa kakak ga ikut ke Rumah mertua kakak?" Tanya Vania lagi yang sekarang berpindah pandang ke arah bangku depan,

"Nanti kakak di kira menantu cuek, kejam.." sambung Vania,

"Kita berdua udah saling komitmen sebelum nikah kalo salah satu lagi mau quality time untuk keluarga, gapapa salah satu nya ga ikut.." Kak Marcel menutup layar ponselnya,

"Entar sama keluarga yang lain di kira kenapa napa ga? Kan orang suka juliton.." Lanjut Vania,

"Iyaa pasti lah, tapi ga usah didenger banget lah orang ngomong kaya tau segalanya padahalan cuman liat kulit aja udah kaya liat organ dalam,"

Vania tercenggah mendengar ucapan kak Marcel. Walau hubungan pernikahan kak Marcel dan Kak Rinda masih baru tapi mereka pinta untuk menyusun hal-hal seperti itu,

jarang ada pasangan bisa berkomitmen sepeti ini dan menjalankan komitmen dengan teguh.

"Abang juga kalo nikah ga mungkin sampe lupa transfer uang jajan kamu kok!" Sahut Bang Algo yang melihat Vania dari spion sedang melamun.

"WAJIB YA ITU!" Vania langsung berteriak,

"Orang suka salah sama kata pernikahan, semuanya balik ke si pemain nya bisa nge-handel atau tidak, membagi waktu itu penting jangan karena hal itu membuat semuanya terkunci. Cukup komitmen dan kunci dari hati...." Kak Marcel melanjutkan pembicaraan nya,

"Bener Cel, gua kawin bukan berarti waktu untuk keluarga gua harus gua ilangin di list hidup gua. Adek gua masih harus gua jaga, bahkan saat dia menjadi istri orang gua akan tetap jagain dia...urusan bini? Bini gua juga pasti ada pegangan yang harus dia jaga dan gua pasti akan ngebimbing dia untuk saling pegang dengan komitmen.." Bang Algo menyahut percakapan Marcel,

"Ya kan Bang? Married is Married not aviary that can change our fully live.." kak Marcel melipat kedua tangannya di dada,

"Memang kita akan berkeluarga, memiliki anak  dan segala hal yang akan terjadi setelah nikah, tapi bukan berarti karena pernikahan hidup kita hanya berfokus dengan pasangan...harus bisa make it equal,"

Percakapan Abang Algo dan kak Marcel membuat Vania hanya tercenggah dan mencerna segala kata demi kata.

Kakak Cantika dan Kak Rinda sudah di dalam mobil. Sekarang tinggal perjalanan menuju Cafe yang mama Vania pilih. Oh iya malam ini papa Vania dan Mama Vania membuka makan malam bersama.

Kak Cantika duduk disamping kiri Vania sedang kan kak Rinda duduk disamping kanan Vania.

"Van vann!" Kak Rinda menoel lengan Vania,

"Ya kak?"

"Instagram Rizal apa?"

"Uhuk!" Vania sedikit tersedak dengan ludahnya sendiri,

"Pengen lihat foto kalian dongg..aku belum pernah liat muka Rizal.." Kak Rinda menyengkol pundak Vania yang melamun terdiam.

"Liat fotonya dong.." Kak Rinda masih berusaha membujuk Vania,

"Belum foto.."

"HAH!" Kak Marcel, kak Cantika, kak Rinda tercenggah mendengar ucapan Vania,

"Demi apa?" Kak Rinda benar benar terkejut,

"Hmmm..demi allah.."

"Kalian pernah berantem ga?" Tanya kak Rinda lagi, ini mereka beneran pacaran seperti apa yang di gossipi di group keluarga besar kan?

"Ga pernah.." Kali ini Vania berbohong, padahal beberapa hari yang lalu ia hampir bertengkar dengan Rizal.

"PLIS ENAK BANGET HUBUNGAN MASIH BARU.." Dua wanita yang sudah menginjak dan yang mau menginjak hubungan pernikahan merasa iri dengan hubungan Vania.

"Baru awal aja udah mau di lam-"

"SAYANG!" Bang Algo dan Kak Marcel berteriak kencang memotong omongan kak Cantika dan kak Rinda.

"Eehh masih adem yang ga kak Cant?" Kak Rinda berburu menganti topiknya,

"Hah?" Vania ling lung dengan pertanyaan kak Rinda,

"Iya masih adem ayem ya ga sayang?" Kak Cantika melirik ke Bang Alg0,

"Iya masih adem adem gitu.." Lanjut Bang Algo dan melirik ke kak Marcel,

"Biasanya cowo kalo udah cuek berarti waspasa ga sih..kalo sih itu ga kan? Jadi enak masih adem adem.." Kompo kak Marcel.

Vania hanya mendengarkan dengan ling-lung tak mengerti, dan malah sibuk membuka ponsel nya.

Kak Cantika menyadari Vania yang sibuk memandangi layar ponsel yang bermuncul tapi tak ada yang Vania buka, seperti ada nama yang sedang ia cari.

"Kan rizal di asrama...jadi jarang main handphone pastinya.." Kak Cantika berbicara menghadap ke arah lain agar tak terlihat sekali ia mengawasi Vania.

"Lah emang rizal kuliah apa?" Tanya kak Rinda yang tak tau apa apaa tentang wujud Rizal sebenernya.

"Rizal tuh taruna sayang," Jawab kak Marcel,

"Ya Taruna apa?"

"Akmil kak.." Jawab Vania,

"Ohhh..Kalo akmil emang lebih berat dari pada akpol, Akmil lebih ketat soalnya setau aku gitu.." jelas Kak Rinda,

Vania hanya menjawab sengab anggukan kecilnya dan berusaha melupakan hal hal lain.

Mereka sampai di Cafe Classic'E pas di pukul setangah 8 Malam.