AKUTOU KOUKOU
Seorang lelaki berseragam gakuran¹ tengah terbaring di atas rooftop sekolah. Kedua tangannya sengaja direntangkan dengan dada yang naik turun. Mencoba mengatur nafasnya yang terengah-engah dan sedikit sesak. Wajah lelaki itu dipenuhi lebam, luka di mana-mana dan sudut bibir yang masih berdarah. Lelaki itu bernama Nagamasa Naoto. Siswa kelas dua yang bersekolah di sekolah khusus Yankee². Salah satu sekolah ternama di kota ini. Nagamasa Naoto memiliki sifat yang tidak biasa yaitu sering sekali menantangi beberapa leader dari geng-geng yang ada di sekolah itu. Semua orang tahu bahwa lelaki ini tidak begitu ahli dalam berkelahi, ia begitu lemah dan menganggap jika dirinya bisa melawan para lelaki kuat itu. Walaupun begitu, Naoto tak akan menyerah sama sekali. Ia pasti akan kembali melawan mereka hingga menang.
Kini lelaki itu tengah meringis kesakitan akibat ulahnya sendiri yang terbilang cukup gegabah. Ia mencoba melawan salah satu leader dari geng terkenal di sekolahnya yaitu Geng The Craze. Geng tersebut sangat dikenal sebagai geng yang paling brutal dan ditakuti. Pengikutnya saja lebih dari seribu orang, atau mungkin saja hampir satu sekolahan. Walaupun dirumorkan sangat ditakuti dan paling brutal, hal tersebut tak menghalangi Naoto untuk mencoba mengalahkan Kaisei, leader dari The Craze. Lelaki dengan otot besar dan bertelanjang dada itu tentu tak akan tinggal diam. Ia pasti akan membuat Naoto kalah seperti hari ini.
"Bagaimana? Apakah kau memenangkan pertarungan itu?" sindir seseorang membuat Naoto memejamkan matanya karena kesal.
"Urusee³! Tutup mulutmu itu atau ku hajar kau!" ancam Naoto sambil membuka mata kembali. Lelaki dengan rambut berwarna blonde itu terkekeh. Ia berjalan mendekati tubuh Naoto yang tengah terbaring. Berdiri tepat di sampingnya.
"Wajahmu itu ... cukup mengerikan." Alih-alih marah, Naoto malah menghela nafas lalu mengubah posisinya menjadi duduk. Kedua lututnya ia tekuk lalu kedua lengan ia simpan di atas lutut sambil memandangi pagar pembatas rooftop dengan kesal.
"Aku tidak akan kalah dari siapapun. Aku akan terus menghajar mereka sekalipun aku harus mati saat itu juga," geram Naoto dengan tangan yang kembali mengepal. Kekesalannya memuncak tatkala ia kembali mengingat bagaimana kini ia telah kalah. Tujuan ia datang ke sekolah itu adalah untuk mengalahkan seseorang, bukan untuk dikalahkan. Karena hal ini membuat Naoto membenci dirinya sendiri.
"Jika kau memang tidak sanggup, untuk apa kau mencoba mengalahkan orang itu? Bukankah aku sudah bilang padamu bahwa dia sangat kuat?" Lelaki itu duduk di samping Naoto.
"Fuzakenna! Tak ada orang yang lebih kuat dari 'orang itu'. Bagaimanapun juga aku harus mengalahkan orang-orang kuat di sekolah ini. Jika aku bisa mengalahkan mereka, maka aku akan sama dengannya," jawab Naoto dengan semangat. Rasa sakit yang tadi ia rasakan sepertinya sudah tak begitu terasa. Karena semangatnya membahas hal ini membuat Naoto sedikit melupakan luka-luka yang ada di tubuhnya itu.
"Jadi, kau akan tetap melawan orang-orang kuat itu?"
Naoto menoleh dan mengangguk, "Mochiron dayo⁴! Aku tidak akan menyerah sampai aku menang."
"Jika dilihat-lihat, sejak awal kau masuk ke sekolah ini dan mencoba mengalahkan orang-orang kuat itu, tidak ada satupun orang yang bisa kau kalahkan. Akibatnya kau malah menerima pukulan keras dari mereka," sahut lelaki berambut blonde itu.
"Walaupun begitu aku terus mencoba berusaha sebisaku. Jika tidak, mungkin aku tidak akan sama dengan orang itu. Karena hari itu adalah hari yang paling berharga bagiku, hari di mana aku memutuskan bahwa aku akan menjadi yang terkuat. Lalu menirunya untuk menyelamatkan orang-orang yang kesulitan, sama seperti hari itu. Dia benar-benar menyelamatkan nyawaku dari mereka. Jadi, aku ingin melampauinya." Naoto menceritakan hal tersebut dengan penuh semangat. Lelaki berambut blonde yang bernama Kichiro Taiki itu menatap Naoto. Ia merasa bahwa Naoto memiliki ambisi yang tinggi. Kemungkinan kemenangan akan ia dapatkan jika ambisi itu semakin kuat. Seketika saja Taiki terperanjat.
"Jangan-jangan ... kau ingin mengalahkan dia?" tanya Taiki membuat Naoto menoleh dengan cepat.
"Hah? Aku tidak akan mampu melawannya. Lagi pula aku hanya ingin membuktikan bahwa aku bisa menjadi yang terkuat kepadanya. Dengan begitu dia akan bangga padaku dan menjadikanku temannya atau setidaknya kenalannya. Begitupun aku, aku akan sangat bangga pada diriku sendiri karena sudah melakukan hal yang pernah ia katakan padaku, 'cepatlah menjadi seseorang yang kuat, maka kau akan bisa melindungi orang lain' dan aku ingin membuktikan ucapannya itu."
Kichiro Taiki menganggukkan kepalanya mengerti. Lelaki berambut blonde ini tahu betul bagaimana kisah pertemuan antara lelaki yang disebutkan Naoto dengan Naoto. Walaupun sudah berkali-kali Naoto menceritakan hal yang sama, Taiki sama sekali tak merasa bosan. Justru ia malah ingin mencari tahu lebih lanjut siapa sosok si penyelamat Naoto itu. Sayangnya, Naoto tak ingin memberitahunya siapa lelaki itu. Ia ingin waktu yang akan memberi tahu Taiki, atau Taiki sendiri yang harus mencari tahu.
Kichiro Taiki dan Nagamasa Naoto sudah bersahabat sejak kecil. Mereka selalu bersama-sama sejak masa kanak-kanak dulu. Sayangnya, Naoto memiliki sifat yang dingin. Ia tidak begitu peduli dengan keberadaan Taiki ataupun segala ucapannya yang tidak masuk akal, terutama ceramahannya. Begitupun Taiki yang mencoba mengerti apa yang dipikirkan Naoto. Ia ingin Naoto melakukan hal sesukanya tanpa harus ia larang, tapi jika hal tersebut akan membahayakan Naoto, maka jurus ceramah Taiki akan keluar. Mencoba mengingatkan bahwa apa yang dilakukan lelaki itu sangat berbahaya. Sama seperti yang terjadi akhir-akhir ini, Naoto ingin melawan para leader kuat untuk membuktikan kekuatannya sendiri dan bagi Taiki hal tersebut sudah sangat membahayakan diri Naoto.
Walaupun Naoto tidak peduli dengan lelaki itu, tapi dia tetap menganggap Taiki sebagai seseorang yang bisa diandalkan. Segala sesuatu tentang Taiki ia ketahui karena Taiki sendiri yang memberi tahu Naoto, begitu pun sebaliknya, hanya saja dia terpaksa memberi tahu Taiki segala tentang hidupnya karena lelaki itu memaksanya. Dengan kata lain, Naoto sangat mempercayai Taiki.
"Apa ... aku mengetahui lelaki itu?" tanya Taiki sambil bangkit dari duduk lalu berjalan menuju ke pagar pembatas. Memandangi murid-murid sekolah ini yang berlalu lalang di bawah sana.
"Mungkin." Naoto ikut berdiri, mencoba menyeimbangi tubuhnya yang sedari tadi terasa menyiksanya. Naoto pun mencoba meregangkan otot-ototnya dan bergerak sebebas mungkin agar rasa sakit itu tidak menyebar. Hal seperti inilah yang selalu ia lakukan jika selesai bertarung, ia rasa dengan melakukan hal tersebut maka rasa sakit di tubuh akan hilang, atau setidaknya mereda.
"Hm ... anak sekolahan?" Naoto merentangkan kedua tangannya ke atas.
"Mungkin."
"Ck! Laki-laki?"
"Mochiron!"
"Eee― seorang pe―"
"FUYUKI HIROOMI!" teriak seseorang membuat Naoto dan Taiki menoleh bersamaan. Seorang lelaki berseragam gakuran yang dipadukan dengan hoodie di dalamnya menghampiri mereka.
"Fuyuki Hiroomi, iya kan, Nagamasa Naoto-senpai?" tanyanya. Naoto mengernyit. Kedua tangannya siap untuk berkelahi. Sedangkan Taiki melirik Naoto. Apakah yang diucapkan lelaki itu benar?
"Siapa kau?" tanya Naoto. Lelaki itu berdiri tepat di hadapan mereka. Membungkukkan tubuhnya sebentar lalu tersenyum dengan manis. Wajahnya yang mulus serta mata yang tajam membuatnya terlihat cukup tampan. Di kepalanya terpasang sebuah topi yang ia pakai terbalik.
"Tadayoshi Makoto, siswa tahun pertama." Lelaki bernama Tadayoshi Makoto itu mulai memperkenalkan dirinya.
"Lelaki terkuat di kota yang selalu menolong seseorang di saat kesulitan, yang kau sebut sebagai penyelamat dan seseorang yang berkata 'cepatlah menjadi seseorang yang kuat, maka kau akan bisa melindungi orang lain' itu adalah Fuyuki Hiroomi. Bukankah begitu, Nagamasa-senpai?" Lagi-lagi Makoto mempertanyakan hal tersebut. Naoto memasang wajah kesal. Ia sama sekali tak menyukai lelaki itu karena terlalu ikut campur.
"Naoto, apakah itu benar?" tanya Taiki tak percaya. Alih-alih menjawab Naoto justru terus menatap tajam lelaki bernama Makoto itu.
"Kau mendengar pembicaraan kami? Kau benar-benar anak yang tidak sopan," balas Naoto dengan ketus sambil berjalan mendekati Makoto. Makoto pun memundurkan tubuhnya dengan senyuman yang sama.
"Ah! Gomennasai, Senpai. Tapi sepertinya aku benar, terbukti bahwa kau diam saja saat ditanya seperti itu, bahkan pertanyaan dari temanmu saja tidak kau jawab."
"ARRGHH! FUZAKENNA!"
BRUK!!!
Saat mencoba menghajar wajah Makoto, seketika saja Naoto terjatuh karena Makoto yang menghindari serangannya. Kepalan tangan Naoto semakin kuat, ia semakin mengamuk. Naoto pun terus menerus mencoba menghajar Makoto sebisanya. Sayangnya, lelaki itu lihai dalam menghindari serangan Naoto. Hal tersebut membuat Taiki - yang sebagai penonton - merasa heran.
"YAMERO, NAOTO!" teriak Taiki membuat keduanya menghentikan aksi mereka, "Percuma saja kau melawannya, sepertinya dia datang ke sini bukan untuk melawanmu."
"Kichiro-senpai benar. Aku tidak ingin mengajakmu berkelahi, Nagamasa-senpai. Kedatanganku menemui kalian adalah untuk memberitahumu sebuah cara agar dapat mengalahkan Kaisei, itu pun jika kau mau," jawab Makoto membuat Naoto mengernyit. Naoto kembali menegakkan tubuhnya.
"Tentu ada syarat untuk itu," lanjut Makoto.
"Mengalahkan Kaisei? Muri da. Naoto tidak akan sanggup melawan para pengikutnya yang begitu banyak." Kini Taiki yang menimpali. Makoto pun menatap Taiki.
"Mudah saja, bahkan Nagamasa-senpai tidak perlu mengalahkan mereka. Cukup Kaisei seorang. Aku sangat tahu bagaimana kelemahan lelaki berotot itu."
"Benarkah? Apa kau tidak tengah menipuku?" tanya Naoto dengan semangat. Nada bicaranya seketika saja terdengar tinggi dan antusias mendengar apa yang disampaikan Makoto.
"Tenang saja, Senpai. Aku kemari tidak ada maksud untuk menipu kalian. Ini murni karena keinginanku untuk membantu kalian," jawab Makoto mencoba meyakinkan.
"Membantu? Mengapa kau ingin membantu kami?" tanya Taiki. Makoto berjalan mendekati pagar pembatas. Matanya tertuju ke beberapa orang yang ada di bawah pohon rindang yang tengah mengobrol dengan asik.
"Aku tahu potensi kalian dalam berkelahi. Lagi pula, aku membenci mereka yang selalu merasa lebih tinggi dan terkuat. Jelas-jelas hanya Fuyuki Hiroomi yang paling kuat di antara orang-orang seperti mereka, termasuk Kaisei," jawab Makoto membuat Taiki dan Naoto melihat apa yang dilihatnya.
"Kalian katamu? Apakah itu artinya aku dan Taiki yang akan melawan Kaisei?" tanya Naoto. Makoto menoleh.
Bersambung ...
><><><
Note :
1 : Seragam sekolah Jepang untuk laki-laki
2 : Berandalan sekolah
3 : Berisik
4 : Tentu saja
Senpai : Senior
Gomennasai : Maafkan aku
Yamero : Berhenti
Muri da : Tidak mungkin
Arigatou! Thank you! Nuhun! Terima kasih! Obrigada!