Vania membalas pesan yang Masuk dari Rizal "Bai Sayang!"
singkat,padat,jelas.
Vania melepaskan ponselnya dan bergegas melakukan kewajiban subuhnya. Ia berusaha melupakan apa yang ia lihat dimalam hari yang membuat pikirannya kacau hingga pagi hari. Vania berusaha menidurkan dirinya namun tergagalkan karena salah satu manager dari bisnis Vania menelponnya se pagi ini. Ada sedikit kendala di bagian pengiriman, namun masalah terselesaikan oleh Vania setelah menghubungi beberapa pihak.
sepertinya walau pun libur sekolah ia akan tetap sibuk.
pukul sudah mununjukan jam setengah 11, hari ini Vania memilih menghabiskan waktu di rumah. toh Hari ini hari pertama Vania libur setelah ujian yang panas.
"Tin Tin!" suara klason mobil di depan rumah vania membuat bude langsung bergegas membuka pintu, sesaat bude membuka pintu.
"Assalamualaikum bude!" Sapa Wildan didepan pintu rumah,
Bude langsung menatap Wildan dari atas kepala hingga mata kaki. "Wa-walaikum..salam.." bata bude mengcupakan salamnya,
"Ada Vania nya bude..?" Tanya Wildan perlahan yang dari tadi hanya mendiam di depan pintu rumah dan di tatap oleh bude sejak ia datang hingga sekarang.
"Va-Vania?"
Wildan menjawab dengan anggukan kepala,
"A-ad-ada..mau dipanggilin?" Bude melipat kan tangannya di dada,
"Kalo ga ngerepotin, boleh minta tolong bude?" Tanya Wildan dengan sopan.
"Aaa sebentar yaaa!" Bude melarikan dirinya dan segerah berlari menaiki tangga, tanpa penutup pintu rumah dan tak menyuruh Wildan masuk dahulu.
"Adek!" Bude mengetuk kamar Vania dengan keras dengan suara hela an nafas yang lelah.
Vania berjalan ke arah pintu kamarnya dengan lesu, "ADEK!" Ketuk-kan yang kali ini lebih keras.
Vania langsung melonjak dan mempercepat membuka pintu kamarnya, "SUBHANNALLAH!"
"Ada apa sihhhh?!" Vania langsung melayang kan tatapan nya ke bude yang sedang menarik nafas nya dalam dalam.
"Kenapa?"
"Huhh...itu ada Wildan, nyariin kamu huh huhh.." jawab bude dengan nafas ngos-ngosan.
"Hah?!"
"Di bawa itu Wildan nungguin..."
Bluk! Vania menutup kamarnya dan bergegas ingin masuk ke kamar Mandinya,
"Dek!"
"Ehh...bilangin tunggu sebentar, suruh masuk terus tolong buatin minumnya ya..!" Teriak Vania dari kamarnya,
Tak ada sahutan dari bude kembali, mungkin sudah turun kebawa. Vania hanya mandi 5 menit kurang, ia hanya menggunakan baju kaos dan celana pendeknya.
"Kak.." Sahut Vania yang sudah melihat Wildan duduk di ruang tamu,
"Hai!" Sapa Wildan dengan melayangkan lima jarinya seakan ucapan hello.
"Hai...nyari aku?" Tanya Vania dan berjalan ke arah kursi ruang tamu.
"Lagi free ga?" Tanya Wildan spontan setelah Vania duduk di depan hadapannya.
"Lagi free- free aja sih..ada apa emang nya kak?"
"Mau ikut jalan ga? Bentar aja kok.."
"Ke..?"
"Mall...mau? Atau keliling Bandung?" Wildan menambah isi opsi lokasi agar modus awalnya tak tergagalkan.
"Boleh boleh..ke mall aja, tapi aku siap-siap sebentar ya.." Vania sedang free juga ya lumayan ada ajakan seperti ini, mana mungkin iya lewati.
"Sipoo!" Jari oke dari Wildan.
Vania langsung berlari naik ke atas, dan bergegas bersiap. Hanya 5 menit untuknya ganti baju dan bersiap.
"Yuk!"
Wildan menaikan posisi arah matanya melihat ke sumber suara itu datang. tepat di dekat tangga, Vania sudah siap dengan baju casualnya.
Persekian menit Wildan hanya menatap Vania dengan mata gemerlang.
"Kakak..." Vania melampaikan tangan nya di depan mata Wildan, yang dari tadi hanya tercenggah melihat Vania.
Wildan langsung menyadarkan lamunannya dan bersegara untuk bangun dari duduknya,
"Ahh iya iyaa...udah siapa ya? Yukk..yukk.."
"Bude! Aku pergi sebentar ga akan sampe malem kok!" Vania menaikan nada suaranya memberi info ke Bude yang sepertinya sedang ada di belakang dapur.
"Yuk kak!"
"Itu bude nya.."
"Udah pasti denger kok orangnya..yuk!"
"Assalamulaikum!" Sahut Wildan saat Vania menutup pintu rumah.
Wildan sudah duduk di kursi kemudi dan Vania yang sedang duduk dengan tenang menikmati suasana. Lagu-lagu radio dan jalan yang tidak terlalu ramai membuat perjalanan semakin nyaman, di tambah pembawa mobilnya.
"Gimana sama Ri- sama kak Rizal?" Wildan memulai percakapan,
kring kring!
"Sebentar kak.." Vania mengangkat telpon yang masuk dari Rizal dan belum menjawab pertanyaan Wildan.
"Halo.." Sapa Vania duluan,
"Haii! Lagi dimana?" Tanya Rizal soptan,
"Lagi di jalan sama kak Wildan,"
"Mau...kemana?"
"Ke mall aja kak.."
Rizal langsung memotong percakapannya, "Kasiu handphonenya ke Wildan,"
Wildan bisa mendengar nada Rizal yang sedikit tinggi,
"Sini Van,"
Wildan mengambil Handphone yang Vania berikan, "Kenapa?" Suara Wildan langsung menjadi berat dan berbeda jauh saat ia berbicara dengan Vania.
"Cewe gua di jaga!" Suara Berar Rizal pun timbul,
Di balas Wildan dengan suara yang lebih berat, "Iya!"
"Kalo dia liat barang beliin, jangan sampe dia keluar duit sepeser pun, entar uang nya gua ganti,"
"Oke-" jawab Wildan singkat dan suaranya menjadi datar.
"Nih Van.." Wildan mengembalikan Ponsel nya ke Vania,
Vania menempelkan ponselnya di kuping "Halo.."
"Yaudah lanjut yaa..hati-hati jangan lupa makan, handphone ku juga bakal off.."
"Siap komandan! Yaudah sayang juga jangan lupa makan!"
"Yaudah..Assalamualaikum sayang!"
"Walaikumsalam!"
Sambungan telpon sudah tertutup, dan sepertinya mereka sudah mulai terbiasa dengan ucapan 'sayang'
Namun kalimat itu membuat lelaki yang duduk disamping Vania dan sedang menyupir, menjadi panas dan darah tinggi.
Percakapan di mobil tak ada kelanjutan antara Vania dan Wildan, karena sesaat telpon terputus mereka sudah sampai di salah satu Mall di Bandung.
"Yuk Van!" Wildan memekan tombol buka di mobilnya,
Vania dan Wildan keluar dengan bersamaan. Oh iya Mobil Wildan terparkir di depan lobby karena menggunakan Valet.
"Van temenin aku nyari baju ya.." Mereka sudah berada di dalam Mall.
"Hah.." Vania memutar badanya ke Arah Wildan, "ta-"
"Pleasee Vannn!!" Wildan menoel-noel lengan Vania, agar bisa Vania menemaninya.
Bukan tak mau menemani Wilda, tapi
"kan tadi kata kakak mau jalan jalan.."
"Ya kan include sama nyari baju.."
"A-aku tunggu sini aja.."
"Kenapa? Bukan mahram? Apa takut pacarnya marah? Entar aku yang bilang udah tenang.." Walau ia ingin Vania menemani nya ia tak berani untuk menarik tangan Vania.
Mata Vania mengarah ke arah toko baju didepan toko baju yang Wildan ingin Masuk,
"Aaayo lah Vannn.." Wildan masih berusaha,
Vania masih membuka didepan pintu tokoh mata nya masih mengarah ke sebrang, malah sekarang ia berusaha menutupi dirinya.
"Adaa siapa sihh..." Mata Wildan langsung mengarah ke area yang Vania liat sejak tadi,
"Itu temen-temen nya kak Rizal.." Ucapan Vania berbisik ke dekat kuping Rizal. Oh iya teman-teman Rizal bukan hanya Anak-Anak Taruna saja, ada juga yang sudah bertugas. Dan sepertinya yang Vania ia lah yang sudan bertugas, Mungkin merek mencari makan siang disini...
"Terus.."Rizal memutar arah kepalanya ke Vania,
"Aku pacar Kak Rizal kak!"
"lah..Aku kan adek ipar kamu, emang ga boleh adek ipar jalan sama kakak ipar nya?" Tanya Wildan dan mengangkat satu alisnya.
"Ta-"
"Kamu mau kita berantem disini terus mereka nyadar terus ngeliat kita? atau masuk kedalam sebelum mereka liat?"
Vania tak mengeluarkan suaranya aalah membeku tak Jelas, namun sebelum kawan-kawan Rizal benar benar melihat mereka Wildan segerah menarik Vania masuk ke dalam tokoh. Dan Akhirnya Vania harus menemani Wildan mencari Baju.
ia hanya memperhatikan Wildan dari jauh, "Nih Anak suka ngeselin tapi juga suka buat nyengir..udah lah biar sekalian gw bales dendam sama Rizal," Batin Vania yang ara matanya mesih mengikuti gerak-gerik Wildan.
"Van!" Wildan menghampiri Vania dengan mengenggam dua baju,
"Ya?"
"Bagus yang mana?" Wildan menunjuk kan Baju yang ia bawa,
"hmm.."
"Malah hmm orang nya,"
"Yang ini aja," Vania menunjukan ke arah baju warna hitam yang di genggam disebelah kiri,
"Yang ini..?"
"Warnanya kan hitam, terus lebih Masuk sama gaya kamu..."
"Yang ini terlalu terang ya?" Wildan mengangkat Baju disebelah kanan tangan nya yang berwarna kuning,
"Iyaa..tapi kalo suka yang itu juga bagus kok,"
"Ah okee.." Wildan langsung menghilang dari pandangan Vania. Dan kembali sudah membawa kantung belanjaan.
"Yuk!" Wildan menarik tangan Vania agar mengikuti langkah kaki nya,
Vania berburu menarik tanganya dari Wildan "Ehh.."
"Kenapa Van.." Wildan menghentikan jalannya,
"ah..gapapa, udah ayoo laperr nihh.." Vania berjalan menyalip Wildan dan bereaksi seperti biasa.
Wildan dan Vania makan disalah satu restoran di mall, Awal nya mereka ingin menonton namun film yang mereka incar sudah habis, jadi hanya memakan sebentar dan kembali lagi mengantar Vania pulang. Perjalan yang singkat Bukan?
Sampai didepan Rumah Vania, Kali ini Wildan turun mengantar Vania hingga didepan pintu.
"Maachi udahh nemeninn.." Suara Wildan di buat-buat sok imut,
"Kak! najis ihh.." Vania mengibas tanganya di depan muka Wildan yang sedang di tekuk tekuk.
"Hahaha..yaudah aku pulang ya, besok main lagi.." Wildan menghentikan hal sok imutnya,
"Besok aku pulang,"
pupil mata Wildan seketika membesar "Kemana.."
"Palembang,"
"Ahh.."
"Yaudah sana pulangg..husss," Vania berpura-pura mengusir Wildan, dan orang yang diusir benar-benar pulang.
Sejalan Wildan menuju rumahnya, pikirannya sedikit kacau karena kalimat yang Vania sbeutkan tadi. Kenapa Vania dadakan pulang ke Palembang? Atau ada hal yang terjadi? sepertinya hal tadi membuat pikiran baru untuk Wildan.
Wildan baru saja Sampai dirumahnya, baru Kali ini ia melihat dua mobil aning yang jarang ia lihat. Ia baru saja Masuk ke dalam rumah dan Sudah ada suara suara ricuh, ternyata dua mobil itu milik tante dan sepupunyoa.
"Assalamualaikum.." Wildan membuk pintu rumah perlahan,
Semua ornag yang berada diruang tamu langsung berbalik melihat ke arah pintu "Walaikumsalam.."
Tante Ica langsung berteriak riang "Ehh ada anak polisi iniii!!"
"Hahahah tante bisa aja.." Wildan menghampiri kerumunan sepupu-sepupunya dan pergi menyalimi Tante nya yang paling sayang padanya, siapa lagi jika bukan Tante Ica.
"Dari mana nih Will? Senang banget kayanya" Sahut Om Esa yang melihat Wildan menentang kantung belanja.
"Hahaha.." Wildan hanya membala dengan kekahan dan salim ke Om nya,
"Abis jalan sama gebetan? Sampe ga berhenti nyengir," Om nya menanis supupunya ini,
Wildan hanya terkekeh kecil saja, namun di soraki oleh kakaknya bahkan sepupu sepupunya.
"Aciee abis dari doinya nih??" Kak Ayu menoel lengan Wildan yang duduk di sampingnya,
"Hahaha ga kak.."
Kak Ayu mengangkat alis sebelah kirinya "Terus siapa?"
"Calon," Jawab Wildan,
"Calon apa?" Tante ica menyipitkan matanya,
"Gebetan kan calon..gimana sih," kak Ayu memutar mata nya dengan malas,
"Calon istri ini mah,"
BOOM!
Semua orang diruangan ini menatap Wildan dengan jijik, "IDIH IDIHH WILDANN!" Om Esa berlaga seakan-akan ingin memuntah.
Sedang kan kakaknya dan tantenya bahkan sepupu-sepupunya tertawa terbahak-bahak.
"Ini lagi pada ngapain ke rumah…?Rame banget.." Wildan menatap karpet yang penuh dengan barang,
"Ini lagi nyiapin," Tante Ica berpindah duduk ke karpet,
"Nyiapin apa?" Tanya Wildan sembari pindah duduk di karpet,
"Gatau dong dia!" Om esa menatap Wildan dengan tatap terkejut,
"Nyiapin buat pengajian," Jawab Tante ica dengan sibuk membereskan barang-barang,
"Di rumah?" Wildan terkejut tentang hal ini,
"Bukan…di palembang,"
"Hah!Ngapain siap-siapnya di sini?" Wildan terheran dengan jawaban dari tante ica,
"Ini tuh nyiapin barang buat dibawa ke palembang besok.." Jawab Tante ica menjelaskan,
Wildan terdiam dengan segala pertanyaan di otaknya, "Besok tante Ica sama om Esa, and yang lain bakal balik ke palembang naik mobil bawain barang…nah kakak sama kamu besok balik naik pesawat sore," Jelas kak ayu yang melihat adiknya terdiam membeku.
"Kenapa ga disiapin disana aja?" Tanya Wildan lagi,
"Ka-karena ini buat orang special and acara ini special bangettt!!" Jawab tante Ica dengan semangat,
"Emang buat siapa??" Wildan masih heran dan tak mengerti,
Om esa yang menjawab pertanyaan Wildan,