Chereads / Difraksi Fragmen / Chapter 26 - Ruler of Space

Chapter 26 - Ruler of Space

Edwin telah berada dalam area Kawasan Pelajar, melewati beberapa sekolah dasar dan fasilitas publik seperti taman berukuran mini dan halte bus. Akses jalan ke setiap sekolah dipermudah dengan adanya bus dengan jalur beragam yang dapat mengantar siswa sampai ke halte dekat sekolahnya.

Sepuluh stasiun kereta juga ditempatkan di beberapa titik strategis dalam Kawasan Pelajar yang bisa dijangkau dengan menaiki bus karena masih berada dalam jalur operasionalnya.

Siswa yang tinggal di distrik lain yang jauh dari Kawasan Pelajar biasanya menggunakan kereta dan dilanjutkan dengan bus untuk pulang dan pergi ke sekolah.

Namun mayoritas siswa memilih menyewa asrama dekat sekolah atau akademinya dengan pertimbangan akses yang lebih mudah dan bisa menghemat waktu.

Jika boleh jujur, Edwin juga ingin tinggal di dekat akademinya.

Tetapi ketika dia mempertimbangkan akan ada bermacam orang mencurigakan seperti Luke dan bawahannya yang bergantian mengunjungi asramanya, dia merasa akan jadi masalah jika sampai teman sekelasnya melihatnya. Mereka akan bertanya banyak hal kepadanya yang membuat dia malas menjelaskan jawabannya.

Namun, alasan sebenarnya dia tidak ditempatkan di asrama dekat akademinya adalah karena kakaknya memang sudah menyewa sebuah apartemen di bagian terdalam Distrik Perbelanjaan. Kakaknya ingin dia merasakan pengalaman berjalan kaki ketika berangkat ke akademi agar dia tidak terus-menerus menjalani kehidupan damainya.

Beruntungnya, letak akademi Edwin hanya berjarak lima belas menit jalan kaki dari apartemennya.

Jika sangat jauh Edwin pasti sudah memindahkan barangnya, seperti kasur dan tempat tidur ke gudang akademi. Dia mungkin juga akan membuat sebuah ruang tambahan di atap gedung akademi agar tidak perlu repot lagi berangkat ke akademi.

Edwin menganggap pemikirannya barusan sebagai sebuah ide brilian yang bisa mengubah masa depannya.

Kapan-kapan dia ingin mencoba menginap di akademi jika dia merasa malas untuk kembali ke apartemennya. Meminta izin pada Rin untuk menggunakan ruang Komite Akademi sebagai tempat menginapnya adalah salah satu pilihan yang sedang dia pertimbangkan.

Edwin sudah setengah jalan menuju akademinya, kali ini dia sedang melewati alun-alun yang memiliki lapangan berumput yang luas. Tempat itu biasa digunakan oleh siswa untuk berolahraga ringan di pagi hari atau tempat bersantai di sore hari.

Di pinggir lapangan dengan struktur lahan yang lebih tinggi yang permukaannya dibentuk dari barisan batu bata, terdapat banyak susunan kursi-kursi mengelilingi meja, di tengah meja tertancap sebuah payung besar dengan lebar kanopinya menjangkau kursi-kursi yang mengitarinya.

Sedangkan di bagian depan alun-alun dibangun gapura sebagai gerbang masuk dengan tulisan nama tempat itu, Green Space 13.

Edwin merasa kurang lebih namanya mencerminkan konsep tempat itu karena terdapat beberapa pohon rindang di sekitar lapangan, walaupun secara keseluruhan masih kurang untuk bisa disebut sebagai sebuah Lahan Hijau (Green Space).

Sedangkan angka 13 merujuk pada kode area di Kawasan Pelajar. Kawasan Pelajar dibagi menjadi beberapa area yang jumlahnya ada enam belas. Tempat Edwin berada saat ini adalah area ke tiga belas dalam area Kawasan Pelajar.

Sedikit masuk ke bagian dalam alun-alun, kira-kira sekitar dua puluh meter dari gerbang alun-alun, Edwin dapat melihat layar informasi berukuran besar menampilkan prakiraan cuaca hari ini yang akan cerah sepanjang hari. Layar informasi mirip seperti layar LED outdoor yang biasanya digunakan untuk mempromosikan iklan.

Di Wilayah Torch terutama di Kawasan Perumahan dan Perkotaan, layar informasi bisa ditemukan di banyak tempat karena memang sengaja dipasang atas perintah Great Noble, fungsinya untuk menyampaikan informasi bermanfaat bagi publik.

Informasi yang ditampilkan biasanya berupa prakiraan cuaca atau berita penting yang terjadi dalam negeri. Tapi beberapa perusahaan swasta juga memasang layar LED outdoor yang biasanya mereka gunakan sebagai strategi pemasaran produk mereka.

"Jika cuaca cerah maka aku bisa tidur dengan nyenyak," pikir Edwin.

Bahkan belum sampai ke akademi dia sudah berencana untuk tidur selama kelas berlangsung. Meski menyadari bahwa itu salah, tapi Edwin merasa bangga dengan perencanaan kegiatan akademinya hari ini yang sudah dipastikan akan lancar seperti biasa.

Sayangnya−

Baru saja hatinya gembira setelah mendapatkan kabar baik, Edwin sudah harus menyiapkan dirinya untuk mengeluh.

Di hadapannya sekarang, dia harus melewati tanjakan dengan sudut sempurna 45 derajat.

Kesal, sebal dan geram. Itulah yang dia rasakan setiap kali melihat tanjakan di hadapannya.

Tanjakan itu selalu berhasil membuat Edwin membuang tenaganya dengan percuma. Sebab itulah dia selalu mengutuk orang yang mendesain jalan yang berujung pada tanjakan itu.

Edwin pernah diberitahu kalau lahan di daerah itu kebanyakan tidak rata, sehingga ketika membangun akses jalan ini dibutuhkan hellser pengendali bumi untuk meratakan lahan. Tapi entah kenapa bagian tanjakan tidak ikut diratakan, orang yang mendesain jalan malah memilih untuk membuat sebuah tanjakan dengan sudut sempurna 45 derajat.

Tidak hanya itu, ada hal lain soal tanjakan itu yang membuat Edwin merasa lebih kesal. Tanjakan itu telah dianugerahi penghargaan sebagai salah satu spot unik, bahkan sebuah plakat penghargaan di bangun di sisi jalan untuk memperingatinya.

"Sangat tidak berguna," keluhnya.

Jika saja tidak ada orang di sekitarnya, Edwin pasti sudah menendang plakat tersebut sampai hancur. Sayangnya yang bisa dia lakukan saat ini hanya memelototinya dengan penuh kemarahan.

Akhirnya dia berhasil melewati tanjakan tersebut, meskipun dia melakukannya sambil terus mengutuk orang yang mendesain tanjakan tersebut setiap kali dia melangkah.

Edwin kembali meneruskan perjalanannya. Setelah beberapa menit, dia berbelok begitu melihat papan penunjuk jalan.

Hanya dalam beberapa saat minimarket sudah terlihat dalam bidang pandangannya, berarti hanya butuh sedikit lagi untuk sampai ke akademi.

Seperti itulah Edwin selalu menjalani pagi harinya, tidak berbeda dari rutinitasnya yang biasa.

Edwin sampai di akademinya ketika gerbang akademi baru saja dibuka oleh seorang guru yang bertugas piket hari ini.

Akademi Einerst, begitulah tulisan di atas gerbang masuk.

Itu adalah nama akademi tempat Edwin belajar, sebuah sekolah yang menyediakan pendidikan yang berfokus pada pengembangan hellser.

Guru yang membuka gerbang ragu-ragu menyapanya, dan Edwin juga tidak merasa punya kewajiban untuk menyapa lebih dulu, jadi dia dengan acuh tak acuh terus melangkah menuju kelasnya.

Edwin masuk ke sebuah ruangan, di atas pintunya terdapat papan dengan tulisan 1-C.

Dia duduk di kursinya di bagian paling belakang, berada dalam satu garis lurus dengan barisan yang paling dekat dengan pintu masuk kelas.

Dia mulai menggunakan hells-nya secara keseluruhan untuk sepenuhnya menyembunyikan aura kehadirannya. Normalnya, dia hanya menggunakan sebagian kekuatannya sehingga aura kehadirannya masih bisa dirasakan oleh orang lain secara samar.

Hellser memiliki kekuatan uniknya masing-masing, sehingga setiap hells diberikan nama tersendiri berdasarkan tipe kekuatannya.

Masing-masing orang memiliki kekuatan unik, itulah yang disebut hells. Tapi hells tidak identik untuk setiap orang, karena beberapa orang diketahui memiliki jenis hells yang sama.

Kebanyakan kasus hellser yang memiliki kekuatan unik sejenis terjadi pada mereka yang wujud kekuatannya menyerupai elemen seperti api, air, angin, dan bumi.

Diperkirakan sebanyak enam puluh persen dari populasi dunia Anderwelt memiliki hells yang kekuatannya berwujud elemen.

Meski demikian, bukan berarti hells non elemen juga identik untuk setiap orang.

Lalu bagaimana dengan Edwin?

Untuk Edwin, hells-nya juga tidak identik untuk dirinya sendiri karena dia pernah bertemu beberapa orang yang memiliki hells yang sama dengannya.

Hells Edwin dinamakan , sebuah kemampuan yang bisa memanipulasi ruang di sekitarnya dalam jarak tertentu. Tentu saja, hells miliknya adalah tipe non elemen.

Tapi dibandingkan dengan yang dimiliki orang lain, mungkin Edwin berada pada tingkat yang lebih baik, karena dia telah mencapai tahap yang lebih tinggi dari orang-orang dengan kekuatan serupa yang pernah dia temui.

Karena tidak ada alat ukur untuk menentukan tipe kekuatan mana yang lebih baik karena setiap orang memiliki kekuatan unik masing-masing, perbedaan hanya bisa terlihat antara orang yang berpengalaman menggunakan kekuatannya dengan orang yang tidak berpengalaman.

Dalam kasus , seseorang yang tidak berpengalaman menggunakan kekuatannya hanya dapat memanipulasi ruang dalam jarak yang terbatas atau dengan variasi teknik yang sedikit.

Misalnya dalam hal yang merupakan kekuatan turunan dari , seseorang yang tidak berpengalaman membutuhkan jeda lebih lama untuk memindahkan jarak dirinya ke titik lain yang menjadi tujuan teleportasinya. Selain itu, jarak teleportasinya terbatas dan biasanya hanya bisa menempuh jarak kurang dari lima meter dihitung dari titik awal sebelum dia melakukan teleportasi.

Tidak hanya itu, variasi kekuatan yang dimiliki hellser yang tidak berpengalaman sangat sedikit.

Tidak hanya yang menjadi kekuatan turunan dari , masih ada banyak kekuatan turunan seperti , , , sampai . Tapi orang yang tidak berpengalaman biasanya hanya dapat menggunakan salah satu kekuatan turunan tersebut.

Di sisi lain, Edwin dapat menyembunyikan aura kehadirannya dengan sempurna seakan dia sama sekali tidak berada di tempatnya. Hal itu sudah membuktikan bahwa kekuatannya berada pada tingkat yang lebih baik dari hellser lain seperti dirinya.

Sebenarnya, orang lain yang tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan ruang tetap bisa menekan aura kehadiran mereka dengan latihan. Tetapi mereka tidak akan bisa sampai pada tingkat yang bisa melenyapkan sepenuhnya aura kehadiran tersebut seperti yang dilakukan Edwin.

Hal itu disebabkan karena perbedaan cara mereka dalam menghilangkan aura kehadiran.

Orang lain biasanya menggunakan chi untuk menekan aura mereka yang meluap, sedangkan Edwin menggunakan hells untuk menghilangkan aura kehadirannya.

Bukan berarti Edwin tidak bisa melenyapkan aura kehadirannya dengan chi, seperti yang dikatakan sebelumnya, bahwa dengan chi tidak sepenuhnya bisa menghilangkan aura kehadiran seseorang.

Aura adalah energi yang diperlukan untuk menggunakan chi. Aura yang meluap keluar dari tubuh seseorang menunjukkan seberapa besar kehadirannya dalam suatu tempat, karena itulah aura yang meluap tersebut dinamakan aura kehadiran.

Untuk lebih jelasnya, maka bisa menggunakan kasus Aila.

Sebagai keturunan Keluarga Witchell, Aila memiliki aura yang sangat melimpah, tapi dia masih belum tahu bagaimana caranya menurunkan intensitas aura kehadiran yang meluap dari tubuhnya.

Karena aura kehadiran tidak bisa terlihat tapi dapat dirasakan, efek yang Aila terima dari auranya yang meluap adalah keberadaannya terlihat lebih mencolok dari orang lain di sekitarnya. Edwin sebenarnya mengetahui itu, tapi dia mengira kalau Aila mungkin sengaja membiarkan auranya meluap karena memang dirinya ingin terlihat mencolok.

Sementara untuk Edwin, dengan menggunakan hells-nya, , Edwin tidak hanya melenyapkan aura kehadirannya, tapi dia sepenuhnya melenyapkan dirinya dari dunia ini.

Edwin benar-benar melenyapkan keberadaannya dari dunia ini. Jangankan aura kehadiran yang tidak bisa dirasakan, bahkan seharusnya dia sudah dianggap mati karena keberadaannya telah menghilang dari dunia.

Edwin menggunakan serta secara bersamaan untuk mengirim dirinya sendiri pada ruang dengan dimensi yang lebih tinggi.

Para peneliti di Wilayah Torch sepakat bahwa ada dimensi yang lebih tinggi dari dimensi yang saat ini mereka tahu, mereka menyebutnya sebagai hyperspace.

Sampai saat ini, para peneliti masih terus mencari penjelasan dari teori tentang keberadaan hyperspace demi mencari kebenaran tentang alam semesta, tapi mereka tidak mengetahui bahwa seorang remaja telah berhasil mengirim dirinya ke tempat yang selama ini mereka cari.

Tapi, jika keberadaan Edwin sudah lenyap, lalu bagaimana dengan sosoknya yang ada selama ini? Apakah dia hanya khayalan atau mungkin hantu?

Pada kenyataannya manusia hidup dalam realitas tiga dimensi ruang dan satu dimensi waktu.

Tapi Edwin berhasil mengirim tubuhnya, atau mungkin bisa dikatakan hampir keseluruhan dari dirinya termasuk jiwa dan kesadarannya, pada ruang dengan dimensi yang lebih tinggi (hyperspace).

Edwin yang mengirim dirinya ke dalam hyperspace, menyebabkan kehadirannya di dimensi tersebut akan menghasilkan bayangan berupa objek tiga dimensi. Bayangan itulah yang selama ini hadir dan secara tidak langsung menggantikan kehidupannya di dunia ini.

Jika harus dianalogikan, maka fenomena yang dialaminya seperti keberadaan sebuah objek dalam ruang tiga dimensi akan menghasilkan bayangan berupa objek dua dimensi. Maka dirinya yang berada dalam dimensi ruang yang lebih tinggi akan menghasilkan bayangan berupa objek yang berada dalam dimensi yang lebih rendah.

Contoh sederhananya adalah ketika seseorang menghadap ke arah sebuah cermin.

Manusia hidup dalam realitas ruang tiga dimensi, dengan begitu sudah pasti manusia akan menghasilkan bayangan berupa objek dua dimensi. Bayangan yang dihasilkan tersebut dapat dilihat pada sebuah cermin.

Ketika Edwin menggunakan hells untuk melenyapkan seluruh aura kehadirannya, otomatis yang tersisa di dunianya hanya bayangannya yang terbentuk dari fenomena tersebut. Karena itulah kehadirannya selama ini tidak bisa dirasakan.

Karena hanya sebuah bayangan yang menggantikan perannya, lalu bagaimana caranya dia dapat memegang atau menyentuh sesuatu? Juga bagaimana caranya dia bisa sakit? Bayangan tidak mungkin dapat melakukan dan merasakan hal itu.

Edwin tidak melenyapkan keseluruhan dari dirinya, masih ada sedikit kesadaran yang tersisa yang terkoneksi pada bayangannya. Kesadarannya tersebut adalah penghubung dirinya yang berada di hyperspace dengan bayangannya di dunia sebenarnya (real world). Dia bisa mengatur kesadarannya sesuka hati, mengirim dirinya bolak-balik antara real world dengan hyperspace tanpa masalah selama masih ada koneksi antara dirinya dengan bayangannya.

Ketika berada di hyperspace, kesadarannya akan mendapat gambaran bayangannya yang berada di real world seperti lukisan dari sisi lain cermin.

Oleh karena itu, setelah menghasilkan sebuah bayangan yang divisualisasikan dalam realitas ruang tiga dimensi, Edwin hanya perlu mengetahui di mana lokasi bayangan yang menyerupai dirinya berada dengan menentukan indikator panjang, lebar serta kedalaman, dan merefleksikan real world sebagai dunia dalam cermin.

Tetapi Edwin masih perlu mengubah konsep dunia dalam cermin tersebut, yang semula adalah dunia dengan dua dimensi ruang menjadi dunia dengan tiga dimensi ruang.

Kemudian, karena bayangan yang dihasilkan memiliki sifat yang terbalik, dia cukup menggerakkan bayangan tersebut sebagai vektor dengan arah berlawanan.

Jadi intinya, bayangan tersebut dapat memegang atau menyentuh sesuatu karena masih ada kesadaran Edwin yang tersisa. Dengan kata lain, bayangan tersebut seolah menjadi tubuh kedua baginya, sehingga apa yang dilakukan tubuhnya di hyperspace atau bayangannya di real world saling terhubung.

Itu juga alasan kenapa dia masih dapat dianggap 'hidup' walau keberadaannya telah lenyap, sekaligus juga menjelaskan kenapa dia bisa merasakan sakit.

Tapi jika Edwin mengirim keseluruhan dirinya kembali ke real world, maka dia akan kembali ke keadaan normalnya sebagai manusia seutuhnya. Dia juga akan memiliki aura kehadiran seperti manusia normal, sehingga aura kehadirannya tidak lagi samar, seperti selama ini yang sulit dirasakan oleh orang lain.

Tampaknya, Edwin mendapatkan hells yang sesuai dengan kepribadiannya.

Edwin tidak memiliki ambisi, tidak peduli pada dunia dan tidak memiliki sesuatu yang bisa membuatnya tertarik.

Kepribadiannya tersebut menjadikan dia memilih untuk bersembunyi dalam hyperspace menggunakan kekuatannya, seolah-olah dia mengenakan cangkang untuk menutup dirinya.

Meskipun sedikit merepotkan karena dia harus selalu mengeluarkan essence-nya agar hells-nya tetap aktif, tapi hasil yang dia dapatkan sebanding dengan usahanya karena tidak ada seorang pun yang bisa mengganggunya saat dia berada dalam ruang pribadi yang hanya bisa dimasuki olehnya.

Edwin merebahkan dirinya di kursinya, sedikit demi sedikit menutup matanya.

Keseharian kehidupan akademinya sudah dimulai begitu dia memejamkan matanya.

Edwin menjadi orang yang pertama sampai di kelasnya, sekaligus orang yang pertama menyerah mengikuti pelajaran.

***