"Semua berawal dari tak sengajaanku melihatmu bersama teman-temanmu." -SalshabilaKay
Pagi ini lelaki berparas tampan ini masih terlelap di atas tempat tidurnya, tubuhnya seolah enggan untuk lepas dari tempat ternyamannya yaitu kasur empuk miliknya.
"Aldi bangun!" teriakan menggema di penjuru rumah siapa lagi kalo bukan Melisa Dirgantara istri dari Heriwan Dirgantara dan ya beliau ibu dari Aldi dirgantara.
"CK, gak bisa pelan apa ya emak gue ngebangunin nya kek emak emak lain gitu," dumel Aldi duduk di tepi ranjang kamarnya.
"Tapi gapapalah yang penting gua sayang emak gua," lanjut Aldi.
Setelah mendengar teriakan sang Mamih, tercinta Aldi memutuskan beranjak dari kasur dan bergegas menuju kamar mandi, karna hari ini hari di mana Aldi harus berangkat lebih awal karna ada upacara bendera.
Setelah selesai mandi dan memakai seragam putih abu-abu nya, Aldi juga tidak lupa memakai pomed di rambutnya, agar menambah kesan tampan dan dinginnya, walaupun Aldi dingin di sekolah tapi tidak jika rumah ia akan tetep hangat dengan keluarganya.
"Nah gini kan ganteng," ujarnya memuji dirinya sendiri pada pantulan dirinya di cermin.
Setelah selesai memakai pomed di rambutnya Aldi langsung melangkahkan kakinya turun menuju meja makan untuk sarapan.
"Lama banget lo," celetuk sang adik Alda Dirgantara ya dia adalah adik dari Aldi Dirgantara lebih tepatnya kembarannya.
"Sirik aja lo dugong," sewotnya.
"Udah udah kalian makan nanti telat," ucap Melisa menengahi.
"Bang gua gak berangkat bareng lo ya."
"Siapa juga yang mau berangkat bareng lo, ogah banget gue!"
"Dihhh yaudah, Mih Alda berangkat ya," pamitnya setelah selesai sarapan.
"Berangkat sama siapa kamu?" Tanya Melisa.
"Biasa Mih, sama Revan," ujar Alda lalu meninggalkan meja makan.
Melisa hanya menganggukkan kepalanya menandakan bahwa dirinya mengetahui lelaki itu. Tak lama Alda pamit Aldi pun juga ikutan pamit kesekolah menggunakan motor sportnya.
***
"Cha, bangun," teriakan Helen dari luar kamar gadis cantik ini.
Tak ada jawaban Helenpun membuka pintu kamar anak gadisnya ini, dan duduk di pinggir ranjang tempat Salsha tertidur.
"Cha, bangun," pinta Helen sambil mengelus surai panjang Salsha.
"Iya Bund," jawabnya sambil merenggangkan otot–otot tubuhnya.
"Buruan mandi," suruh Helen.
"Astagfirullah, udah jam segini lagi," kaget Salsha saat melirik arloji di nakas samping tempat tidurnya. Dan bergegas turun dari kasur empuknya itu menuju kamar mandi.
Helen yang melihat itu tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, "Kebiasaan kalo panik gitu."
Setelah bersiap-siap dengan seragam putih abu-abu nya dan tentu saja sudah lengkap dengan atribut sekolahnya. Karna Salsha tau ini hari Senin di mana hari upacara di seluruh dunia.
"Pagi Yah Bund," sapa Salsha saat sampai di meja makan.
"Pagi sayang," ucap sang Herlambang dan Helen dengan kompak.
"Widih kompak bener Yah, Bund," ledek Salsha.
"Udah buruan makan," perintah Helen.
"Cha mau bawa bekel gak?" Tanya Helen.
"Mau Bund, yang banyak ya soalnya kadang si Steffy minta," jawab gadis itu.
"Oke sayang."
***
SMA PURNAMA adalah tempat Aldi menimpa ilmu, di sana ia tak dengan Adiknya saja bersekolah melainkan para sahabatnyapun juga ikut sekolah di sana. Sahabat dari masa mereka mengenakan baju putih merah itu. Dimanapun ada Aldi di situ juga ada Bastian dan juga Iqbaal.
"Woi Ald tumben lo sendirian," tanya Iqbaal teman sebangkunya. "Ayang beb Alda gue mana?" Tanya lagi.
"Hm."
"Buset dah Ald lo ngomong irit bet kek ngomong bayar aja lu!" kesal Iqbaal karna di jawab hanya deheman saja.
"Alda kemana emang?" Tanyanya lagi.
"CK! Bawel lo Baal," ketus Aldi.
"Yaelah nanya doang gue, biasa aja kali," ucap Iqbaal.
Aldi tak menggubris ucapan Iqbaal, dirinya langsung meninggalkan Iqbaal begitu saja di parkiran.
Iqbaal menatap kepergian Aldi. "Punya sahabat kok akhlaknya gak ada. Mana sikapnya dingin, akhlak gak ada lengkap bener tuh anak," ujar Iqbaal ikut meninggalkan parkiran.
***
Bel masukpun berbunyi pertanda murid SMA Purnama harus menuju lapangan untuk mengikuti upacara bendera, dan mendengar kan nasehat nasehat yang menguras tenaganya. Tidak menguras tenaga sih sebenarnya hanya saja bosan mendengar wejangan yang menurutnya itu-itu saja tak ada yang lain. Contohnya, jangan datang terlambat, pakaian harus rapih, rambut tidak boleh panjang untuk laki-laki dan masih banyak lagi nasehat yang di berikan.
"Steff lo bawa dasi gak?" Tanya Salsha pada sahabatnya itu yang bernama Steffany Tania Auby. Karna Salsha tahu Steffy typekal orang yang sangat-sangat pelupa dalam hal apapun.
"Gak bawa Sals," jawabnya panik. Pasalnya Steffy tau kalo tidak bawa perlengkapan lengkap atau atribut sekolah ia akan di pisahkan dan setelah upacara selesai Steffy akan di hukum oleh ke siswaan yang galaknya melebihi sih Pinky kucing kesayangannya yang tak di beri makan.
"Nih," Salsha menyodorkan dasi yang biasa Salsha bawa untuk cadangan ketika dirinya lupa membawa atau memakai dasi dari rumah.
"Aaaaaa,Chaca terbaik deh," ucap Steffy dengan memeluk sahabatnya itu.
"Yaudah yuk kelapangan, tar di omelin pak Maman gaswat.
Steffy mengangguk. Lalu ikut melangkahkan kakinya menuju lapangan untuk mengikuti upacara.
****
Semua siswa siswi SMA purnama pun sudah rapih dengan barisannya, dan pasukan pengibarpun sudah ada, pemimpin barisan pun sudah siap untuk melaksanakan upacara.
Sudah hampir 30 menit melaksanakan upacara, dan mendengaran nasehat dari pembina akhirnya upacara selesai dan para siswa siswi bisa bernafas dengan lega. Karna sejak amanat yang di berikan banyak siswa siswi yang menggerutu agar upacaranya selesai.
Mereka sudah tak kuat menahan panasnya terik mata hari yang sangat menyengat pagi ini. Walaupun matahari pagi itu sehat tetep saja sangat terasa panas jika tersengat kulit.
Steffy membuang nafasnya kesal. "Sumpah pegel banget gua dengerin pak Mamat ngoceh," keluh Steffy.
"Sama gua juga pegel," ujar Salsha.
"Yaudah yuk kekelas, gak sanggup gue berdiri lagi," ucap Steffy mendramatis
"Yaudah ayo."
Salsha dan juga Steffy melangkahkan kakinya menuju kelas mereka, mereka berada di kelas yang sama yaitu kelas XII IPA2.
"Sals," panggil Steffy yang melihat Salsha sedang meneguk botol minumnya.
"Kenapa Puy?"tanya Salsha ketika seleaai meneguk air minumnya.
"Gua mau nanya sama lo," ujar Steffy.
"Nanya apaan?" jawab Salsha serius.
"Em.... Anu Sals," ujar Steffy ragu untuk melanjutkan.
"Anu apaan sih?" tanya Salsha penasaran.
"Ituu.. emmmmm, pacaran itu gimana sih Sals?"
Seketika tawa Salsha langsung pecah. Tawanya terdengar oleh teman sekelasnya.
"Hahahhahahaha," tawa Salsha. " Lo nanya gua apa ngehina gua Puy?" Tanya Salsha.
"G..gua nanya lah."
"Kan lo tau gua gak pernah pacaran bloon," ujar Salsha. Dan menoyor kening Steffy pelan.
"Iya juga sih ya," ucap Steffy merutuki kebodohannya.
"Kalo lo mau nanya, tanya sama yang udah pengalaman apa, contohnya sih Dewa tuh," ujar Salsha.
"Ogah banget gue nanya cacing kremi," ujar Steffy.
***
Pelajaran pun di mulai dimana hari ini di kelas Aldi, Iqbaal dan Bastian sedang belajar pelajaran bahasa inggris dimana guru killer itu mengajar pasti akan di takuti. Gimana tidak di takuti, salah bicara dikit saja bisa kena amuk. Ibarat kata lebih baik diam di banding mengganggu macan yang sedang tenang itu sama saja mencari mati.
"Baal, Baal," panggil lelaki berambut kriting.
"Apa Bas," jawab Iqbaal kepada lelaki berambut kriting yang bernama Sebastian Bramasta.
"Lo kan pinter bahasa Inggris, nyontek dong," ujar Bastian.
"Pala lo! Kerjain aja sendiri," ucap lelaki itu enteng.
"Yeh pelit lu anoa!"
"Bisa diem gak kalian berdua?" triak guru di depan papan tulis.
Bastian dan Iqbaal yang duduknya depan - belakangan pun tersentak ketika mendengar teriakan maut dari sang guru.
"Lu sih Bas!" kesal Iqbaal.
"Bacot bener lu ah."
"Iqbaal Bastian kalian berdiri di depan sampai jam belajar saya habis," ucap guru berparas cantik dan mungil itu
"Baik Mrs," ucap mereka kompak dan berjalan menuju papan tulis.
"Angkat kaki kalian dan jewer kuping kalian!" ucap Mrs.anggun.
Dan mereka berdua melakukan apa yang di perintahkan Mrs.anggun.
2 jam berlalu bel istirahat pun berbunyi Iqbaal juga Bastian bisa bernafas lega karna masa hukumnya sudah berakhir.
"Gila sih kaki gua pegel banget," ucap Iqbaal.
"Sama gua juga Baal," ujar Bastian.
"Lagian lo sih ngajak gue ngobrol, udah tau pelajaran Mrs.anggun gak boleh ngobrol atau bersuara sedikitpun," ujar Iqbaal menatap Bastian sengit. "Apalagi pas lagi ngerjain soal di papan tulis," ujarnya lagi.
"Iya deh Baal, gue minta maaf," ujar Bastian sungguh-sungguh. "Gak lagi deh Baal,"ujarnya lagi.
Iqbaal membuat nafasnya pelan, lalu menganggukan kepalanya. "Gapapa kok Bas, santai aja," ujar Iqbaal.
"Kantin yok, laper gue," lanjutnya.
"Yaudah ayok, tapi lo yang bayar ya Bas," ujar Iqbaal di sertai cengiran.
"Iya deh gua yang bayar," ujar Bastian pasrah.
"Woi, Ald lo mau ke kantin gak?" tanya Iqbaal pada Aldi yang masih terduduk di bangkunya.
"Ayo," ujar Aldi dan bangun dari tempat duduknya untuk menyusul teman-temannya untuk jalan bersama menuju kantin.
Saat sedang asyik menyusuri koridor dan bercanda Bastian tidak sengaja menabrak seorang gadis dan mengenai bahu milik gadis itu karna tinggi gadis itu di bawahnya
"Awssssssshhhhhh," rintih Salsha.
"Sorry sorry gak sengaja gue," ucap bastian merasa bersalah karna membuat gadis itu meritih kesakitan.
"Gapapa ko, lagian salah gue juga," ucap Salsha.
"Yaudah gue ke kelas dulu ya," pamit Salsha.
"Gue gebet boleh nih," guman Bastian terdengar oleh kedua sahabatnya itu.
"Apaan Bas?" tanya Iqbaal.
"Oh... Nggak ko nggak."
Aldipun hanya menggelengkan kepalanya pasalnya dirinya tau kalau Bastian tidak cukup dengan satu wanita alias playboy.
"Itu sepupu gue Bas, awas aja lo main-main sama dia," ujar Iqbaal memperingati.
"Yaelah, Baal, canda doang gue, gak beneran serius deh," ujar Bastian mengangkat kedua jarinya membentuk huruf 'V' di udara.