Chereads / Difraksi Fragmen / Chapter 34 - Lelaki Tampan yang Licik

Chapter 34 - Lelaki Tampan yang Licik

Ketika Rin dan Nabil tengah berdiskusi, seorang tamu berkunjung ke ruang Komite Akademi menyebabkan mereka harus menunda membahas rencana untuk besok.

"Saya rasa itu Julian-sama."

Nabil menebak seseorang yang mengetuk pintu, tengah berdiri di luar ruang Komite Akademi menunggu izin masuk.

"Ya, aku berpendapat sama. Tidak ada orang yang memiliki aura kehadiran setenang Keluarga Wimsey."

Berbeda dengan aura kehadiran Keluarga Witchell yang begitu terasa, Keluarga Wimsey memiliki aura kehadiran yang terkesan seperti aliran sungai yang tenang.

"Silakan masuk."

"Permisi."

Benar saja, yang muncul adalah lelaki cantik dengan rambut lemon. Dia menganggukkan kepala sebagai isyarat menyapa ketika pandangannya bertemu dengan sosok Rin.

"Aku sudah menunggumu, Julian-sama. Sebelum itu, mari kita pindah ke ruang resepsi untuk membicarakan laporannya."

Rin beranjak dan memimpin jalan ke ruang pertemuan yang letaknya di samping ruang kerja Komite Akademi. Julian membiarkan dirinya dibimbing masuk dan Nabil mengikuti setelahnya.

"Silakan duduk, Julian-sama."

Setelah memintanya duduk dengan keramahan, Rin segera duduk dengan mengambil posisi di seberangnya, sedangkan Nabil berdiri di sisi Rin.

"Terima kasih," jawabnya dengan senyum tipis.

"Sebelum mulai membahas tentang proses pemilihan perwakilan kelas, apa kamu ingin minum teh dulu, Julian-sama? Kami juga punya minuman lain jika kamu tidak cocok dengan teh."

"Terima kasih. Aku hargai tawarannya, tapi aku tidak bisa berlama-lama karena aku memiliki pertemuan setelah ini. Mungkin lain kali aku akan menerimanya."

"Sangat disayangkan, tapi apa boleh buat. Kalau begitu kami tidak bisa menahanmu lebih lama, kita langsung saja membahas kejadian di kelasmu hari ini." Rin mengerucutkan bibirnya, dia cuma melakukan basa-basi jadi tidak masalah jika Julian menolak tawarannya.

"Terima kasih atas pengertiannya." Julian tersenyum masam. "Aku sudah melakukan permintaanmu. Hari ini aku dibantu Glen dan teman sekelasku melakukan upaya kampanye demi mendapatkan suara untuk Edwin. Aku tidak bisa mengatakan dengan pasti bahwa dia akan memenangkan pemilihan nanti, tapi tanggapan balik dari teman sekelas kami hari ini sangat bagus. Jadi aku percaya kalau dia punya kesempatan untuk menang." Julian menjabarkan apa yang dilakukannya hari ini.

Rin meminta bantuannya secara pribadi untuk mendukung Edwin dalam pemilihan perwakilan kelas. Mereka berdua akan mendapatkan keuntungan masing-masing dengan kemenangan Edwin dalam pemilihan perwakilan kelas, jadi Julian tidak memiliki alasan untuk tidak menerima tawaran kerja sama dari Rin.

"Begitu, ya. Aku tampaknya tidak salah meminta bantuanmu, Julian-sama. Aku ucapkan terima kasih. Kamu bisa menganggap kalau aku berhutang satu hal padamu."

Rin menundukkan kepalanya dalam-dalam. Julian terkejut dengan itu, tapi dia tidak memperlihatkan ekspresi itu di wajahnya. Julian yakin kalau Rin tahu bahwa dia melakukan permintaannya karena memiliki tujuannya sendiri, meski begitu Rin tetap mengucapkan terima kasih padanya.

"Kamu menanggapinya terlalu berlebihan. Aku melakukannya karena keinginanku, jangan biarkan itu mengganggumu. Lagi pula aku mendapatkan keuntunganku sendiri, jadi tidak perlu merasa berhutang. Kita sama-sama diuntungkan dengan terpilihnya Edwin sebagai perwakilan kelas."

Wajah Julian sedikit bergerak, terlihat terganggu dengan ucapan terima kasihnya yang berlebihan.

Mata Rin menyipit dalam samar-samar. "... Baiklah, aku mengerti. Dalam kesempatan ini aku ingin menanyakan beberapa hal pada Julian-sama. Ini menyangkut Aila-sama, apakah dia juga melakukan tindakan yang serupa seperti meminta dukungan dalam pemilihan?"

Rin tidak mengetahui apa-apa tentang Aila, selagi ada Julian di depannya, dia ingin memanfaatkan kehadirannya untuk menanyakan pendapat Julian tentang Aila. Julian adalah keturunan Great Noble seperti Aila, jadi Rin berpikir kalau Julian pasti mengetahui beberapa hal tentang Aila.

"Hari ini tidak terlihat ada pergerakan seperti itu dari pihaknya. Berbicara tentang itu, aku merasa situasinya aneh karena Frosty Mist belum terlihat bertindak untuk membantu Aila."

"Soal itu, Julian-sama, kamu tidak perlu memikirkannya. Kami sudah melakukan beberapa tindakan pencegahan untuk membatasi gerakan mereka."

Julian tidak tahu kalau Rin sudah melakukan interaksi langsung dengan Frosty Mist, jadi dia sekarang tampak tercengang, alisnya terangkat dengan kerutan samar di wajahnya.

Frosty Mist memang faksi yang baru terbentuk tapi kekuatan mereka tidak seperti faksi kecil. Jika ada orang yang mampu menahan gerakan mereka sampai tidak bisa memberikan dukungan kepada Aila, sudah pasti Julian akan terkejut.

"Seperti yang diharapkan dari Ketua Komite Akademi. Jika kamu bisa melakukan sesuatu seperti itu, bukankah seharusnya kamu tidak perlu bantuanku untuk mendapatkan suara dari anak kelas kami?"

"Tentu saja tidak Julian-sama, aku tetap membutuhkan bantuanmu. Keadaanku cukup rumit, aku tidak bisa begitu saja mengatakan bahwa aku mendukung seseorang yang dalam pandangan umum tidak jelas apakah orang yang aku beri dukungan itu ada hubungannya denganku." Rin harus merahasiakan hubungannya dengan Edwin jadi dia tidak bisa menyampaikan dukungan untuknya secara langsung.

Julukan Queen of Einerst yang disematkan oleh para siswa padanya bukan tanpa sebab. Rin adalah sosok dengan reputasi paling tinggi di lingkungan Akademi Einerst. Dengan popularitas yang melebihi Julian, menarik simpati anak tahun pertama sangat mudah baginya. Melihat reputasi Rin di dalam akademi sudah jelas semua siswa akan mengikuti dan mendukung pilihannya. Tapi karena dia tidak bisa mengungkapkan hubungannya dengan Edwin, keadaannya jadi sedikit rumit.

"Karena Frosty Mist tidak bisa melakukan gerakan, jadi selanjutnya kamu ingin memfokuskan sasaranmu pada Aila?" Julian menerka tujuan Rin yang menanyakan informasi gadis itu.

"Tajam seperti biasanya, Julian-sama. Ya, seperti yang kamu pikirkan. Jika kita bisa menekan Aila-sama maka kemenangan kita sudah pasti akan terjamin, bukan begitu?"

"Aku setuju dengan pemikiranmu, tapi ...."

Julian tidak berada di posisi untuk bisa membantunya. Jika ada yang melihatnya melakukan konfrontasi langsung dengan Aila atau mereka menemukan dirinya sedang melakukan intimidasi padanya, sudah pasti hal itu akan menimbulkan rumor bahwa ada konflik antara Keluarga Wimsey dengan Keluarga Witchell. Masalah akan berkembang lebih besar yang akhirnya akan menyeret keluarganya. Bahkan saat ini dia sudah memasuki zona abu-abu karena mengambil sikap untuk mencegah berkembangnya Frosty Mist.

"Kamu tenang saja, aku tahu kalau kamu tidak di posisi untuk bisa memberikan bantuan. Aku akan melakukannya sendiri, jadi dalam hal ini aku tidak meminta bantuanmu. Sebagai rasa terima kasih setidaknya aku ingin memberitahumu hal itu."

"Em, ya, maaf soal itu," jawab Julian dengan senyum canggung. Tubuh Julian merosot dalam kelegaan.

"Kamu tidak harus minta maaf Julian-sama, tidak ada yang perlu dimaafkan. Tapi jika boleh jujur, sebenarnya kami sedang kekurangan informasi tentang Aila-sama. Aku sendiri tidak begitu mengenal anggota Keluarga Witchell. Jika kamu berkenan, bisakah kamu menceritakan sedikit kesanmu tentang Aila-sama?" Rin secara terbuka meminta kesediaannya.

"Aku baik-baik saja menceritakannya, hanya saja aku tidak begitu dekat dengannya. Kami cuma pernah berinteraksi beberapa kali selama acara yang diadakan para bangsawan, dan yang kami lakukan hanya menyapa secara formal. Aku khawatir takkan banyak membantu karena kesanku padanya kebanyakan diciptakan oleh persepsi pribadi," balasnya, mengambil sedikit waktu untuk memikirkannya.

"Aku bersedia mendengarnya meski itu hanya sebatas penilaianmu. Saat ini aku benar-benar tidak memiliki gambaran tentang Aila-sama. Aku dan Wakil Ketua Komite Akademi hanya tahu latar belakangnya secara umum, sehingga pendapat apa pun tentangnya sangat kami terima."

Rin terus mendorong topik itu kepada Julian. Karena dia sudah sejauh itu sampai tidak masalah mendengarkan penilaian pribadinya, Julian merasa tidak enak jika harus menolak.

"Aku mengerti. Aila – gadis itu ... Aku memiliki kesan bahwa dia terlihat seperti gadis biasa pada umumnya. Maksudku, dari pada seorang putri yang dibesarkan dalam keluarga bangsawan, dia lebih mirip seorang gadis yang hidup dalam keluarga biasa yang harmonis. Dia tampak polos, baik, juga mudah mempercayai orang lain. Menurutku itu bukan kepribadian dari gadis yang dibesarkan sebagai seorang bangsawan. Aila memberikan gambaran kalau dia bukan tipe yang peka terhadap sekitarnya. Meskipun tata kramanya sangat baik, tapi tindakannya canggung. Dia gadis yang ekspresif, perasaannya terlalu mudah dibaca karena itu terlihat di wajahnya. Seperti itulah pendapatku tentang gadis itu."

"Apa masih ada hal lain? Aku hanya merasa bahwa itu belum semuanya." Rin menatapnya dalam-dalam, mencoba menghisap keraguan Julian.

Julian menarik napas sejenak, menata pikirannya. "Aku pernah mendengar beberapa rumor buruk tentangnya. Aku tidak tahu penyebabnya, tapi beberapa bangsawan menyebut Putri Ketiga Aila sebagai Putri yang gagal dari Keluarga Witchell."

"Putri yang gagal?" Rin mengulangi kalimatnya. "Apa kamu tahu sesuatu tentang itu, Nabil?"

Alih-alih bertanya pada Julian, dia beralih pada Nabil yang sedang mendengarkan dengan linglung.

"Dengan segala hormat, Rin-sama. Saya pernah mendengar hal serupa dari beberapa bangsawan. Saya pikir rumor itu diciptakan oleh orang-orang yang iri dengan pencapaian Keluarga Witchell. Saya tidak punya niat menyembunyikannya dari Anda sebab saya merasa belum dapat mengonfirmasi kebenaran rumor tersebut."

Dengan ekspresi yang takut-takut Nabil menurunkan pandangannya.

"Tenang saja, aku tidak marah padamu Nabil. Aku pernah berpapasan dengan Aila-sama beberapa kali. Kalau aku mendengar rumor buruk tentangnya terlebih dahulu aku tidak akan mudah percaya sama sepertimu. Aku kira aku memiliki kesan yang serupa dengan Julian-sama tentang gadis itu. Berdasarkan tindakannya di akademi, dia memiliki reputasi yang baik. Jadi jika ada rumor buruk tentangnya, rasanya tidak masuk akal."

Tapi menurut Rin informasi yang baru saja dia dapatkan sangat berguna. Jika rumor tersebut mengarah pada titik lemah Aila, dia dapat menyerang gadis itu dari sana. Rin adalah tipikal manusia yang tidak mengenal belas kasihan. Jika dia dapat berguna untuk tuannya, dia akan melakukan apa saja bahkan sejauh menggorok lehernya sendiri jika itu yang diperintahkan.

"Aku ucapkan terima kasih atas kebaikanmu mau berbagi informasi tentang Aila-sama. Aku ingin menanyakan satu hal lagi, Julian-sama. Menurutmu, apa tujuh orang anggota bangsawan lain di kelasmu berada di pihak kita?"

"Aku tidak bisa mengatakan dengan pasti kalau tujuh orang itu akan mendukung, tapi sebagai orang yang akan mewarisi nama keluarga mereka selanjutnya aku rasa mereka tahu diri dengan posisi mereka saat ini. Termasuk aku sendiri, akan sulit menolak permintaan Keluarga Albern meskipun itu adalah permintaan yang bersifat pribadi." Julian tersenyum tipis, tampak sedikit tidak senang.

"Lega mendengarnya. Tolong awasi terus proses pemilihan perwakilan kelas, aku mengandalkanmu Julian-sama. Sebelum kita mengakhiri pertemuan kita, apakah kamu mempunyai sesuatu yang ingin ditanyakan?"

Rin membetulkan postur tubuhnya, bersiap-siap mengakhiri pembicaraan. Tapi Julian tidak terlihat ingin beranjak dari tempat itu.

"Sejujurnya ada. Beberapa hari yang lalu aku ikut terkejut ketika Edwin mendadak muncul, aku tidak menyangka kalau dia selama ini berada di ruangan yang sama denganku. Aku tertarik secara pribadi dengan anggota Keluarga Albern, jadi seharian ini aku mengamati Edwin di kelas, tindakannya sama persis seperti yang selama ini kudengar dari orang tuaku. Aku bisa melihat dia tidak memiliki ketertarikan pada semua hal di sekitarnya. Dari pembicaraan kami tadi pagi, aku menyimpulkan kalau dia juga tidak punya keinginan untuk menjadi perwakilan kelas. Aku mengerti bahwa dia yang mengajukan dirinya sendiri sebagai kandidat, tapi apa tidak masalah jika kamu membantunya sementara dia tidak menginginkannya?"

(Dia baru pertama kali melihat Tuan tapi sudah bisa menyimpulkan begitu banyak. Aku tahu kalau banyak orang mengatakan orang ini sebagai lelaki yang cerdas, tapi aku tidak menyangka kalau dia setajam ini.)

Rin mengoreksi kesannya pada Julian dari hasil percakapan dengannya sejauh ini.

"Aku sempat berpikir berkali-kali sebelum memutuskan untuk mendukungnya. Aku berpegangan pada kemungkinan bahwa dia mendapat perintah dari Lisa-sama untuk menjadi perwakilan kelas. Hubungan Tuan dengan kakaknya tidak terlalu baik, jadi aku berpendapat kalau Tuan mendapatkan perintah sepihak dari Lisa-sama walaupun dia sendiri tidak ingin menjadi perwakilan kelas. Aku menyadari posisiku, jadi aku memilih membantu Lisa-sama. Lagi pula menurutku Tuan memang butuh menjadi perwakilan kelas agar dia memiliki pengalaman baru dalam kehidupannya."

Rin dengan fasih mengemukakan keputusannya, menyembunyikan dengan rapat kenyataan bahwa dia sendiri masih ragu dengan keputusannya.

"Er ... Ya, tentu, kurasa. Aku akan percaya pada pilihanmu dalam hal ini." Julian masih terlihat ragu, tapi pada akhirnya menyetujui.

"Apakah ada pertanyaan lain, Julian-sama?"

"Untuk sekarang aku kira cukup."

"Kalau begitu kita akhiri pertemuannya sampai di sini. Terima kasih atas waktumu, Julian-sama. Aku masih ada dalam perawatanmu untuk membantu mengawasi pemilihan perwakilan kelas, jadi sekali lagi aku ucapkan, mohon kerja samanya."

Rin dan Julian berdiri bersamaan. Rin mengulurkan tangannya dan Julian meraihnya, mereka berjabat tangan sebagai tanda kerja sama.

"Kau bisa mempercayakannya kepadaku," sambutnya dengan murah hati.

***