"Rupanya, Kakak sudah mulai tertarik kepada wanita itu, tidak biasanya Kakak memintaku untuk mencari tau masa lalu seorang gadis," ucap Ryan dengan tersenyum jahil.
"Lakukan saja apa yang aku katakan," ucap Tristan.
"Kakak benar-benar ingin mencari tau tentang dia?" tanya Ryan.
"Namanya Keyla, sebut namanya dengan benar," jawab Tristan.
"Baiklah, maaf Kak, lalu apa yang harus aku cari tau?" tanya Ryan.
"Semuanya, aku ingin tau semua masa lalu Keyla, secepatnya!" jawab Tristan lalu dia beranjak dari tempatnya.
"Kau mau ke mana, Kak?" tanya Ryan.
"Mau menemui calon istriku, bukankah dia juga bekerja di sini!" jawaban Tristan membuat mulut Ryan ternganga dengan lebar, apakah dia tidak salah dengar? Kali ini dia mendengar kakaknya, Tristan mengakui bahwa seorang gadis adalah calon istrinya.
"Kakak demam?" tanya Ryan.
"Apa maksudmu?" tanya Tristan dengan kening yang berkerut.
"Kakak, yakin ingin menemui dia?" tanya Ryan lagi.
"Keyla!" jawab Tristan dengan tatapan tajamnya.
"Ya, maksudku Keyla, kenapa Kakak ingin menemuinya?" tanya Ryan.
"Memangnya tidak boleh," jawab Tristan.
"Bukan begitu, Kak, bukankah selama ini Kakak selalu menghindari untuk bertemu langsung dengan para karyawan, jika Kakak menemui Keyla, otomatis Kakak akan bertemu dengan karyawan yang lain juga." ucap Ryan.
Tapi Tristan sama sekali tidak menghiraukan apa yang diucapkan oleh adiknya, dia langsung beranjak dari tempatnya dan segera menuju ruangan tim pemasaran, karena Keyla menjabat sebagai manager pemasaran di kantornya.
Semenjak Tristan mengetahui Keyla bekerja di perusahaan miliknya, dia langsung meminta data pribadi Keyla kepada HRD. Bahkan HRD pun dibuat terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Tristan karena ini pertama kalinya sang CEO ingin tau data pribadi karyawan Lascanos.
Pagi ini Lascanos dikejutkan dengan pemandangan yang tidak biasanya, sang CEO yang tidak pernah menunjukkan dirinya dan tidak pernah muncul di hadapan para karyawan, sekarang sedang berada di lobby, dia sedang menunggu Keyla gadis yang sudah berhasil membuatnya penasaran dan terang-terangan menantangnya untuk menjalin hubungan.
Sebenarnya Tristan sudah ke ruangan tim pemasaran, tapi saat dia masuk ke ruangan Keyla, ternyata Keyla belum datang, Tristan hanya bertemu dengan beberapa orang karyawannya yang lain.
Jadi, Tristan memilih untuk menunggu Keyla di lobby, dengan tetap memasang wajah datarnya, dia melihat setiap pasang mata karyawan yang tertuju untuk memperhatikan dirinya, bahkan ada beberapa karyawan yang menyapa Tristan hanya dijawab dengan gumaman olehnya.
Hampir lima belas menit menunggu, akhirnya Keyla datang, mata Keyla membulat sempurna saat akan masuk ke loby, dia melihat Tristan yang sedang duduk di sofa. Keyla menghentikan langkahnya dan berniat untuk masuk lewat pintu masuk yang lain, namun semuanya tidak mungkin, Keyla pun memutuskan untuk tetap masuk lewat lobby namun berpura-pura tidak melihat Tristan.
"Lagian kenapa sih dia harus ada di lobby, biasanya juga gak pernah muncul di sini, jadinya ribet kan," ucap Keyla di dalam hatinya sambil terus berjalan melewati Tristan dan berusaha untuk tidak menghiraukannya apalagi menyapanya.
Tristan yang semula fokus dengan ponselnya mengalihkan pandangan saat melihat Keyla berlalu di hadapannya. Tristan mengira kalau Keyla akan menghampirinya dan memberi salam kepadanya seperti beberapa karyawan wanita yang tebar pesona di hadapan Tristan.
Tapi, ternyata Tristan salah, gadis itu malah seakan tidak peduli dengan kehadirannya, kali ini terpaksa Tristan yang harus memanggil seorang gadis lebih dulu.
"Tunggu!" panggil Tristan, namun Keyla tidak menghiraukan panggilannya.
"Hei, tunggu, apa kau tuli!" panggil Tristan lagi, kali ini Keyla menghentikan langkah kakinya lalu dia menengok ke kanan dan kiri, apakah Tristan memanggil dia? Pikir Keyla.
"Ya ampun mau ngapain sih dia, gak tau apa kalau aku itu menghindar dari dia, biar aku gak berhadapan langsung sama dia," ucap Keyla di dalam hatinya, sambil berdecak dengan kesal, mau tidak mau Keyla pun berbalik menengok ke arah Tristan.
"Maaf Pak, apa Bapak memanggil saya?" tanya Keyla, walaupun dia tidak menyukai sikap Tristan tapi dia tetap harus menghormatinya, karena kalau di kantor, Tristan tetaplah atasan Keyla, dia pun tidak mau image-nya jelek karena sudah berkata tidak sopan kepada atasannya.
"Ikut ke ruangan saya sekarang!" jawab Tristan lalu dia langsung menarik tangan Keyla.
Hal itu membuat Keyla terkejut, lalu Keyla mencoba melepaskan genggaman tangan Tristan yang cukup kuat. Keyla merasa sangat risih karena dilihat oleh karyawan lain yang tidak sengaja berpapasan dengannya. Tristan merasakan Keyla yang terus berusaha untuk melepaskan genggaman tangannya, Tristan langsung berbalik dan berbisik kepada Keyla.
"Diam, atau aku akan memelukmu di sini dan saat ini juga!" desis Tristan dengan tatapan tajamnya, membuat Keyla merinding mendengar ancaman Tristan, sungguh ini pertama kalinya dia bersentuhan dengan laki-aki yang bukan mahramnya, walaupun dulu Keyla menjalin hubungan dengan Revan dan mereka hampir menikah, tapi mereka tau batasan dalam menjaga hubungan agar tidak terjerumus ke dalam jurang maksiat.
Saat sampai di ruangan Tristan. Pria itu langsung mengunci pintu ruangannya, mata Keyla membulat sempurna dan dia ketakutan melihat Tristan karena Tristan mengungkung Keyla di balik pintu.
"Ap... Apa... yang ingin kau lakukan?" tanya Keyla dengan gugup, dia tidak pernah berhadapan dengan lelaki sedekat ini.
"Kenapa? Apa kau takut, Nona?" tanya Tristan menyeringai. Lalu Keyla mendorong tubuh tegap Tristan agar menjauh dari hadapannya.
"Harusnya kau senang, tidak sembarang orang bisa masuk ke ruanganku ini!" lanjut Tristan.
"Apa kau bilang? Senang? Aku malah tidak ingin berada di sini!" maki Keyla, dan Tristan kembali mendekatinya.
"Oh ya, sekarang katakan apa yang kau inginkan?" tanya Tristan.
"Buka pintu ini sekarang juga, aku ingin keluar, pekerjaanku sangat banyak!" jawab Keyla dengan ketus.
"Kau ini calon istriku, jadi kau bisa bebas melakukan apa saja, atau mungkin kau ingin mengumumkan tentang pernikahan kita kepada semua karyawan di sini?" tanya Tristan menantang, Keyla malah tersenyum sinis mendengar ucapan Tristan.
"Cih ... kau terlalu percaya diri, aku hanya mencoba untuk profesional dan tidak mau mencampuri urusan pribadi dengan pekerjaan, bahkan aku tidak ingin semua karyawan di sini tau tentang pernikahan kita!" jawaban Keyla membuat kening Tristan berkerut.
"Why?" tanya Tristan.
"Karena aku tidak ingin membuat masalah," jawaban Keyla membuat Tristan tidak mengerti, Tristan malah berpikir sebaliknya, bukankah suatu keuntungan untuk Keyla kalau semua orang mengetahui Keyla adalah calon istrinya.
"Apa maksudmu?" tanya Tristan dengan kening yang berkerut.
"Tidak perlu berpura-pura bodoh seperti itu, aku rasa kau cukup pintar untuk mencerna sendiri apa maksud dari ucapanku." jawab Keyla.
Bersambung....