Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, waktunya untuk pulang, hari ini Tristan sengaja membawa pekerjaannya ke rumah, karena dia ingin pulang lebih awal dan membujuk sang ibunda tercinta yang tadi sedang merajuk.
Sebelum pulang, Tristan pergi mampir dulu ke toko mainan, untuk membelikan keponakan tersayangnya boneka, karena Nabila sekarang pasti sedang ada di rumahnya.
Benar saja, saat Tristan sampai di rumah, Lidya masih mengacuhkannya, hanya Nabila dan Anaya yang menyambut kedatangan Tristan, sedangkan Lidya malah asik berbicara dengan Ryan dan Bima.
Tristan mendekati Lidya, tapi Lidya malah bergeser pindah duduk dekat dengan Nabila yang sedang asik memainkan mainan barunya itu.
"Ma, udah dong, jangan kayak anak kecil begini, Tian gak mau Mama terus mengacuhkan aku kayak gini," ucap Tristan masih berusaha membujuk dan mendekati ibunya agar ibunya tidak marah lagi.
"Sana jangan deket-deket Mama, percuma aja Mama bicara, kamu juga gak akan pernah mau menuruti keinginan, Mama!" sarkas Lidya.
Tristan menghela nafasnya dengan panjang, dia mengerti apa yang dimaksud oleh mamanya, pasti beliau sudah berencana ingin menjodohkan Tristan lagi.
Cukup lama Tristan terdiam, apa mungkin gadis yang akan dijodohkan oleh ibunya adalah Keyla? kalau dugaan Tristan benar, mungkin kali ini Tristan akan mencoba untuk membuka hatinya untuk menerima Keyla karena sejujurnya, Tristan mulai tertarik kepada Keyla karena sikap acuhnya. Tapi, jika wanita itu bukan Keyla, Tristan tidak akan pernah mau menerima perjodohan lagi.
"Tuh kan kamu diam aja, kamu dan Ryan sama aja!" ucap Lidya semakin kesal.
"Loh kok jadi bawa-bawa aku sih, Ma, aku kan gak tau apa-apa!" ucap Ryan yang tidak terima mendapat tuduhan ibunya.
"Mbak, tolong bawa Nabila main di kamar dulu ya," ucap Lidya kepada pengasuhnya Nabila, yang langsung diangguki olehnya dan membawa Nabila untuk main di kamar.
"Kamu dan Kakak kamu sama aja, kalau Mama membahas soal pernikahan pasti jawaban kalian sama, Mama hanya ingin melihat anak-anak Mama bahagia, apa salah? Mama sudah tua, Mama juga gak mungkin akan selalu mendampingi kalian, Mama hanya ingin pergi dengan tenang karena melihat anak-anak Mama bahagia!" ucap Lidya dengan sengit.
"Cukup, Ma, jangan berbicara seperti itu lagi aku gak suka. Oke, sekarang aku mengerti maksud Mama apa, pasti Mama mau menjodohkan aku lagi, kan?" tanya Tristan yang sudah mulai geram dengan sikap namanya.
"Memang kenapa kalau Mama mau menjodohkan kamu, atau kamu udah punya calon? Kalau sudah punya, bawa ke sini biar Kakak dan Mama tau, asalkan jangan si Mona itu yang kamu bawa ke sini, Mama dan Kakak akan langsung menolak dia tanpa kamu bertanya lebih dulu," jawab Anaya.
"Dalam mimpi pun aku tidak akan pernah mau menikahi Mona, tapi aku mau tau dulu siapa wanita yang akan kalian jodohkan," ucap Tristan menantang.
Lidya dan Anaya saling pandang, dan Anaya mengedipkan sebelah matanya memberi isyarat kepada Lidya agar mamanya mengatakan siapa gadis yang akan dijodohkan dengan Tristan.
"Gadis yang akan Mama jodohkan dengan kamu adalah gadis yang sudah menyelamatkan Mama kemarin," ucap Lidya.
Tristan mengerti apa yang dimaksud oleh Lidya, di dalam hatinya dia merasa sangat senang karena dugaannya benar, tapi dia berusaha untuk menutupi semua perasaan itu dari Lidya dan Anaya.
"Oke, terserah Mama sama Kakak aja, segera atur perjodohan itu, aku melakukan ini semua hanya demi Mama dan Kakak jadi jangan pernah berharap lebih kepadaku," ucap Tristan sambil berlalu menuju ruang kerjanya.
Lidya dan Anaya sangat terkejut mendengar apa yang diucapkan Tristan, apakah mereka tidak salah dengar, tanpa ada perdebatan panjang seperti biasanya, Tristan langsung setuju untuk dijodohkan.
"Ma, apa aku gak salah dengar?" tanya Anaya.
"Iya Nay, dia langsung setuju!" jawab Lidya masih terheran
"Mama sama Kakak kenapa sih, giliran kak Tian setuju, kalian ragu, pas kak Tian menolak, hadeuh udah kayak perang dunia ketiga debatnya," ucap Ryan.
"Wanita memang seperti itu, Yan, jadi harap dimaklumi saja," ucap Bima, lalu dia dan Ryan tertawa melihat Anaya dan Lidya yang masih bingung.
"Dasar anak nakal malah ngeledekin ibunya, awas aja ya setelah Tristan menikah, giliran kamu yang Mama jodohin!" ucap Lidya dengan tatapan tajamnya.
"Ampun, Ma, ampun, biar kak Tian aja duluan yang menikah aku belum mau menikah!" ucap Ryan langsung berlari pergi ke kamarnya.
"Nay, kamu sama Bima tolong atur semuanya, Mama mau telpon tante Rania dulu," ucap Lidya.
"Sekarang juga, Ma?" tanya Anaya.
"Iya, lebih cepat lebih baik, kita langsung bicarakan ini sama Rania, agar dia juga bisa membicarakan semuanya sama Keyla, semoga saja Keyla setuju untuk dijodohkan dengan Tristan," jawab Lidya bersemangat.
"Oke deh, aku ikut Mama aja," ucap Anaya.
"Tapi, Mama udah yakin sama Keyla?" tanya Bima.
"Mama yakin lah, Bim, malah Mama gak pernah seyakin ini saat mau menjodohkan Tristan," jawab Lidya.
"Semoga semuanya berhasil dan sesuai dengan harapan, Mama," ucap Bima.
"Aamiin, semoga saja." ucap Lidya, lalu dia mengambil ponselnya dan menghubungi Rania untuk membicarakan perjodohan ini.
***
Di ruang kerjanya, Tristan kembali diam termenung, padahal setumpuk berkas yang harus dia tanda tangani berserakan di atas meja, tapi Tristan tidak berminat untuk menyentuh tumpukan berkas itu sama sekali.
Pikirannya jauh menerawang kembali teringat wajah dan suara Keyla yang menurutnya sangat merdu.
"Astaga, apa-apaan ini!" ucap Tristan sambil mengacak rambutnya frustasi.
"Baru kali ini ada wanita yang sangat lancang menguasai pikiranku dan membuat aku sama sekali tidak fokus bekerja," ucap Tristan lagi.
"Apakah ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama?" tanya Tristan lagi, dia terus berargumen dengan dirinya sendiri karena merasa apa yang dia rasakan ini tidak benar.
"No, oh God, itu tidak mungkin, semuanya mustahil, dalam hidupku tidak ada yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama," ucap Tristan masih menyangkal semuanya.
"Shit! Sudahlah Tristan, tidak ada gunanya terus memikirkan wanita seperti ini, makhluk berjenis wanita sama saja, kecuali ibumu dan kakakmu, para wanita itu mendekatimu hanya ingin harta dan jabatan yang tinggi, begitu juga dengan Keyla, bukankah dia salah satu karyawan di LC, sudah terbukti jika itulah tujuan dia yang sebenarnya, mendekatimu dan keluargamu, jangan biarkan wanita itu menguasai semuanya, kau yang harus mengambil alih permainan dia." ucap Tristan di dalam hatinya.
"Baiklah, jika ini adalah salah satu permainanmu untuk menjebakku, maka kau harus melihat apa yang akan aku lakukan kepadamu, cih ... beraninya kau bermain-main dengan Tristan Pradikta!" ucap Tristan dengan senyuman liciknya.
Bersambung....