Happy Reading
"Apa kau tahu hati yang sudah jatuh sulit di berdirikan kembali?. Ya itu lah hatiku setiap ku melihat mu membuat ku jatuh hati sepanjang hari tanpa pernah merasakan sakit sedikitpun oleh sikapmu." -SalshabilaKay
Salsha berjalan menelusuri tiap lorong kelas lain guna menuju kelasnya, ia bertekad bahwa hari ini ia akan mendekati Aldi terlebih dahulu, terserah orang mau berkata apa jika hati sudah bicara apa boleh buat. Apapun ia lakukan!. Setelah sampai kelas ia pun langsung menjatuhkan bokongnya di tempat duduknya di sana sudah ada teman sebangkunya siapa lagi kalau bukan Steffany Tania Auby.
"Woi, Sal," panggil Steffy.
"Apa sih Puy?" Tanya Salsha. Dengan wajah malas.
"Lo tau gak?" Tanya Steffy.
"Gak," jawab Salsha singkat.
"Ish dengerin dulu Salshabila!" Ucap Steffy kesal.
"Oke denger"
"Gak gitu konsepnya," geram Steffy.
"Iya apa Puy astagadragon," ujar Salsha.
"Jadi gini," ucap Steffy menggantukan ucapannya.
"Heumm."
"Kemarin tuh ada film baru kita nonton yuk," ucap Steffy.
"Lu dari tadi mau ngomong mau ngomong cuman mau ngomong gitu doang Puy?" Tanya Salsha dan di angguki Steffy.
"Gak guna Puy!" kesal Salsha. "Udahlah gue mau ke toilet dulu siapa tau gua ngeliat cogan," ujar Salsha.
"Cogan terus otak lu Sal," teriak Steffy ketika Salsha di ambang pintu.
"Woi, hari ini pak Karmin gak masuk katanya kucingnya lahiran," ujar Dewa sang ketua kelas. Walaupun Dewa barbar tapi tanggung jawabnya tinggi.
Anak-anak yang berada di dalam kelas pun bersorak gembira, gimana tidak? Setidaknya mereka bisa melewatkan 2 jam mata pelajaran kimia yang bisa bisa membuat kepala mereka ngebul hari ini.
"Bohong lu ya Wa?" tanya Steffy.
"Yehh, Anoa! Tadi gue di kasih tau sama Mrs.Anggun, Pak karmin gak masuk kucingnya lahiran gak ada yang nemenin terus pak Karmin cuman nitipin tugas," ujar Dewa.
"Yaelah tugas mulu, botak pala gue," ujar Steffy.
"Percaya gak lu dia ngasih tugas?" Ujar Dewa.
"Percaya lah, gile ae guru macem Pak Karmin gak ngasih tugas, jungkir balik dah lu Wa," ujar Steffy.
Dewapun jungkir balik di hadapan Steffy. Dan itu sukses membuat Steffy melongo di tempat duduknya.
"Percayakan lu?" Tanya Dewa.
Steffy menganggukan kepalanya dan berlari menuju depan papan tulis. "YEYYYYY GAK ADA TUGAASSSS YAALLAH BAIM SENENG." Ujar Steffy triak di depan papan tulis.
"Bocah sinting," sarkas Dewa.
***
Salsha menyusuri tiap lorong kelas guna untuk sampai toilet, sebelum ketoilet Salsha menajamkan pengelihatannya di sana, ada seorang gadis berambut sebahu mirip dengan lelaki yang berapa hari ini berada di pikirannya. Siapa lagi kalau bukan Alda Dirgantara, adik dari Aldi Dirgantara.
"Alda," panggil Salsha.
Alda yang namanya dipanggil pun menolehkan kepalanya kearah sumber suara.
"Ada apa?"tanya Alda saat langkahnya terhenti di lorong kelas area IPA pasalnya kelas Alda harus melewati kelas IPA terlebih dahulu baru sampai kelasnya.
"Eumm kita kan satu ekstrakulikuler, boleh gak gue minta nomor lo?" Ujar Salsha.
"Gak usah spik sama gue Sal," ujar Alda.
Salsha membulatkan matanya."Lah kok tau nama gue?" tanya Salsha Salsha
"Lah gue liat di nametag seragam lo."
"Eh iya ya," ucap Salsha menggaruk rambutnya tak gatal
"Gua tau nih pasti mau minta nomornya Aldi kan?" Tebak Alda. Padahal ia hanya asal saja mengeluarkan pertanyaan itu.
Sial. ujar Salsha dalem hati.
"Ketauan banget apa ya muka gue?" tanya Salsha yang wajahnya sudah bener-bener merah padam karna menahan malu pada adik lelaki yang ia sukai ini.
"Hahahahaha, panik bener lu Sals," ujar Alda di selingi tawanya. "Gua becanda," ujar Alda.
Salsha membuang kasar nafasnya hampir saja ia mati berdiri jika benar-benar ketebak bahwa ia memang menginginkan nomor posel Aldi.
"Lo sepupunya Revan kan?" Tanya Alda tiba-tiba.
"Iya gua sepupunya Revan," ujar Salsha "Iqbaal juga sepupunya Revan," ujarnya lagi.
"Kalo Iqbaal gue tau dia sering main kerumah kalo manusia kulkas gak ada temen pasti nyuruhnya Iqbaal," ujar Alda menjeda ucapannya, "Soalnya dia gak terlalu deket sama Revan makannya kalo ada Revan di rumah dia langsung nelpon Iqbaal buat nemenin main PS," ujarnya lagi.
"Ohh gitu," ucap Salsha. "Manusia kulkas siapa?"tanya Salsha.
"Heh kalian ngapain disitu," teriakan maut guru killer yang sudah pasti beliau adalah Mrs.anggun kebetulan hari ini beliau yang jaga piket.
"Mampus gue," ujar Alda menepok jidatnya.
"Sal,ponsel lo mana?" Tanya Alda.
"Nih," Salsha penyerahan ponselnya.
Aldapun memiscall nomor Salsha ke handphonenya.
"Nanti gua chat," ujar Alda langsung lari menuju kelasnya.
"Kamu SalshabilaKay ngapain masih disitu masuk kelas,"ujar Mrs.anggun.
"S..ss...saya mau ketoilet Mrs," ujar Salsha.
Setelah mengucapkan itu Salshapun berlari menuju toilet, sesampainya ia di toilet ia langsung mengatur nafasnya yang naik turun akibat lari terbirit-birit menuju kamar mandi.
"Buset, berasa lagi di kejar–kejar anjing gue," gumam Salsha.
"Kalo gak cepet-cepet kabur abis kuping gua di jewer sama Mrs.Anggun."
"Kan kasian kuping gua kalo di jewer." setelah ngedumel Salshapun masuk kedalam toilet.
Setelah selesai membuang air kecil Salsha mencuci tangannya di washtafel dan membenarkan kunciran rambutnya yang berantakan tadi saat berlari. Setelah usai membenarkan kunciran rambutnya Salsha melangkahkan kakinya menuju kelasnya.
Saat sedang asik menyusuri lorong kelas dengan bersenandung lagu some you loved dari Lewis Capaldi. Salsha tak sadar ada sebuah benda bulat melayang ke arahnya.
"Awhhh," rintihnya lalu dalam sekejap pandangan itu pun menjadi kabur dan gelap.
"Lu sih!" tuding Bastian ke Aldi.
"Liat bego bukan main salah-salahan,"ujar Iqbaal.
Merekapun berlari kerah lorong tersebut, mereka kaget bukan main ternyata bola itu terkena seorang perempuan yang sudah pasti Iqbaal kenali.
"Bangsat! kena sepupu gua anjir!" ucap Iqbaal menahan diri agar tidak menonjok rahang Aldi dan juga Bastian.
"Buruan bawa ke UKS!" perintah Bastian.
Iqbaalpun mengangkat tubuh Salsha dengan sedikit berlari ke arah UKS, dirinya kalut benar-benar panik ketika tahu bahwa Salsha yang terkena bola oleh kedua temannya itu.
***
Setelah sampai Iqbaal meletakan Salsha di brankar yang tersedia di uks tesebut dan meminta anak PMR yang sedang berjaga untuk mengobati pelipis Salsha yang membiru.
"Tolong obatin ya," pinta Iqbaal ke salah satu anak PMR tesebut.
"Baik ka," ujar anak PMR itu.
"Lo berdua ikut gua!" Iqbaal menatap wajah Bastian dan juga Aldi bergantian dan melengos pergi keluar ruangan UKS.
"Kalo sampai ada apa-apa sama sepupu gua, jangan salahin gua ngehajar kalian sampe bonyok!" ujar Iqbaal penuh emosi. "Gak mandang temen gue, kalo keluarga gua kenapa-kenapa karna ulah kalian yang selebor kaya gini," ujarnya lagi lalu meninggalkan Aldi dan Bastian yang masih diam tak bergeming di depan pintu UKS.
"Gila baru kali ini gua liat Iqbaal marah," gumam Bastian yang masih bisa di dengan Aldi.
"Gua mah udah sering ngeliat dia kaya gitu jadi biasa aja," ujar Aldi.
"Kalo dia kenapa-kenapa gimana Ald?" Tanya Bastian panik. "Kalo dia geger otak gimana? Kalo dia anemia gimana?" Ujarnya lagi.
"Amnesia blooon," ujar Aldi mengoreksi ucapan Bastian.
"Lo doanya gak baik banget si Bas, doain yang baik-baik bukan ngomong gitu!" kesal Aldi lalu pergi dari sisi Bastian.
"Gua heran kenapa dia gak panik ya padahal kan salah dia juga," gumam Bastian.
"Emang dasarnya manusia es ya es aja lo Ald, hati lo gak bakalan bisa peduli dengan siapapun."
"Mau orang itu mati di tangan lo juga lo bakalan bodoamatan Ald."
Bastian masih saja mengeluarkan celotehan buruk kepada Aldi yang hanya meninggalkannya sendiri di depan ruang UKS.
"Bunuh temen sendiri dosa gak sih gue?" gumam Bastian sudah kepalang sebal dengan Aldi.
"Kalo gak ada dosa udah gua bunuh temen macem dia."
"Lo gak haus apa ngoceh mulu?" ujar Aldi tiba-tiba datang dengan membawa dua botol mineral di tangannya.
"Nih," ujar Aldi melempar satu botol air mineral ke arah Bastian. "Gua bukannya ninggalin lo di depan UKS sendirian gua cuman haus tenggorokan gua kering makannya gua pergi ninggalin lo ke kantin," jelas Aldi.
"Gua kira lo ga kpunya hati Ald, main ninggalin anak orang gitu aja," ujar Bastian merasa bersalah.
"Ya kali gue gak punya hati. Biarpun gue keliatan cuek di luar tapi gue masih punya hati lah Bas," ujar Aldi yang membuat Bastian melongo. Karna tumben-tumbenan Aldi berbicara panjang lebar seperti ini.
"Muka lo gak usah kaya begitu Bas," ujar Aldi saat melihat wajah cengo Bastian. "Lo udah jelek nambah jelek lo," ujarnya lagi.
"Bangsat!" kesal Bastian. "Masih sempet ya lo ngehina gua di keadaan genting gini."
"Kalian kenapa sih ribut terus!" ujar Iqbaal menegur kedua temannya itu.
"Gimana sepupu lu itu Baal?" tanya Aldi dengan wajar datarnya.
Sebenarnya Aldi khawatir dengan keadaan perempuan yang berada di dalam ruang UKS, namun gengsinya terlalu tinggi hanya untuk sekedar memperlihatkan wajah ke khawatirannya.
"Gapapa dia udah sadar ko, dia cuman kaget aja makannya pingsan," jelas Iqbaal.
"Maafin gua ya tadi udah marah-marah sama kalian berdua," ujar Iqbaal menyesali ucapannya tadi.
"Gapapa Baal kita paham kok," ujar Bastian
"Kalo gue di keadaan yang sama pasti gue juga kaya gitu," ujar Aldi menepuk pundak Iqbaal.