Chereads / Difraksi Fragmen / Chapter 28 - Sebagai Remaja Bebaskan Insting Liarmu

Chapter 28 - Sebagai Remaja Bebaskan Insting Liarmu

"Ada apa ini? Aku dengar kalian membicarakan [Student Leaderboard]. Itu berarti kalian juga sudah mendengar isu kalau #1 tidak akan mengikuti ujian dan event musim panas?"

Edwin, Julian dan Glen tidak memperhatikan tetapi dua orang teman sekelas mereka ikut mendengarkan, dan tiba-tiba salah seorang mencoba menyisipkan dirinya dalam percakapan.

"Ya, aku juga dengar. Kabarnya keberadaannya tidak diketahui, para guru di sekolahnya tidak bisa menghubunginya," tambah salah seorang lain.

Edwin menoleh ke arah dua orang teman sekelasnya yang mendekat. Dua laki-laki itu memiliki wajah khas Benua Selatan Anderwelt; kulit kuning, bentuk kepala yang lebar serta tinggi badan sedang. Ciri yang berbeda dari orang Benua Utara di mana Wilayah Torch berada.

(Mereka dari luar negara, ya?)

Edwin menebak seperti itu, Pribumi tidak akan berani bergabung dalam percakapan jika mereka tahu ada Julian di dalam kelompok yang akan mereka masuki.

Meski status sosial siswa tidak dipermasalahkan di Akademi Einerst, tapi tanggapan dari luar lingkungan akademi adalah hal yang berbeda.

Pribumi takut diri mereka dianggap lancang jika memaksa bergabung dalam percakapan dengan anggota keluarga Great Noble.

Ada jarak dalam hubungan sosial antara Pribumi yang tidak memiliki status bangsawan dengan anggota Great Noble House.

Pribumi biasanya akan lebih berusaha menjaga sikap mereka karena tindakan mereka akan menentukan konsekuensi yang bisa mereka terima dari masyarakat.

Untuk itu, biasanya orang yang berani bergabung dalam kelompok yang sedang mengobrol dan isinya adalah salah satu keturunan Great Noble, orang seperti itu hanya orang-orang dari luar negara yang tidak peduli dengan sanksi perundungan sosial yang dilakukan Pribumi Wilayah Torch.

Dua orang yang baru bergabung bisa merasakan Edwin, Julian dan Glen menatap bingung dengan keterlibatan mereka. Dua orang itu mengerti suasana canggung yang mendadak menyelinap ketika mereka bergabung dengan kelompok tiga orang itu.

"Ahaha maaf kami tiba-tiba ingin bergabung karena kedengarannya menarik. Aku Adrian Howard, Putra Duke Howard dari Kekaisaran Kalteria. Panggil aku Adrian, oke? Senang berkenalan dengan kalian."

"Kalau aku David, kalian bisa memanggil David atau Dave tidak masalah. Aku berasal dari Mitteria jadi aku bukan salah seorang keturunan bangsawan. Tapi aku akan senang jika kita bisa akrab."

Edwin paham apa yang coba disampaikannya. Mitteria adalah wilayah netral yang areanya tepat berada di tengah peta dunia. Mitteria ditetapkan sebagai simbol perdamaian dunia sehingga wilayahnya dibiarkan tanpa sistem pemerintahan seperti seharusnya. Seorang Pemimpin Wilayah dipilih lima tahun sekali dalam Kongres Internasional yang tugasnya untuk menjaga stabilitas dan keamanan wilayah netral tersebut.

"Aku tidak keberatan, Adrian, Dave. Kalian sangat disambut. Aku Julian Daffa Wimsey, panggil Julian saja. Aku sudah lama ingin berbicara dengan kalian tapi tidak bisa mendapat kesempatan."

"Tidak mungkin kami tidak tahu tentang si #7. Senang akhirnya bisa berbicara denganmu. Biasanya sangat sulit mencari celah untuk berbicara dengan Julian karena selalu ada gadis-gadis di sekitarmu yang menghalangi."

"Benar-benar. Kau selalu dikelilingi gadis-gadis manis, betapa irinya."

Mereka berdua terkekeh, dengan santai melemparkan gurauan pada Julian.

Edwin kagum pada suasana canggung yang seketika mencair hanya karena diberi sedikit kata-kata kosong.

Sikap supel Julian membuat Glen mencatat banyak hal darinya yang ingin dia tiru.

Julian tersenyum masam. "Aku tidak bisa membantah meski sebenarnya aku lebih suka sesekali menghabiskan waktu dengan teman lelaki."

"Maka kau bisa datang padaku kapanpun kau butuh rekan bicara, lagi pula kita sudah berteman sekarang."

"Tolong jangan hiraukan Dave. Dia hanya ingin memamerkan kalau dia berteman dengan Putra dari Great Noble. Kau bisa datang kepadaku juga, aku selalu menyambutmu."

(Wow, semudah itu mereka berteman. Seperti yang diharapkan dari pria tampan sialan, pesonanya sampai bisa meluluhkan laki-laki.)

Tidak seperti Julian yang bersinar, lelaki berwajah suram itu mengejek dengan hatinya yang bengkok.

"Tidak masalah bukan." David mendengus pada kata-kata Adrian. Dia mengalihkan pandangan dan sedikit bereaksi melihat keberadaan Edwin, menyadari dia adalah teman sekelasnya yang ketika lusa kemarin tiba-tiba muncul di belakang kelas. "Lalu jika boleh, kalian berdua bisa menyebutkan nama kalian?"

"Oh, aku Glen. Senang berkenalan dengan kalian." Mereka menunggu Edwin memperkenalkan diri, tapi dia dengan sengaja tetap diam. "Orang ini Edwin, tolong jangan pedulikan penampilannya, dia orang baik," lanjut Glen, menggantikan Edwin memperkenalkan diri.

"Apa maksudnya itu Glen?" Bisik Edwin, sorot matanya menunjukkan kemarahan. Dia terlihat terganggu dengan kebisingan yang diciptakan oleh teman sekelasnya.

"Kau orang yang ikut pemilihan perwakilan kelas itu kan? Aku tidak menyangka kau berani melakukannya, apalagi melawan Aila. Yah, tapi aku mendoakanmu semoga beruntung."

Sebagai bangsawan dari negara lain, Adrian memahami kapasitas Keluarga Witchell sebagai bangsawan.

Urusan politik tidak bisa dibawa ke dalam akademi, tapi anak-anak dari bangsawan yang tergabung dalam Faksi Witchell tidak bisa tinggal diam dengan pemilihan perwakilan kelas. Pemilihan perwakilan kelas hanya acara kecil, namun jika mereka melihat Aila tertarik menjadi perwakilan kelas, Faksi Witchell juga akan membuat gerakan untuk memenangkan Aila apapun caranya.

Tidak hanya Faksi Witchell yang kemungkinan bertindak, Aila juga punya kelompok pendukung sendiri yang pasti akan melakukan pergerakan untuk memenangkan Aila dalam pemilihan perwakilan kelas. Kelompok itu lebih pantas untuk disebut perkumpulan fans club yang anggotanya adalah siswa yang mengagumi Aila. Tentu saja Aila tidak mengetahui bahwa tanpa sepengetahuannya, dirinya dijadikan bahan pemujaan layaknya dewi oleh banyak siswa di Kawasan Pelajar.

"Aku juga kagum kau mau melakukannya padahal menjadi perwakilan kelas tidak meningkatkan peringkatmu di [Student Leaderboard]. Aku dengar perwakilan kelas bekerja tanpa diberi penghasilan ataupun nilai. Jelas sekali siswa lain di kelas tidak menginginkan posisi itu. Aku melihat Aila juga berusaha menolak walau akhirnya dia menerimanya."

David menambahkan argumennya tentang cara siswa memandang posisi perwakilan kelas.

Di Kawasan Pelajar di mana seluruh siswa berkompetisi meningkatkan peringkat mereka dalam [Student Leaderboard], aneh baginya ada siswa yang memilih membuang waktunya untuk sesuatu yang tidak akan membantu menaikkan peringkatnya.

"Tapi menjadi perwakilan kelas tidak seburuk itu. Mendapat kesan baik dari guru adalah salah satu manfaat menjadi perwakilan kelas. Aku rasa Edwin mungkin mengincar itu."

Julian mencoba melihat keuntungan menjadi perwakilan kelas dari sisi lain, meskipun kata-katanya tetap kosong karena dia sendiri tidak berminat menjadi perwakilan kelas.

"Ternyata kau rajin sekali. Begitu ya. Aku tidak berpikir sampai ke sana. Kalau begitu aku juga mendoakanmu agar berhasil. Aku akan memilihmu untuk sedikit menambah suara."

David tampaknya sudah yakin kalau Edwin akan kalah.

"Jadi apa yang kalian bicarakan tadi?" David bertanya dengan tatapan polos meminta penjelasan.

"Aku hanya bertanya pada Edwin tentang posisinya di [Student Leaderboard]. Komite Akademi memintaku mengawal pemilihan perwakilan kelas, jadi aku mewawancarai masing-masing kandidatnya."

"Seperti yang diharapkan dari Julian, sampai bisa dipercaya menerima tugas langsung dari Ratu Einerst. Aku juga penasaran dengan peringkatnya, boleh aku tahu?"

Edwin mengerti dia membicarakan tentang Rin. Dia tidak menyangka bahwa Rin cukup terkenal. Tapi mereka ingin tahu peringkat dirinya, sebenarnya tidak masalah, tapi Edwin hanya malas meladeni pertanyaan mereka satu-persatu.

"Benar. Aku juga ingin tahu. Dia memiliki bakat untuk menyembunyikan aura kehadirannya jadi aku menebak kalau dia cukup mahir menggunakan kekuatannya. Jika boleh aku juga ingin tahu bagaimana caranya menyembunyikan aura kehadiran sampai begitu sempurna."

Edwin menghela napas. Dia ingin tidur, untuk itu dia mengabaikan orang-orang ini, tapi mereka tidak mengerti kalau keberadaan mereka mengganggunya.

"Aku tidak keberatan mengatakan peringkatku, aku berada di sekitar 500. Tapi kalau kau ingin tahu tentang aura kehadiranku, aku juga tidak ada masalah menjelaskannya, tapi sayangnya aku tidak tahu kenapa aura kehadiranku bisa seperti ini."

Edwin terpaksa menjawabnya setelah ditatap ketiga orang itu. Namun tidak ada alasan memberitahu mereka tentang kekuatannya, jadi dia berbohong tentang kemampuannya yang dapat memanipulasi aura kehadiran.

Dua orang itu tampak kecewa pada penjelasan Edwin, terutama David. Alasannya mungkin karena peringkat Edwin hanya berada pada tingkat yang biasa saja.

"Jadi itu sudah dari awal, ya? Tapi, bukankah itu hebat! Kalau aku jadi kau, aku sudah menggunakannya untuk kepentinganku. Bayangkan, aku tidak akan ketahuan jika aku bersembunyi di toilet wanita. Bukankah itu mengagumkan! Sialan tidak bisakah kau mentransfer kekuatan itu kepadaku? Betapa sayangnya jika tidak dimanfaatkan dengan benar."

David antusias sendiri dengan impian kecilnya, membayangkan dia berada di posisi Edwin dan melakukan berbagai macam hal yang menurutnya akan menyenangkan.

"Tolong maafkan dia, terkadang otaknya bisa sedikit rusak." Adrian tersenyum pahit.

"Tidak apa-apa. Aku juga tidak pernah berpikir melakukannya."

"Eh, padahal kau bisa tapi kau tidak ingin melakukannya, apa kau bodoh!?" David meneriakan kekecewaannya.

"Hah?" Edwin memasang wajah yang tidak mengerti maksudnya dengan memanggilnya bodoh.

"Ugh, mungkinkah kau tipe lelaki terhormat yang lebih suka hubungan sehat? Ayolah, kita ini remaja jadi bebaskan insting liarmu dan nikmati saja masa muda."

"Dia bukan manusia berjiwa busuk sepertimu kawan, jadi jangan hasut dia," ujar Adrian sambil menyikut lemah remaja liar di sebelahnya.

"Aku hanya tidak tertarik menjalin hubungan dengan orang lain," jelas Edwin.

"Kau tidak tertarik? Apa kau−"

Edwin memberinya tatapan tajam, berpikir salah paham ada batasnya. Dia menghela napas, terpaksa menjelaskan dirinya.

"Tolong hentikan pemikiran itu. Aku remaja normal. Sudah pasti aku memiliki hasrat seksual terhadap lawan jenis. Tapi bukan berarti aku ingin menjalin hubungan dengan mereka. Apa kau tidak berpikir menjalin hubungan romantis dengan orang lain adalah hal yang merepotkan? Kau harus selalu memiliki waktu untuknya, hari liburmu dipakai untuk menemaninya, dan di malam hari kau tidak diperbolehkan tidur sampai dia tidur lebih dulu. Aku tidak ingin hidupku dipenuhi sesuatu yang melelahkan seperti itu."

"Bukankah itu normal?"

"Kalau kau tidak bisa menikmati waktu luangmu maka itu tidak normal."

"Jadi intinya, yang ingin kau katakan adalah, kau ingin berhubungan seksual tapi tidak ingin ada kedekatan romantis, seperti itu? Brengsek, bukankan kau lebih rusak dari pada aku. Ahaha ...."

Dia mengartikan maksud Edwin dalam cara yang berbeda. Ternyata memang sia-sia penjelasannya.

***