"Inget ya, gak boleh lembur, obatnya jangan lupa diminum, nanti kalau Ayah belum jemput, jangan dulu pulang," ucap Dedy, dia dan Keyla sudah sampai di depan gedung Lascanos Corporation, sebelumnya Dedy mengantarkan Dania ke kampusnya dulu.
"Iya, Ayah, aku inget," ucap Keyla, lalu dia meraih punggung tangan ayahnya untuk dikecup.
"Hati-hati, Nak, jangan terlalu capek," ucap Dedy, Keyla hanya menganggukkan kepalanya lalu turun dari mobil, setelah itu Dedy pergi menuju kantornya.
Saat akan masuk ke kantornya, Keyla mengitari pandangannya ke sekitar, dia berharap tidak akan bertemu dengan Tristan seperti biasanya, Keyla menghela nafasnya dengan lega karena keadaan sangat berpihak kepadanya, dia tidak melihat Tristan di sana.
"Huft ... Key, Key, ada-ada aja, lagian tuan CEO sombong itu gak bakalan datang lewat lobby, bisa runtuh gedung Lascanos ini kalau dia muncul ke permukaan," ucap Keyla sambil berjalan menuju ruangannya.
"Ya ampun, Key, jidat lo kenapa?" tanya Rena.
"Kemarin insiden sedikit," jawab Keyla.
"Halah, sok gak tau, padahal kan udah ada info di grup kalau Keyla kecelakaan, tadinya hari ini kita mau jengukin lo, Key," ucap Cindy.
"Thank you, alhamdulillah aku udah gak kenapa-napa," ucap Keyla.
"Iya, syukur deh kalau lo gak kenapa-napa," ucap Cindy.
"Ayo mulai kerja," ucap Keyla.
"Oke Bu Manager, kalau perlu apa-apa panggil kita, kita siap membantu," ucap Rena.
"Apaan sih, lebay banget," ucap Keyla lalu dia duduk di meja kerjanya, setumpuk pekerjaan sudah menanti untuk segera diselesaikan.
Di dalam hatinya, Keyla terus berdo'a agar tidak bertemu dengan Tristan.
***
Satu minggu lebih telah berlalu, dan selama itu Keyla terus melaksanakan shalat istikharah, Keyla masih belum yakin dengan keputusan apa yang akan dia ambil, sampai akhirnya Rania dan Dedy pun kembali menanyakan bagaimana dengan perjodohan itu.
"Ini sudah hampir dua minggu, Nak, kapan kamu akan memberikan jawaban?" tanya Rania saat mereka sedang berkumpul di gazebo halaman samping rumah mereka, Keyla dan Dedy pun baru saja pulang dari kantor. Sedangkan Dania berada di rumah temannya untuk mengerjakan tugas kuliah.
"Key belum mantap, Bun," jawab Keyla.
"Tapi, tidak baik membuat orang lain menunggu terlalu lama, kamu harus segera memberikan jawaban walaupun untuk penolakan," ucap Rania.
Keyla pun menatap wajah kedua orang tuanya bergantian, terlihat sangat jelas kedua orang tuanya benar-benar menaruh harapan yang amat besar kepada Keyla, dia pun menghela nafasnya dengan panjang, lalu Keyla berusaha memantapkan hatinya untuk menerima perjodohan ini.
"Kali ini, Key menurut aja sama keputusan Ayah dan Bunda," ucap Keyla.
"Maksud kamu apa?" tanya Rania.
"Kalau Ayah dan Bunda ingin Key menerima perjodohan ini, maka Key akan menerimanya, jika tidak, Key akan menuruti juga keinginan Ayah dan Bunda," jawab Keyla.
"Gak bisa kayak begitu, Nak, kamu harus tegas mengambil keputusan," ucap Dedy.
"Aku yakin dengan pilihan Ayah dan Bunda, tidak ada orang tua yang akan menjerumuskan anaknya," ucap Keyla sambil tersenyum.
"Kamu yakin, Nak?" tanya Rania.
"In sya Allah aku yakin, Bun," jawab Keyla dengan mantap.
"Sekali lagi Ayah tanya, kamu benar-benar menerima perjodohan ini?" tanya Dedy.
"Iya, Ayah," jawab Keyla.
"Baiklah, sekarang Bunda akan menghubungi mereka," ucap Rania lalu dia pergi ke kamar untuk menghubungi Lidya.
"Ayah mau jemput Dania dulu, kamu mau ikut?" tanya Dedy.
"Enggak, Yah, aku mau ke kamar aja," jawab Keyla. Keyla pun segera pergi ke kamarnya sedangkan Dedy pergi mengambil kunci mobil untuk menjemput Dania.
"Ya Allah, semoga apa yang aku lakukan ini benar, aku hanya tidak ingin membuat ayah dan bunda terus bersedih memikirkan aku, aku yakin semuanya akan baik-baik saja karena kedua orang tuaku meridhoi apa yang menjadi pilihanku." ucap Keyla di balkon kamarnya sambil menatap langit.
***
Keesokan harinya, semua orang di rumah Keyla disibukkan dengan acara lamaran Keyla, tanpa Keyla duga jika keluarga calon suaminya akan datang secepat ini untuk melamar
Saat ini, Keyla sedang bersiap di kamarnya, walaupun di dalam hati kecil Keyla, masih sedikit ragu untuk menerima perjodohan ini, tapi dia harus melakukannya demi kebahagian kedua orang tuanya.
Terdengar suara keramaian di lantai bawah rumahnya yang cukup megah, menandakan jika keluarga calon suaminya sudah datang. Tak lama, Dania pun memanggil Keyla atas perintah dari Rania. Keyla keluar dari kamar bersama Dania, saat sampai di ruang tamu, mata Keyla terbelalak sempurna karena yang datang adalah Lidya dan keluarganya, apakah calon suaminya itu adalah?
"Gak, gak mungkin dia dan semoga saja bukan lelaki sombong yang sangat menyebalkan itu," batin Keyla berucap.
Ya semoga saja bukan Tristan, karena Keyla melihat ada tiga orang pria di sana, dia sudah mengenal Tristan dan Bima, sedangkan seorang lagi Keyla belum mengenal dia, semoga pria yang belum dia kenali itu yang menjadi calon suaminya.
Lidya tersenyum menyambut kedatangan Keyla, dan tatapan mata Tristan selalu tertuju kepada wanita cantik itu, tidak dia pungkiri jika Tristan terpesona dengan penampilan Keyla malam ini.
Tanpa membuang waktu lagi, kedua keluarga itu langsung membicarakan soal pernikahan Keyla dan Tristan. Keyla sangat terkejut dengan hal itu, karena lelaki yang dijodohkan oleh ibunya adalah Tristan, Keyla sama sekali tidak menyangka jika dia akan menikah dengan lelaki yang menurutnya sangat menyebalkan.
"Jadi bagaimana, semuanya sudah setuju kalau pernikahan akan dilaksanakan dua minggu lagi?" tanya Lidya bersemangat.
"Apa tidak terlalu cepat, Dy? bahkan mereka baru saja saling mengenal," jawab Rania.
"Lebih cepat lebih baik, Nia, aku takut Tristan akan berubah pikiran lagi, aku sudah tidak sabar ingin melihat Tristan dan Keyla menikah," ucap Lidya.
"Apa Ayah setuju?" tanya Rania kepada Dedy.
"Ayah tidak bisa memutuskan, Bun, apa anak-anak sudah siap lahir batin untuk menikah dalam waktu dekat," jawab Dedy.
"Key, Tristan, bagaiamana, apa kalian siap menikah dalam waktu dekat?" tanya Lidya kepada Tristan dan Keyla. Keyla hanya menganggukkan kepalanya perlahan untuk menyetujui ucapan Lidya.
Saat melihat bagaimana reaksi Keyla, kening Tristan berkerut dan tersenyum sinis, dia yakin ada maksud terselubung di balik keputusan Keyla yang setuju untuk menerima perjodohan ini.
Seperti yang sudah-sudah, saat dalam situasi seperti ini, Tristan selalu melakukan apa yang biasa dia pikirkan kepada pada wanita yang akan dijodohkan dengannya, Tristan sangat yakin jika kali ini dia menang lagi, menurutnya tidak ada wanita yang benar-benar tulus ingin menikah dengannya tanpa menginginkan apa yang Tristan miliki saat ini.
"Tunggu dulu Ma, aku ingin bicara berdua dulu dengan Keyla!" ucap Tristan.
Bersambung....