Hallo..
Teruntuk segala lara yang sempatmenyelimuti hati. teruntuk beban yang sedang di pikul. Dan teruntuk pilu yang sedang di rasakan, mari berpelukan dengan diri sendiri.
Percayalah setiap tubuhmu merasakan lelah, letih karna aktivitas hari ini dirimupun perlu mendapatkan apresiasi dari dirimu sendiri. Entah pelukan dari seseorang atau Bahakan dari dirimu sendiri.
Buat kalian yang sedang merasakan sedih gapapa nangis aja, tapi setelah itu udah ya masih banyak yang sayang kalian yang ngertiin kalian.
Dan untuk kalian yang sedang patah hati, yuk pulihkan dengan cara menyenangi diri kalian sediri dulu yuk, baru menyayangi orang lain. Memang berharap tak sesuai ekspetasi itu sakit. Tapi coba yuk bangkit. Masih banyak hal yang menunggu kita.
Siap mengisi kolom komentarnya?
Selamat membaca
"Tak menyangka pada akhirnya kini aku merasakan hangatnya di dalam peluk mu." —SalshabilaKay.
Aldi dan Salsha sudah berada di dalam rumah, seperti yang Aldi bilang, bahwa Aldi akan meninta izin dengan Bundanya Salsha.
"Bund," panggil Salsha.
Helen menoleh. "Loh kamu gak jadi pergi sayang?"
"Jadi, Bund. Cuman ada yang mau ketemu Bunda dulu tuh," ujar Salsha sambil menujuk Aldi dengan dagunya.
"Siapa?" Ujar Helen ketika sudah di belakang tubuh Aldi.
"Aldi, tante," ujar Aldi sambil mencium tangan Helen.
"Oh ini yang mau ngajak anak saya jalan?" Tanya Helen.
"Iya tante, apa boleh saya bawa anaknya keluar untuk jalan-jalan?"
Helen tersenyum senang, lalu menganggukkan kepalanya. "Iya, boleh. Tapi jangan pulang malem-malem ya," ujar Helen.
"Iya tante, tenang aja," ujar Aldi.
Helen tersenyum lagi, karna baru kali ini anak gadisnya keluar dengan laki-laki selain Iqbaal yang notabennya sepupunya.
"Yaudah, tante saya sama Salsha pamit dulunya," ujar Aldi.
"Iya, hati-hati. Jagain ya anak tante," ujar Helen.
"Siap tante," ujar Aldi lagi lalu mencium punggung tangan Helen dan menggenggam tangan Salsha erat.
***
"Kita mau kemana?" Tanya Salsha.
"Kemana aja asal berdua bareng kamu," ujar Aldi ketika sudah berada di samping motornya.
Apa sih nih anak, kadang-kadang dingin, kadang-kadang anget. Udah kaya es teh di kasih es batu aja. Bawahnya anget atasnya dingin. Batin Salsha.
"Ayo naik," pinta Aldi.
Salshapun naik keatas motor Aldi dengan kedua tangan memegang pundak Aldi.
Buset nih motor ribet bener dah ah. Batin Salsha.
***
TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL.
Salsha sukses di buat melongo ketika melihat tulisan yang berada di atas, tak menyangka bahawa Aldi akan membawanya ke sini.
"Ald, kamu ngajak aku ke ancol?"
Aldi mengangguk di balik helem full facenya.
Setelah mengantri untuk membayar gerbang masuk akhirnya, mereka mencari tempat tujuan mereka yaitu Dunia Fantasi. Setelah ketemu Aldi memakirkan motornya.
Selagi menunggu Aldi memakirkan motornya, Salsha membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan tertiup angin padahal, ia sudah memakai helem.
"Ayok," ajak Aldi, sambil menautkan telapak tangannya dengan telapak tangan Salsha.
"Aku di bayarin kan?" Tanya Salsha.
"Gak, lo gue biarin aja di loket," ujar Aldi dingin.
"Dih, jahat," ujar Salsha cemberut.
Aaahh sunggu imut sekali jika sedang ngambek seperti itu. Batin Aldi.
"Lagian pake nanya, udah tahu gue yang ngajak jalan berarti gue yang bayarin lo," jelas Aldi.
"Padahal bercanda loh, gak usah. Aku udah ada anualpas jadi kamu aja yang beli tiketnya," ujar Salsha.
"Oh iya," ujarnya sambil mencari uang 25 ribuan di dalam tas ransel kecil. "Nih," ujar Salsha menyerahkan uang 25 ribuan kepada Aldi.
"Gak usah," tolak Aldi.
"Terima gak, kalo gak di terima gue pulang aja nih," ancam Salsha.
What?! Pulang? Mana bisa gue ngebiarin dia pulang sendirian, yang ada gue ngerasa bersalah ngebiarin dia pulang sendirian. Batin Aldi.
"Iya,iya! Oke gue terima uangnya," ujar Aldi memasukan asal kedalam katong celananya.
***
Mereka sudah di dalam Dunia Fantasi. Sungguh Salsha sangat senang, dan ini pertama kalinya jalan dengan laki-laki di cintainya setelah Ayahnya.
"Lo seneng banget gue ajak kesini," ujar Aldi.
"Seneng banget dong, bisanya kalo libur tuh suka ke sini sama Ayah. Tapi akhir-akhir ini Ayah sibuk jadi jarang kesini," jelas Salsha.
Aldi menganggukkan kepalanya. "Mau naik apa dulu?"
"Naik, Histeria dong," ujar Salsha.
"Emang berani?" Tanyan Aldi.
"Wah, meragukan saya anda Pak," ujar Salsha.
"Yaudah ayo, kita ke Histeria," ujar Aldi tanpa sadar menautkan telapak tangannua ketelapak tangan Salsha.
"Yah, ngantrinya panjang," eluh Salsha.
"Terus gak jadi gitu?"
"Jadi lah, enak aja gak jadi," ujar Salsha berdiri di sebelah Aldi, dengan pandangan terus saja kedepan.
Banyak lelaki yang terang-tetangan menatap Salsha. Aldi kesal, sebal. Dan melepaskan tautan tangannya beralih merangkul pinggang Salsha posesif.
Salsha terkejut dengan perlakuan Aldi, sungguh lelaki yang berada di sebelahnya ini sangat membingungkan bahkan tak bisa di tebak.
"Kenapa?"
"Gapapa, gak suka aja liat cowo-cowo pada merhatiin kamu," ujar Aldi di sertai senyumnya. Senyum yang hanya di dapatkan oleh Salsha, dan mungkin hanya berlaku untuk Salsha.
Salsha senang mendengar ucapan Aldi, hatinya menghangat seakan-akan ia merasa di lindungi saat bersama laki-laki ini.
"Ya kan, cuman merhatiin aja bukan berarti dia suka sama aku," ujar Salsha.
"Tetep aja gue gak suka," ujar Aldi dingin.
"Tenang aja, hati aku cuman buat kamu kok," ujar Salsha memegang sebelah pipi Aldi sambil mengelusnya lembut.
Satu kata yang menggambarkan perasaan Aldi adalah nyaman.
****
Setelah naik Histeria mereka mencari wahana lainnya, intinya apa yang Salsha mau akan Aldi turuti.
"Mau naik apa lagi?"
"Naik, istana boneka," ujar Salsha setelah keluar dari arena Histeria.
"Siap laksanakan," ujar Aldi.
"Ald."
"Hm."
"Mu—muka kamu kenapa?" Tanya Salsha sambil meneliti wajah Aldi.
"Oh ini, biasalah kan cowok," ujar Aldi.
"Ish, serius ini kenapa? Kalo gak jawab kita pulang aja," ujar Salsha.
Aldi menghembuskan nafasnya, lalu menggenggam erat kedua tangan salsha, "Salah paham aja," ujar Aldi.
"Bohong, pasti kamu tawuran lagi kan?"
Aldi diam. Ah kenapa gadis di hadapannya ini susah sekali untuk percaya dengan apa yang ia ucapkan.
"Jangan tawuran lagi Ald, yang bahaya bukan diri kamu aja tapi anak buah kamu, anak-anak yang kamu pimpin," ujar Salsha berhenti di pinggir jalan.
"Aku gak mau kamu kenapa-kenapa, aku takut, aku cemas, aku khawatir pas tau Kiki di serang," ujar Salsha.
"Gue gak bakalan kenapa-kenapa Sal," ujar Aldi.
"Lo kira lo kucing yang punya nyawa banyak?! Sampe lo bilang lo gapapa?" Ujar Salsha emosi.
Aldi tak tahan melihat Salsha yang terus-terusan khawatir padanya dengan gerakan cepat Aldi membawa Salsha kepelukannya, tak perduli jika banyak pasang mata yang melihatnya.
"Gue gapapa, buktinya gue di hadapan lo sekarang," ujar Aldi lalu meletakan dagunya di atas kepala Salsha.
"Jangan tawuran lagi Ald," pinta Salsha.
Aldi hanya diam. Persedetik kemudian ia melepaskan pelukannya.
"Jadi ke istana boneka gak? Apa maun makan dulu?"
"Makan dulu aja deh laper," ucap Salsha di sertai cengirannya.
Aldi mengacak rambut Salsha gemas lalu merengkul pundaknya, "Ada aja kelakuannya," ujar Aldi.
"Biarin, biar beda sama cewe lain," ujar Salsha sambil memegang tangan Aldi yang berada di pundaknya dengan tangan kirinya.
"Iya deh, terus gini ya kalo sama gue, jangan ke orang lain," ujar Aldi tanpa Sadar.
"Hah, apaan Ald?"
Aldi menggelengkan kepalanya, dan melepaskan tangannya dari bahu Salsha, "Lo tunggu sini dulu, biar gue yang beli makananya," ujar Aldi.
"Eh Ald," panggil Aldi.
Aldi menautkan kedua alisnya, pertanda ada apa?.
"Nih uangnya," ujar Salsha menyerahkan selembar uang limapuluh ribuan.
Aldi menggeleng, "Gak usah."
"Kalo gak ma—" ucapan Salsha terhenti ketika Aldi sudah mengambil selembar uang tersebut, dan masuk kedalam McD.
Salsha hanya tersenyum melihat itu. Jelas sekali terlihat bahwa Aldi yang bersamanya hari ini bukalah Aldi yang sering ia perhatikan di sekolah. Apakah mungkin Aldi mempunya sifat ganda?.