"Ada apa?" tanya Dedy saat melihat Rania selesai bicara dengan Lidya di telpon.
"Lidya, Yah, dia bersikeras ingin menjodohkan Tristan dengan Keyla," jawab Rania.
"Keyla udah setuju?" tanya Dedy.
"Bunda juga belum tau, kan Ayah tau sendiri, Keyla selalu jawab apa kalau kita bahas soal pernikahan sama dia," jawab Rania.
"Keyla masih trauma, Bun, dan itu semua adalah kesalahan Ayah," ucap Dedy dengan sendu saat mengingat lagi kesalahannya menerima lamaran Revan begitu saja.
"Sudahlah, Yah, jangan mengingat lagi hal itu, semuanya sudah terjadi, dan Allah membuktikan jika Revan bukanlah jodoh yang terbaik untuk Keyla," ucap Rania.
Dedy menghela nafasnya dengan panjang dan memejamkan matanya, bayangan Revan yang datang ke rumahnya kembali berputar dalam ingatan.
Malam itu, Revan datang ke rumahnya dan dengan yakin mengatakan ingin melamar Keyla dan menikahinya, bahkan Dedy sempat tersanjung dengan sikap Revan yang berani mengatakan hal itu secara langsung, tanpa berpikir panjang lagi, Dedy menerima lamaran Revan karena dia yakin Keyla pun mencintai Revan, bukan itu saja, bahkan Dedy baru pertama kali melihat Keyla sangat bahagia karena Revan adalah cinta pertamanya.
Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, Revan membatalkan pernikahannya dengan Keyla tanpa alasan yang jelas, bahkan sampai saat ini keluarga Keyla tidak ada yang tau apa alasan Revan melakukan itu.
"Yah, kok malah melamun?" tanya Rania sambil menepuk pelan pundak suaminya.
"Ayah gak melamun, Bun," jawab Dedy.
"Jadi gimana, Ayah setuju apa enggak sama perjodohan ini?" tanya Rania.
"Ayah gak tau, Bun, lebih baik kita tanya langsung sama Keyla, biar dia yang memutuskan, Ayah gak mau Keyla terluka lagi karena kita memaksakan kehendak kita," jawab Dedy.
"Ya sudah kalau begitu, habis makan malam nanti, kita bicarakan masalah ini sama Keyla," ucap Rania.
"Ya!" sahut Dedy.
***
Seperti biasa, setelah makan malam, keluarga Keyla selalu berkumpul di ruang keluarga sambil menonton TV dan bertukar cerita, kali ini Dedy dan Rania saling pandang karena merasa sedikit ragu untuk mengatakan tentang perjodohan ini, Dedy tidak ingin Keyla terluka lagi karena kesalahannya di masa lalu.
Rania pun menatap Dedy seakan memberi isyarat jika ingin memulai membicarakan hal ini kepada Keyla, Dedy hanya mengedipkan matanya sambil mengangguk perlahan menyetujui apa yang akan dilakukan oleh sang istri.
"Key, sini Nak, duduk dekat Bunda, ada sesuatu yang mau Bunda katakan sama kamu," ucap Rania sambil menepuk sofa di sebelahnya agar Keyla pindah duduk di samping Rania.
"Ada apa, Bun?" tanya Keyla.
"Begini, Sayang, ada teman Bunda yang ingin melamar kamu untuk anaknya, Bunda mohon kali ini kamu pikirkan baik-baik lamaran ini, sampai kapan kamu akan terus menutup hati kamu untuk orang lain, Nak, Bunda juga sedih melihat kamu terus larut dalam masa lalu seperti ini," jawab Rania.
Keyla hanya diam, dia tidak menerima atau pun menolak, sungguh Keyla masih sangat takut dan ragu untuk menikah, Keyla tidak siap untuk kecewa lagi.
"Dengar, Nak, tidak baik juga terlalu lama terjebak dalam rasa takut, kamu harus melanjutkan kehidupan kamu, Ayah juga sedih melihat kamu terus seperti ini, Ayah merasa sudah gagal menjadi orang tua karena sudah membiarkan kamu terluka. Kali ini, kamu pikirkan semuanya baik-baik, tidak perlu menuruti apa yang Ayah dan Bunda katakan, cukup dengarkan apa yang dikatakan oleh hati kamu, semua pilihan ada di tangan kamu, dan kamu bebas mengambil pilihan itu," ucap Dedy sambil membelai rambut putri sulungnya dengan sayang.
Cukup lama mereka terdiam, hanya terdengar suara TV yang tidak mereka tonton karena semuanya larut dalam pikiran masing-masing, terlebih lagi Keyla, dia tidak tau harus melakukan apa, di satu sisi dia sangat takut menerima perjodohan ini, tapi di sisi lain Keyla merasa sangat bersalah karena membuat kedua orang tuanya berlarut dalam kesedihan juga karena terus memikirkan Keyla.
"Key, kamu tidak harus menjawab sekarang, Bunda mengerti kamu butuh waktu untuk berpikir," ucap Rania.
"Kalau begitu, ijinkan Key Istikharah dulu, Bun, sekarang Key gak mau gegabah dan terlalu cepat mengambil keputusan, Key takut kecewa lagi, biarkan Key meminta petunjuk dulu kepada Allah, Key ingin yang terbaik menurut Allah, bukan karena paksaan dan hawa nafsu," ucap Keyla.
"Baiklah, Nak, Bunda beri kamu waktu, semoga saja Allah memberikan petunjuk yang terbaik untuk kamu." ucap Rania sambil memeluk Keyla.
Keyla sangat bersyukur sekali karena kedua orang tuanya sangat pengertian dan tidak pernah memaksakan kehendak mereka kepada putri-putrinya, Keyla pun berjanji akan selalu membahagiakan kedua orang tuanya, tidak peduli bagaimana pun caranya akan dia lakukan selama itu tidak melanggar aturan agama.
***
Keesokan harinya, pagi sekali Keyla sudah bersiap dengan pakaian kerjanya, entah kenapa gadis itu sangat tidak betah hanya berdiam diri di rumah, padahal perban di keningnya pun masih belum dilepas sepenuhnya, tapi Keyla sudah sangat ingin kembali kerja ke kantor, Keyla melepaskan perban yang melingkar di kepalanya dengan perlahan dan mengganti perbannya dengan kasa yang lebih kecil lalu merekatkan plester di keningnya.
"Mendingan deh," ucap Keyla sambil mematut dirinya di hadapan cermin.
Setelah dirasa penampilannya sedikit rapi, Keyla segera mengambil tas kerjanya lalu keluar dari kamar.
"Loh, kamu mau ke mana? Kok udah rapi?" tanya Rania yang sedang menyiapkan makanan untuk Keyla di nampan, Dedy yang sedang menikmati sarapannya pun sontak melihat kepada Keyla.
"Key mau kerja, Bun, bosen di rumah terus," jawab Keyla.
"Key, jangan aneh-aneh ya, kamu baru pulang dari rumah sakit kemarin, sekarang istirahat aja, jangan kerja dulu," ucap Dedy.
"Yah, Key udah sehat, lagian Key cuma luka sedikit," ucap Keyla.
"Sayang, kamu dengar kan apa yang dikatakan sama nak Gilang kemarin, kamu masih harus istirahat, jangan kecapean," ucap Rania.
"Kan aku udah istirahat terus, Bun, aku udah sehat," ucap Keyla bersikeras.
"Aduh, kumat lagi keras kepalanya," ucap Dania yang sedang menikmati sarapannya.
"Diem, Dek, gak usah ikut campur," ucap Keyla dengan tatapan tajamnya.
"Oh aku tau, Yah, Bun, Kak Keyla cuma alasan bosen di rumah, padahal dia mau ketemu sama CEO ganteng di kantornya, apalagi kemarin mereka ketemu di rumah sakit," ucap Dania menggoda.
"Mana ada, jangan sok tau ya, lagian amit-amit ketemu lagi sama CEO sombong itu, hiiih," ucap Keyla bergidik geli membayangkan jika dia bertemu lagi dengan Tristan.
"Hush ... gak boleh ngomong kayak gitu, nanti kalau jadi jodoh gimana?" tanya Rania.
"Bunda kok serem banget ngomongnya, ya Allah jangan sampe aku jodoh sama orang sombong kayak dia," ucap Keyla.
"Ya udah kalau kamu gak mau ketemu sama dia, kamu gak usah ke kantor," ucap Rania.
"Bunda, Ayah, please," ucap Keyla memohon dengan wajah yang dibuat semanis mungkin.
Dedy dan Rania menghela nafasnya dengan panjang, Keyla memang seperti ini jika keras kepalanya kembali.
"Oke, kamu boleh ke kantor, tapi gak boleh lembur, gak boleh kecapean, Ayah yang antar dan jemput kamu nanti," ucap Dedy.
"Satu lagi, obatnya jangan lupa kamu bawa, terus kamu bawa makanan dari rumah, biar gak makan sembarang," ucap Rania.
"Oke, Bunda," ucap Keyla dengan senyuman yang sangat lebar.
"Halah, dasar modus," ledek Dania.
"Bilang aja iri," ucap Keyla.
"Iya, kenapa emangnya?" tanya Dania.
"Udah, udah, gak usah berantem, cepat habiskan sarapan kalian, nanti terlambat." ucap Rania, mereka pun melanjutkan sarapan setelah itu mereka pergi.
Bersambung....