"Kau masih ingin diam di situ atau aku paksa masuk ke mobil?" tanya Tristan, tanpa Keyla sadari jika Tristan sudah ada di dalam mobilnya.
Keyla mengerutkan keningnya saat melihat mobil Tristan.
"Kayak kenal ya mobilnya," ucap Keyla di dalam hati sambil terus mengamati mobil Tristan.
"Ini kan ...." ucapan Keyla terhenti lalu dia memandang wajah Tristan dengan lekat, Keyla memejamkan matanya dan kali ini, dia ingat jika Tristan adalah pria yang hampir menabraknya saat di Bandung.
"Ah ... ternyata dia pria menyebalkan itu," ucap Keyla di dalam hatinya.
Tin ... Tin ... Tin ....
Keyla terkejut karena Tristan membunyikan klakson mobil dengan sangat kencang. Keyla segera masuk ke mobil Tristan, sambil menghela nafasnya dengan panjang, di dalam mobil Keyla hanya diam, moodnya benar-benar sangat tidak baik.
Hening, itulah keadaan di dalam mobil saat ini, padahal Tristan ingin sekali menanyakan kepada Keyla siapa yang mengirimkan buket bunga itu, tapi sepertinya ini bukan waktu yang tepat.
Tunggu dulu, apakah Tristan cemburu? Tidak, tidak mungkin, dia tidak mungkin cemburu dia hanya ingin tau siapa pengirim bunga itu, tapi kenapa ada perasaan tidak suka dalam hatinya?
"Ayolah, jangan munafik Tristan, kau ini sedang cemburu," ucap Tristan di dalam hatinya, namun dia berusaha untuk menyangkal semua perasaan itu, entahlah dia sendiri pun tidak tau apa yang saat ini dia rasakan.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Tristan memecah keheningan di antara mereka.
Keyla menganggukkan kepalanya dengan perlahan, saat ini dia sedang tidak berminat untuk bicara dengan siapa pun. Tristan melirik sekilas kepada Keyla sambil membuang nafasnya dengan kasar.
"Apa setelah menikah nanti kau akan terus bersikap seperti ini kepadaku?" pertanyaan Tristan membuat Keyla mengalihkan pandangannya kepada Tristan.
"Entahlah aku juga tidak tau!" jawab Keyla sekenanya.
"Kenapa? Apa menurutmu aku tidak menarik? Apa aku kurang tampan?" tanya Tristan dengan sangat percaya dirinya, sedangkan Keyla hanya melemparkan senyuman kecutnya.
"Kau sangat tampan tapi sayangnya, kau sangat angkuh dan sombong," jawab Keyla dengan kesal lalu turun dari mobil karena mereka sudah sampai di tempat tujuan mereka.
Tristan tersenyum tipis karena ini pertama kalinya seseorang berkata seperti itu kepadanya, biasanya orang akan selalu berkata sopan dan dia sangat disegani karena sikapnya yang dingin dan tegas, tentu saja dengan apa yang dia miliki semua orang sangat menghormatinya.
"Keyla, kau gadis pertama yang membuatku seperti ini," ucap Tristan sambil tersenyum lalu dia turun dari mobil menyusul Keyla dan keluarganya.
"Setelah pulang dari sini, aku ingin bicara denganmu!" ucap Tristan berbisik, tapi Keyla tidak menolak atau pun menerima ajakan Tristan.
Di sana terlihat dengan jelas jika Lidya, Rania dan Anaya begitu antusias memilih gaun pengantin untuk Keyla, walaupun pernikahan Keyla dan Tristan hanya acara yang sederhana, Lidya tetap ingin menantunya tampil cantik di hari pernikahannya nanti, dia hanya bisa berharap semoga saja masalah dalam keluarganya akan cepat selesai agar dia bisa hidup tenang dan bahagia bersama anak, menantu dan juga cucunya.
Setelah mencoba beberapa gaun, akhirnya mereka menemukan gaun yang pas untuk Keyla.
"Bun, aku minta ijin untuk pergi dengan Keyla sebentar," ucap Tristan kepada Rania.
"Silahkan Nak, tapi ingat jangan pulang terlalu malam," ucap Rania yang langsung diangguki oleh Tristan.
"Memangnya kalian mau ke mana?" tanya Lidya, karena tidak biasanya Tristan ingin pergi berduaan dengan seorang wanita, tapi dia sangat senang apalagi kali ini Tristan pergi dengan calon istrinya, itu akan membuat Tristan lebih dekat dengan Keyla.
Tapi, Tristan tidak menghiraukan pertanyaan Lidya, dia malah langsung menggandeng tangan Keyla. Keyla memberikan tatapan tajamnya kepada Tristan, lagi-lagi dia sangat kesal dengan sikap Tristan yang seenaknya menyentuh Keyla, ini ketiga kalinya Tristan memegang tangan Keyla, dia melirik Anaya seolah minta pertolongan Anaya, agar Tristan melepaskan tangannya.
"Eh... Eh... Main gandeng aja belum halal tau, lepasin gak tangannya Keyla!" ucap Anaya dengan sengit.
Tristan pun langsung melepaskan genggamannya dari tangan Keyla.
"Kalau dia berani pegang-pegang kamu lagi, kamu teriak aja, Key, biar dia dipukulin orang sekampung!" ucap Anaya.
"Siap, Mbak!" ucap Keyla bersemangat karena merasa punya sekutu.
Sementara sang tersangka utama langsung pergi menuju mobilnya, Lidya dan Rania tertawa melihat tingkah Tristan.
"Bunda, Mama, Key pergi dulu ya, assalamu'alaikum!" ucap Keyla lalu menyalami Rania dan Lidya.
"Wa'alaikum salam, hati-hati, Nak!" ucap Rania, Keyla pun pergi untuk menyusul Tristan
***
Beberapa menit di perjalanan, akhirnya Tristan memarkirkan mobilnya di depan sebuah restoran, lalu Tristan mengajak Keyla turun dari mobil.
"Mau ngapain kita ke sini?" tanya Keyla dengan bodohnya.
"Mau karaokean, ya mau makanlah emang kamu pikir kita mau ngapain lagi kalau ke restoran," jawaban Tristan membuat Keyla kembali berdecak dengan kesal.
"Cepetan turun, dari tadi kamu belum makan kan," ucap Tristan lagi.
"Kok kamu tau?" tanya Keyla.
"Gak usah banyak tanya, cepetan masuk," jawab Tristan, dia pun masuk ke restoran lebih dulu.
"Dasar, mentang-mentang bos, bisanya nyuruh orang seenaknya aja," gerutu Keyla, dia pun segera masuk menyusul Tristan, setelah Keyla duduk dengan nyaman, mereka memesan makanan dan makan tanpa ada yang bersuara.
"Udah selesai kan makannya, cepetan pulang!" ucap Keyla dengan ketus.
"Habis manis sepah dibuang, udah kenyang langsung minta pulang," ucap Tristan.
"Heh, aku gak pernah minta kamu bawa aku ke sini ya, kan tadi kamu yang paksa aku ke sini!" ucap Keyla dengan sengit.
"Kau sedang datang bulan?" tanya Tristan dengan alis yang terangkat.
"What? Apa pertanyaan seperti itu penting keluar dari mulut seorang CEO?" tanya Keyla.
"Jawab saja pertanyaanku, tidak perlu mengalihkan pembicaraan," jawab Tristan.
"Gak penting banget jawab pertanyaan kamu," ucap Keyla.
"Atau kamu memiliki riwayat tekanan darah tinggi?" tanya Tristan dengan alis yang terangkat.
"Ngapain sih tanya yang gak penting kayak begitu, buang-buang waktu aja," jawab Keyla.
"Hey Nona, kau tinggal menjawab pertanyaanku, apa yang susah?" tanya Tristan.
"Tapi, menurut aku pertanyaan kamu tuh gak penting sama sekali, tanya datang bulan lah, hipertensi lah, ngaco tau," jawab Keyla.
"Lalu kenapa kau terus marah-marah seperti ini?" tanya Tristan.
"Mana ada, siapa yang marah," jawab Keyla dengan sengit.
"Nah ini, apa namanya kalau bukan marah," ucap Tristan.
"Kamu yang mulai, kamu yang selalu mancing emosi aku!" ucap Keyla.
"Kenapa jadi aku yang disalahkan, hey Nona, sejak tadi kau yang terus menerus bicara dengan sengit," ucap Tristan.
"Itu kan kamu yang mulai, masih gak sadar diri, udah salah gak mau disalahin!" ucap Keyla semakin kesal.
"Baiklah kalau begitu, mari kita akhiri semuanya sekarang!" ucap Tristan.
Bersambung....