"Permisi, Tuan. Sudah waktunya makan malam."
Rin berdiri di depan pintu kamar, mengetuk pintu pelan, tapi setelah beberapa saat menunggu tidak ada balasan dari dalam kamar. Rin memiringkan kepalanya heran.
(Hmm? Apa mereka tertidur?)
Dia mencoba mengetuk sekali lagi, kali ini sedikit lebih keras. Tetap tidak ada respons yang dia terima setelah menunggu cukup lama. Jika sudah seperti itu, tebakannya sepertinya tepat.
Rin berniat masuk ke kamar untuk memeriksa keadaan, lagi pula dia perlu memberitahu bahwa sudah waktunya makan malam. Jika mereka masih bangun dia cukup meminta maaf karena memaksa masuk tanpa izin.
Rin memutar kenop pintu dan membukanya.
Ketika dia masuk, dia mendapatkan Edwin sedang tertidur. Begitu juga Cheryl yang sebagian tubuh atasnya bersandar ke sisi tempat tidur sedangkan bagian bawahnya terkulai di lantai.
Wajah Edwin terlihat bahwa dia tidur dengan lelap, sementara Cheryl tampak kelelahan dan ada kerutan di sepanjang garis matanya seakan dia baru berhenti menangis sebelum tertidur.
"Sepertinya aku akan mengganggu jika membangunkan mereka. Melihat pemandangan ini membuatku tenang. Meskipun ini kesempatan langka untuk berduaan dengan Tuan, tapi biarkan adiknya saja yang merawatnya untuk kali ini."
Rin tersenyum ringan melihat pemandangan di depannya. Dia tidak bisa memaksa dirinya untuk terus terlibat dalam hubungan persaudaraan mereka, jadi kali ini dia terpaksa menyerah pada kesempatan untuk lebih dekat dengan tuannya.
Rin menarik selimut dari kantung belanjaan yang sebelumnya dia tinggalkan di bawah tempat tidur Edwin ketika dia pertama kali datang tadi siang. Dia membeli beberapa belanjaan termasuk dua selimut yang rencananya salah satunya ingin dia gunakan untuk dirinya sendiri karena dia berencana menginap hari ini.
Tapi Rin bermaksud untuk untuk pulang saja, masih ada beberapa hal yang perlu diselesaikan, terutama tentang pekerjaan Komite Akademi dan perihal pemilihan perwakilan kelas yang sempat dia tinggalkan. Lagi pula sudah ada adiknya, seseorang yang bisa dia percaya untuk merawat tuannya.
Rin memakaikan selimut yang tersisa pada Cheryl, merentangkan dan menaruh selimut itu di tubuhnya dengan selembut mungkin agar tidak membangunkannya. Dia khawatir kalau Cheryl tetap tidur seperti itu selanjutnya dialah yang akan terkena demam.
"Aku akan pulang lalu menanyakan Nabil tentang hasil pertemuan tadi siang."
Rin berbalik dan keluar dari kamar tidur Edwin, menutup pintu tanpa menimbulkan suara.
Sebelum pulang Rin membungkus makanan dan menaruhnya di lemari pendingin. Tetapi sup dia biarkan tetap di atas kompor.
Dia tidak lupa mengganti seragam pelayannya dengan seragam akademinya, menurutnya akan tidak tepat berjalan di luar dengan seragam pelayan tersebut.
Dia menulis memo yang isinya meminta izin untuk pulang dan permohonan maaf bahwa dia melakukannya tanpa persetujuan tuannya, lalu dilanjutkan dengan memberitahu bahwa dia memasak beberapa menu untuk makan malam dan menyebutkan masakan serta tempat makanan itu disimpan. Dia juga mengingatkan jika masakannya dingin maka perlu untuk dihangatkan.
Untuk bagian terakhir, Rin sudah bisa menebak reaksi tuannya yang menghela napas, dan dia pasti berakhir dengan memakan masakan yang sudah dingin dengan tidak peduli. Tapi Rin tidak merasa khawatir karena Cheryl pasti akan melakukan sesuatu untuk menghangatkannya.
Rin menempelkan memo di meja makan, merapikan dapur dan mencuci peralatan memasak yang dia gunakan.
Setelah kegiatan bersih-bersihnya selesai, dia mengambil tasnya dan berjalan keluar dari apartemen.
Ketika sampai di pintu depan, dia menukar alas kakinya dengan sepatunya. Sedikit berat untuk meninggalkan apartemen ini, tapi dia membesarkan hatinya dan mempercayai masih ada kesempatan selanjutnya.
"Selamat malam, Edwin."
Rin berada di bagian luar apartemen, dia menghadap pintu dan berbisik lembut dengan suara yang menggoda, sehingga jika itu dilakukan langsung ke telinga seseorang dipastikan akan menimbulkan kesalahpahaman.
Rin memegangi kedua pipinya yang memerah, bibirnya tersenyum tidak bisa menahan perasaan bahagianya. Ekspresinya seolah menunjukkan bahwa akhirnya dia berani mengatakannya.
Selama ini Rin cukup takut menyebut langsung nama tuannya, entah bagaimana dia merasa bahwa itu tidak benar dengan memanggil nama tuannya tanpa honorifik yang menyertainya.
Perasaan Rin bisa digambarkan sebagai keberhasilan dirinya melangkah maju untuk pertama kalinya. Tapi jika dilihat dengan baik maka tindakannya tidak jauh berbeda dengan seorang gadis polos yang melingkari kata jorok yang dia temukan di kamus ketika kelas tengah berlangsung dan menganggap itu sebagai keberanian untuk menapaki satu anak tangga menuju kedewasaan.
Rin berjalan menjauh dari apartemen. Matanya berkeliling area sekitar, kemudian dia menggelengkan kepala.
Di luar sudah sangat gelap, dan lampu-lampu rumah telah dinyalakan.
Rin melangkah di jalan daerah perumahan menuju Distrik Perbelanjaan. Dia telah berpindah cukup jauh dari apartemen.
Suasana jalan menuju Distrik Perbelanjaan tidak sepi seperti biasanya, Rin beberapa kali berpapasan dengan orang lain yang berjalan ke arah berlawanan darinya.
Di setiap langkahnya, Rin menyesap udara malam yang hangat. Dia sungguh menikmati suasana malam ini.
Meski tidak terlukis di wajahnya, tapi saat ini Rin merasa sangat gembira.
Karena itulah suasana bahagianya hampir terganggu begitu dia menyadari kehadiran orang-orang yang tidak diharapkan di sekitar tempat itu.
Dia menyadari keberadaan orang-orang yang mencurigakan setelah keluar dari apartemen. Kira-kira, sedikitnya jumlah mereka adalah lima orang, dan dia yakin kalau orang-orang yang mencoba bersembunyi itu adalah para pelayan Keluarga Walters.
Rin menggunakan chi dan memfokuskan pada pandangannya agar dia bisa melihat kejauhan di mana orang-orang tersebut berada.
Sebuah kilatan samar yang transparan seperti sebuah lensa terbentuk di depan bola matanya, itu berkibar seperti nyala api yang tertiup angin, begitulah gambaran auranya saat Rin menggunakan chi-nya yang sudah terlatih dengan baik.
Dengan menggunakan chi untuk mempertajam penglihatan, seseorang tidak lagi membutuhkan teleskop maupun night vision goggles, karena hanya dengan memfokuskan aura pada penglihatannya maka orang itu dapat melihat pada jarak yang jauh, bahkan bisa melihat dengan jelas di kegelapan malam.
Rin mendeteksi seseorang berdiri di atap sebuah bangunan tiga lantai yang berjarak dua ratus meter di sisi kanannya.
Dua orang lagi bersembunyi di pepohonan di taman perumahan dekat area bermain anak-anak yang sebentar lagi dia lewati.
Satu orang lain menyamarkan dirinya menjadi pembeli di kedai oden yang sempat Rin lewati.
Cukup mudah mengetahui identitas mereka karena pakaian yang mereka kenakan sama, sebuah jaket dengan bros yang ditempelkan di bawah pundak jaket mereka.
Bros tersebut digambar dengan lambang House of Walters, sebuah lingkaran hitam dengan ukiran gambar serigala di tengahnya dan sebagian sisi luarnya berwarna putih yang membentuk bulan sabit.
Karena itu Rin bisa tahu kalau satu atau dua orang dari beberapa orang yang sebelumnya berpapasan dengannya di jalan dekat apartemen tuannya juga termasuk bagian dari para pengawal Keluarga Walters.
"Aku tidak menyangka kalau Putri Keluarga Walters dilindungi oleh para pengawal yang terlalu protektif. Tidak bisakah mereka memberikan kelonggaran kepadanya, padahal dia hanya melakukan kunjungan ke apartemen kakaknya. Kasihan sekali Cheryl!" Bisik Rin.
Rin mendesah lelah begitu dia mengerti situasi di sekitarnya.
Bukan berarti mereka terlihat seperti ancaman baginya, sebab orang-orang itu hanya bertugas mengawasi keselamatan 'Tuan Putri' mereka.
Dia hanya merasa kasihan pada Cheryl yang tidak tahu bahwa dirinya selalu diawasi oleh keluarganya sendiri.
Bahkan Rin juga berpikir, ada kemungkinan dua burung gagak yang terlihat hinggap di kabel listrik di jalan masuk apartemen tuannya merupakan perbuatan para pelayan Keluarga Walters.
Keluarga Walters serta keluarga bangsawan cabang yang berada dalam faksinya kebanyakan adalah hellser tipe
Sebenarnya wajar jika pengawal Keluarga Walters mulai khawatir karena Putri mereka belum kembali ke rumah, Cheryl juga tidak memberi kabar kepada ibunya sejak tadi siang.
Mungkin sebentar lagi Cheryl akan bangun dan memberikan kabar kepada ibunya bahwa dia akan menginap di apartemen kakaknya. Dengan begitu, kekhawatiran Keluarga Walters mungkin akan menjadi lebih tenang.
Rin mengangkat bahu lemah, dan berjalan tanpa memedulikan sekitarnya. Bukan urusannya untuk ikut campur masalah Keluarga Walters meski dia bisa saja mengabari ibu Cheryl dan menjelaskan segala hal yang terjadi.
Rin tidak ingin membuat gerakan mencurigakan yang membuat para pengawal yang bersembunyi di sekitar area tersebut bergerak menyerangnya. Selama Rin tidak melakukan sesuatu yang mencurigakan, mereka tidak akan bertindak.
"Tapi sebagai pengawal Putri dari Great Noble, seharusnya mereka bisa menyamarkan dirinya dengan lebih baik. Sungguh mengecewakan kalau mereka bahkan tidak bisa menyembunyikan aura kehadiran mereka."
Rin berpikir bahwa para pengawal Keluarga Walters tidak sesuai dengan ekspektasinya selama ini.
Lain kali ketika dia bertemu Kepala Keluarga Walters, dia akan memberi saran kepadanya untuk melatih para pengawalnya atau mengganti mereka dengan mempekerjakan orang yang lebih baik. Karena jika mereka semua menyerangnya saat ini, Rin takut bahwa dia tidak bisa menahan diri dari membunuh mereka.
Rin menyeringai dengan wajah yang meleleh, tersenyum dengan cara yang nakal. "Ah, tidak boleh, tidak boleh. Masih ada orang yang lebih pantas untuk dibunuh."
Dia mencoba menahan hasrat di dalam hatinya, yang hampir mengeluarkan sisi dirinya yang lain.
Rin tidak ingin menimbulkan masalah di sekitar kediaman tuannya, jadi dia menahan diri dengan tidak mencoba sesuatu yang menarik minatnya untuk saat ini. Itu pun selama orang-orang itu tidak melakukan sesuatu yang bisa mengganggu tuannya yang sedang dalam masa penyembuhan.
***