AKKAN ZOKU
Sang surya mulai terbenam di kaki langit, menampakkan pemandangan yang indah di atas laut berlangit jingga. Ditemani semilir angin laut yang sejuk tetapi tidak begitu kencang. Burung-burung sibuk mengepakkan sayap mereka menuju ke arah gunung, mencari tempat berteduh yang aman. Suara ombak yang menepi ke bibir pantai menambah keindahan area ini. Seorang pria berjas hitam tengah memandangi pemandangan itu. Ia berdiri di atas karang yang terletak tak jauh dari pantai dengan kedua tangannya yang dimasukkan ke dalam saku celana. Di mulutnya terdapat selipan rokok yang masih menyala dengan kacamata hitam yang menutupi kedua matanya. Bagaikan seorang bos yang tengah menikmati liburan akhir pekan.
"Semua sudah diperiksa dan anak itu sudah ku panggil, ia menuju ke sini," lapor seorang pria bertato kepada pria berjas ini. Pria berjas pun meloncat dari karang, ia berjalan menuju ke sebuah bangunan yang hanya tinggal kerangkanya saja. Bangunan bekas kebakaran itu hanya tersisa abu yang masih menyala dengan beberapa penyangga yang sepertinya akan roboh jika dihancurkan. Di dalamnya ada beberapa barang-barang yang sudah gosong akibat dilalap api.
"Ada perlu apa kau memanggilku ke tempat ini?" tanya seorang lelaki muda sambil memasang tatapan tajam kepada pria berjas itu. Tentu pria itu pun menoleh.
"Apakah kau pemilik pabrik jelek ini?" tanya balik pria berjas itu.
Si lelaki muda mengernyitkan dahinya merasa kesal dengan pertanyaan yang dilontarkannya. Ia pun menjawab, "Aku pemilik pabrik yang kau sebut jelek itu. Siapa kau? Apa maumu?"
"Hm ... jadi, kau si Hasegawa Ryusei itu? Pemilik pabrik narkoba yang sudah terbakar ini?" Lagi-lagi pria itu kembali bertanya. Ryusei mengalihkan pandangannya ke arah lain sebentar.
"Jika kau sudah tahu, untuk apa kau kembali bertanya?"
Pria berjas itu tertawa kecil, "Ahaha kau benar. Dan aku adalah Takata Hiro, anggota baru Akkan Zoku. Baru direkrut hari ini dan tugasku me―"
"Aku tidak ada waktu untuk berbicara denganmu, Jiji¹. Masih banyak hal yang harus ku lakukan daripada mendengar ocehanmu," balas Ryusei dengan tajam lalu berbalik dan meninggalkan pria itu. Alih-alih terkejut ataupun merasa kesal, pria bernama Takata Hiro itu kembali terkekeh. Ia merasa senang bertemu dengan Ryusei.
"Omoshiroi, Shounen!² Tapi ada hal yang lebih penting lagi daripada kau kembali ke markasmu, memikirkan bagaimana caranya membangun kembali pabrik itu. Kau ke tempat kumuhmu itu hanya untuk memikirkan hal tersebut, bukan? Daripada memikirkan hal tidak penting, lebih baik kau ke markas Akkan Zoku. Menjelaskan perihal kebakaran yang terjadi kepada pabrikmu itu," lanjut Hiro membuat Ryusei menghentikan langkahnya.
"Cih! Aku ke sana pun tak akan ada solusi bagus. Kalian hanya akan menagih uang, uang dan uang. Dasar Yakuza tamak!" ketus Ryusei tanpa menoleh. Ia kembali melangkahkan kakinya.
"Apakah kau tidak berpikir akan kembali mendapatkan pabrik baru jika kau memintanya kepada Takahiro-san? Bernegosiasi dengannya adalah solusi bagus daripada kau mengurung diri di tempat kumuhmu itu dan menunggu waktu sampai kami membunuhmu. Apakah kau akan menyerah begitu saja? Jika memang begitu, mengapa tidak sejak dulu kau menyerahkan hidupmu kepada kami? Dan kau akan bebas di neraka tanpa harus merasa tersiksa. De―" Seketika saja Hiro terdiam saat kerah jasnya ditarik dengan kasar oleh Ryusei. Ia sangat terkejut saat Ryusei tiba-tiba saja sudah ada tepat di hadapannya dengan gerakan yang cukup cepat. Gerakan tubuh yang sama sekali tak terbaca oleh pria tua itu.
"Bukkoroshite yaru!³ Jika kau masih menyayangi nyawamu, maka berhentilah mengoceh!" ancam Ryusei dengan tatapan tajam miliknya. Hiro berdehem pelan untuk menghilangkan keterkejutannya yang hampir membuatnya jantungan.
"Ahaha kau begitu emosional, Shounen. Dengarkan aku dulu! Kau bisa bernegosiasi dengan Takahiro-san, dia akan mengabulkan permintaanmu. Kau yang akan memilih sendiri di mana lokasi pabrik barumu nanti. Kau tahu sekali bukan jika kota ini dikuasai oleh kami, Akkan Zoku? Tak akan ada masalah bagi kami untuk memilihkan lokasi yang bagus untukmu," usul Hiro sambil melepaskan genggaman tangan Ryusei dengan perlahan. Ia membenarkan posisi dasinya setelah Ryusei menjauhinya sedikit.
"Ikuzo, Shounen! Takahiro-san pasti sangat senang kalau kau menjelaskan keadaan pabrikmu itu kepadanya langsung dan ia akan sangat menerima saranku untuk pabrik barumu nanti." Hiro berjalan menuju ke mobil mewah miliknya. Beberapa bodyguard pun mulai mengikuti pria berjas itu. Karena penawaran Hiro yang menggiurkan membuat Ryusei menuruti apa yang disarankan Hiro. Hiro pun mengajak lelaki muda itu menuju ke markas. Mempertemukan bosnya dengan Leader Coast Town ini.
Sesampainya di halaman gedung Akkan Zoku, Hiro mempersilakan Ryusei untuk masuk. Mata Ryusei cukup terpesona saat melihat jalan menuju ke gedung utama diisi oleh tanaman Ajisai, Tsutsuji dan beberapa Bonsai. Bukan hanya itu, di dekat salah satu Bonsai ada sebuah air mancur dengan patung berbentuk kepala tengkorak yang dikelilingi dengan naga putih. Mungkin patung itu adalah logo dari Yakuza terkenal ini. Terlihat sama seperti logo yang ada di atas gedung, dekat dengan tulisan Akkan Zoku yang sangat besar. Sesampainya di depan gedung utama, Hiro mengajak Ryusei untuk masuk ke dalam gedung itu. Gedung dengan luas yang sama seperti halaman depan tadi membuat Ryusei kembali terperangah, merasa kagum dengan keluasan tempat ini. Di hadapan pintu masuk, ada sebuah kaca tembus pandang yang sangat besar yang memperlihatkan sebuah rumah bergaya Sukiya-Zukuri⁴ terpampang di sana―tepatnya di tengah-tengah gedung ini―dengan fusuma berlogo Akkan Zoku, sama persis seperti logo yang ada di halaman. Di sekitarnya terdapat Bonsai langka yang menambah keunikan di sana.
"Sebelah sini!" seru Hiro membuyarkan Ryusei. Lelaki muda itu beserta Hiro menaiki elevator menuju ke lantai 8 di mana Bos Akkan Zoku berada. Elevator dengan kaca tembus pandang membuat Ryusei dapat melihat rumah bergaya Sukiya-Zukuri itu dengan jelas dari atas.
Setelah elevator sampai di lantai 8, pintu elevator pun terbuka dengan sempurna. Lagi-lagi Leader Coast Town itu disuguhkan pemandangan yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Ruangan ini hanya diisi oleh sebuah jendela besar dengan beberapa gorden yang menutupi jendela itu. Di sisi kiri ruangan ada bar besar yang menyuguhkan beberapa minuman keras. Di bagian lainnya ada panggung kecil dengan perlengkapan DJ. Beberapa pria berjas dan bertato tengah menikmati alunan musik dan alkohol. Di tengah-tengah ruangan ada meja casino yang begitu besar. Meja tersebut diisi oleh beberapa Yakuza yang tengah berjudi. Tak jauh dari orang-orang itu, pria berpakaian kimono tengah bersandar dengan santai di atas sofa berwarna hitam. Ryusei serta Hiro pun menghampiri pria itu.
"Ah! Konnichiwa, Banchou!" sapa pria itu yang tak lain adalah Masashi Takahiro, si Bos Akkan Zoku. Ia melakukan ojigi lalu menatap Ryusei. Terpaksa Ryusei pun membalas ojigi pria tua itu. Takahiro mempersilakan Ryusei untuk duduk. Lelaki muda itu duduk di samping Takahiro, sedangkan Hiro duduk tak jauh dari mereka. Ditemani oleh beberapa bodyguard berjas hitam yang berdiri di antara mereka, mengawasi sang bos dan memperhatikan gerak-gerik Ryusei.
Ya, mana mungkin Akkan Zoku, tepatnya Masashi Takahiro tak mempunyai bodyguard. Bahkan para lelaki berotot itu sudah menjadi pengawal Akkan Zoku sebelum kelompok Yakuza ini terkenal. Merekalah yang menjaga sang bos hingga terselamatkan dari para pembunuh yang ingin membunuhnya. Tentu pembunuh-pembunuh itu adalah suruhan dari Yakuza lain yang ingin mengambil alih Akkan Zoku. Karena para pengawal ini dilatih dengan keras dan jago berkelahi, maka tak akan heran jika mereka yang akan menang melawan para pengganggu itu ditambah Takahiro membayar mereka dengan uang yang tidak sedikit.
Sebenarnya Masashi Takahiro adalah pria yang berwibawa. Ia akan membantu kesulitan ekonomi seseorang seperti meminjamkan beberapa uang miliknya kepada rakyat yang kurang mampu. Sayangnya, di balik kebaikannya itu ada kejahatan yang terpendam yaitu Takahiro akan menambahkan bunga kepada si peminjam walaupun uang yang dipinjamkan hanya sedikit. Jika si peminjam tidak mampu membayar bunga, maka ini sudah menjadi tugas Akira, lalu diambil alih oleh Shokichi yang bertugas sebagai pembasmi dan diteruskan oleh Tetsuya yang tentunya menghilangkan jejak pembunuhan yang dilakukan oleh Shokichi. Mengerikan sekali, bukan? Tentu, karena inilah yang dilakukan kelompok Yakuza terkenal se-Jepang itu.
Seperti yang dijelaskan Takahiro kepada Hiro bahwa Akkan Zoku bukan hanya ada dirinya dan Hiro. Akira sudah berteman lama dengan Takahiro sejak jaman sekolah dulu. Kini ia bertugas sebagai rentenir kepada para peminjam uang, kepada orang-orang yang meminta perlindungan Akkan Zoku dan beberapa orang yang memiliki hutang yang belum terlunasi. Entah hutang apa yang ditagih olehnya. Tentu, Akira melakukan tugas itu tidak sendirian, beberapa bodyguard menemaninya.
Selain Akira, ada Shokichi yang bertugas sebagai pembunuh dari Akkan Zoku. Ia bersama beberapa temannya akan membasmi siapa saja yang mengganggu, yang tidak membayar hutang ataupun orang-orang yang menentang keberadaan Akkan Zoku. Shokichi memiliki hati iblis yang membuatnya menjadi seorang pembunuh profesional. Bahkan polisi saja tidak akan tahu siapa pria itu. Karena kepintaran Akkan Zoku, maka polisi tak akan bisa melacak keberadaan Shokichi. Dengan begitu, pria tinggi itu akan selamat dari pengawasan polisi.
Sedangkan Tetsuya bertugas sebagai polisi yang bekerja sama dengan Akkan Zoku untuk menghilangkan jejak pembunuhan yang dilakukan Shokichi. Dan ia pun membantu agar Akkan Zoku tidak dicurigai oleh kepolisian atas apa yang mereka lakukan. Pembunuhan, pengancaman terhadap warga, penculikan, mengambil paksa suatu wilayah dan memusnahkan Yakuza lain, semua kasus-kasus itu sudah ditangani dengan baik oleh Tetsuya dengan pintar. Mencari orang lain agar menjadi pelaku atas kasus-kasus tersebut lalu membayarnya dan membuat si pelaku berpura-pura mengakui kesalahannya di depan para inspektur. Karena hal tersebut Akkan Zoku pun tidak dicurigai.
Kedatangan Hiro yang direkrut langsung oleh Takahiro bukan sekedar ingin memamerkan teman masa kecilnya. Pria bernama Takata Hiro itu memiliki tujuan penting datang ke tempat ini. Ia adalah pria yang sangat bisa diandalkan karena kepandaiannya dalam merancang sebuah rencana untuk membuat sukses suatu bisnis. Ia memiliki pemikiran yang bagi seorang Takahiro tak terpikirkan. Seperti yang terjadi saat ini, Hiro memikirkan bagaimana caranya agar pabrik Coast Town tetap beroperasi dengan menyarankan agar Takahiro mendirikan pabrik baru untuk Coast Town. Karena rencana ini, mungkin keuangan Akkan Zoku akan terus mengalir dan Coast Town kembali mengoperasikan pabrik mereka.
Bersambung ...
><><><
Note :
1 : Pria tua
2 : Kau menarik, Anak muda
3 : Aku akan membunuhmu
Shounen : Anak muda
4 : Rumah tradisional Jepang pada Periode Edo
Fusuma : pintu bergeser Jepang
Konnichiwa, Banchou : Selamat siang, Pemimpin
Ojigi : membungkukkan badan
Arigatou! Thank you! Nuhun! Terima kasih! Obrigada!