Chereads / MUGEN [ TAK TERBATAS ] / Chapter 15 - PENYERANGAN part 1

Chapter 15 - PENYERANGAN part 1

Malam ini aku berdiri di atas jembatan penyeberangan orang seorang diri. Memandangi lalu lintas yang merayap di bawah sana. Menikmati warna-warni lampu kota yang menyilaukan mata. Aku mencintai kota kelahiranku. Kota yang dipenuhi oleh hiruk-pikuk kehidupan orang-orang asing serta keluargaku yang menetap di sini. Tak akan ku tinggalkan kotaku ini hingga akhir, aku akan melindunginya dari kegelapan dunia. Akhir-akhir ini banyak kasus yang terjadi di sudut-sudut kota. Entah itu kasus pembunuhan, pemerkosaan, pengedar narkoba ataupun hal-hal lain yang tak masuk akal bagiku. Gendang telingaku hampir pecah mendengar informasi-informasi tidak mengenakan itu. Ingin rasanya aku melindungi seluruh kota, hanya saja sepertinya aku tak cukup mampu untuk melindunginya. Yang bisa ku lakukan hanyalah membasmi mereka yang melanggar segala hal naif. Hal-hal yang dilarang di kota ini.

Entah mengapa, sejak aku kecil tidak pernah ada yang namanya ketenangan. Ada saja hal yang membuat kota kacau balau. Sama seperti yang terjadi beberapa jam yang lalu di mana sebuah pabrik milik geng cukup terkenal terbakar tiba-tiba. Entah apa penyebabnya yang membuat kota menjadi tidak nyaman. Walaupun begitu, masyarakat bersyukur karena pabrik tersebut lenyap.

Keberadaan Coast Town benar-benar membuatku muak. Hasil produksi mereka mampu membuat anak-anak muda di kota menjadi pecandu lalu menyebarkannya ke mana-mana dan meluas ke setiap daerah. Bukan hanya anak muda yang menjadi korban mereka, lansia ataupun anak kecil bisa saja menjadi korban selanjutnya. Kata Gun, masyarakat menentang keberadaan anak-anak pesisir pantai itu. Mereka sempat mengusir Coast Town dengan cara datang ke pabrik mereka dan berdemo. Menyerukan suara mereka agar didengar. Sayangnya, mereka memiliki pelindung. Siapapun yang mencoba menghancurkan pabrik itu, maka akan berurusan dengan Akkan Zoku. Dengan sangat terpaksa, masyarakat tak mampu berbuat apa-apa lagi selain pasrah menerima pabrik pengelolaan obat-obatan terlarang itu.

Beberapa orang sesekali datang ke markas Grudge Cluster, memintaku untuk turun tangan. Orang-orang itu geram, memerintahkan kami sesegera mungkin melakukan sesuatu agar Coast Town tidak lagi menyebarkan narkoba serta menghentikan pabrik mereka. Untuk sekarang, aku hanya bisa memperhatikan saja. Bukan berarti aku tidak mampu ataupun tidak berani, hanya saja semua perlu rencana yang matang. Rencana yang benar-benar membuat para pengganggu itu melangkahkan kaki dari kota ini atau setidaknya memohon ampun untuk tidak melakukan hal kotor seperti itu.

Aku berjalan meninggalkan jembatan penyeberangan orang. Melangkahkan kakiku di atas trotoar. Mataku tak henti melirik ke sana kemari memperhatikan toko-toko di samping jalan raya yang ramai dikunjungi orang. Rupanya malam ini cukup ramai, padahal cuaca mulai terasa dingin. Mungkin sebentar lagi musim dingin akan tiba, maka orang-orang ini membeli keperluan musim dingin untuk menghangatkan tubuh mereka nanti. Itupun mungkin.

Seketika saja ku hentikan langkah kakiku saat aku melihat seseorang berdiri tak jauh dariku. Seorang lelaki dengan hoodie berwarna kuning yang dipadukan dengan kemeja tengah membeli minum di Jidouhanbaiki. Tak lama ia berbalik dan menatapku. Menatap tepat ke mataku.

Ku langkahkan kakiku, bermaksud melewatinya dan tidak mempedulikannya. Ku harap dia tidak mengenaliku.

"Big Leader of City? Cih! Nani sore¹?" gumamnya saat aku berjalan tepat di sampingnya. Tak ku pedulikan dia, aku terus melanjutkan langkahku.

"Grudge Cluster, si geng terkuat di kota ini, dan sang Leader adalah yang paling kuat. Bukankah begitu, Fuyuki Hiroomi?" serunya membuatku menghentikan langkah. Rupanya ia mengenaliku. Aku pun terpaksa berhenti. Ini jalan satu-satunya bagiku untuk mengetahui bagaimana sifat leader sialan itu. Kebetulan sekali aku bertemu dengannya di tempat ini dan kebetulan pula aku tengah sendirian. Jika anggota Grudge Cluster bersamaku, mungkin akan ada perkelahian.

"Jadi ini, si lelaki terkuat itu? Sugee na²!" Lagi-lagi ia mengoceh. Ku dengar derap langkah kakinya mulai mendekatiku.

"Apa maumu, Hasegawa Ryusei?" tanyaku tanpa menoleh. Ya, dia adalah Hasegawa Ryusei, si leader geng pengacau kota, Coast Town. Orang yang diceritakan si pengedar tadi siang. Seketika saja ia sudah berdiri tepat di sampingku.

"Jika memang kau kuat, maka lawanlah aku!" tantang lelaki itu.

"Aku tidak ada waktu untuk bermain-main deng―"

"Oh! Jadi sekarang kau tengah menjadi seorang pengecut? Cih! Mengecewakan sekali!" tukasnya membuatku langsung menatap matanya dengan tajam. Sialan! Anak ini membuatku kesal.

"Jika kau tidak ingin berurusan dengan Grudge Cluster, maka berhentilah mengoceh dan urusi saja pabrik harammu itu!" ketusku. Sudah cukup! Aku sudah mengetahui bagaimana sifat anak itu dari cara ia berbicara.

"Hah? Kau mengancamku? Ahahaha ... Omoshiroi na³, Omi-chan!" Aku mengernyitkan dahiku dengan kesal. Anak itu ... berani-beraninya dia memanggil nama depanku.

"Ternyata Leader Grudge Cluster menakutkan."

"Terserah kau!" Aku melanjutkan langkahku meninggalkannya yang kini kembali mengoceh. Sial! Kekesalanku memuncak tatkala mendengar perkataan leader sialan itu.

Ternyata lelaki itu adalah tipe lelaki yang emosional, angkuh dan memiliki mulut yang tajam. Apalagi baru saja ku dengar bahwa ia telah menantangiku. Dengan begitu, kemungkinan besar Coast Town benar-benar bukan geng biasa. Sudah terbukti dari ucapan sang leader yang tajam tadi. Tapi, aku cukup puas karena sudah mengetahui dengan langsung siapa dan bagaimana sifat dari lelaki yang bernama Hasegawa Ryusei itu.

Saat tiba di persimpangan menuju markas, aku melihat semua anggota Grudge Cluster tengah berdiri di depan pintu markas. Mereka seperti tengah membicarakan sesuatu. Gun yang melihatku langsung menghampiriku.

"Omi, markas kita diserang," ungkap Gun dengan wajah yang panik. Aku mengernyitkan dahiku dan segera berlari menuju markas. Benar saja! Saat aku masuk ke dalam, semua barang-barang hancur, berantakan tidak karuan.

"Aku menemukan ini di atas serpihan gelas." Kazuma memberikan secarik kertas yang berisikan kata 'search me, Hiroomi!' kepadaku. Lagi-lagi aku mengernyitkan dahi.

"Sepertinya dia ingin memancingmu keluar."

"Mereka semakin menjadi, Omi. Kelakuan mereka semakin lama semakin mengganggu kota dan lebih tepatnya kita. Ini sudah keterlaluan. Haruskah kita bertindak?" tanya Gun dengan wajah yang serius. Aku memandangi kertas itu. Ini sudah kesekian kalinya beberapa orang ingin aku keluar markas. Aku tahu ini sudah keterlaluan, mereka sampai-sampai harus merusak tempat berkumpul kami hanya karena ingin diriku muncul di hadapan mereka. Sayangnya, lagi-lagi aku tidak ingin memperpanjang hal semacam ini.

"Sudahlah! Aku malas mengurusi hal tidak jelas. Lebih baik kita rapikan semua ini," ucapku dengan tenang sambil meremas kertas itu lalu merapikan kursi-kursi yang terguling. Semua anggota Grudge Cluster mulai membantuku.

Ck! Jujur saja, aku ingin mencari tahu siapa pelaku di balik penyerangan markasku. Tapi, untuk saat ini aku hanya bisa memperhatikan, menebak-nebak siapa biangnya. Jika aku langsung turun tangan, maka yang ada adalah peperangan. Aku tidak mau membuat kota semakin kacau akibat balas dendamku itu. Untuk saat ini, aku hanya bisa melihat sejauh mana mereka ingin menggangguku. Jika mereka benar-benar ingin membuatku mengamuk, maka tak ada pilihan lain selain turun tangan. Argh! Mendou na! Tapi, mau bagaimana lagi? Jika diabaikan, mungkin orang itu akan melakukan hal yang lebih parah dari merusak markas Grudge Cluster.

"Omi, kita harus mencari pelakunya," kata Ryu.

"Biarkan saja mereka melakukan hal sesuka mereka," balasku tanpa menoleh.

"Ck! Sejak tadi kau hanya bisa diam, membiarkan mereka melakukan hal sesuka mereka di kota. Jika bukan Grudge Cluster siapa lagi yang akan melindungi kota? Coast Town? Akutou koukou atau Cruel Soul? Atau si Yakuza Akkan Zoku itu? Tidak mungkin, kan?" tanya Ryu yang mulai menaikkan nada bicaranya. Aku hanya diam tak menanggapi apa yang ia katakan. Sungguh, aku tidak berniat membahas hal ini.

"Rapikan saja dulu markas! Baru kau boleh mengoceh," perintahku sambil memindahkan beberapa gelas plastik ke tempat asalnya.

"SEBENARNYA ADA APA DENGANMU? KENAPA KAU SEAKAN-AKAN TIDAK PEDULI DENGAN KOTA? KAU TIDAK MUNGKIN LUPA TUJUAN DIBENTUKNYA GRUDGE CLUSTER, BUKAN? ASAL KAU TAHU, KAU SEPERTI SEORANG PENGECUT!" bentak Ryu dengan nada suaranya yang begitu keras dan menggema di ruangan ini.

"Ryu, kau terlalu banyak bicara. Simpanlah emosimu itu. Sekarang kita sedang membersihkan markas, lebih baik ka―"

"KAU BENAR-BENAR SEORANG PENGECUT, HIROOMI!"

BUG!

Satu pukulan mendarat tepat di wajah Ryu. Kini di sudut bibirnya mengalir darah segar. Aku menatapnya tajam yang kini terlihat syok. Ya, aku menghajar wajahnya itu. Ia terlalu banyak mengoceh. Ku bungkam saja dengan tinjuanku.

"Ku bilang simpan emosimu. Jika kau tidak mau, silahkan keluar dan tenangkan pikiranmu," ujarku dengan datar lalu kembali melakukan aktivitas sebelumnya yang tertunda. Tentu, setelah kejadian tadi, suasana ruangan ini menjadi hening. Seakan-akan semuanya berhenti bergerak karena hantaman kepalan tanganku itu.

"Aku tidak akan lupa akan tujuan Grudge Cluster, Ryu. Bahkan mungkin hanya aku yang mengingatnya dengan baik, dan mungkin pula perkataanmu benar, seorang Leader Grudge Cluster yang bernama Fuyuki Hiroomi itu seorang pengecut. Ia tak melakukan apa-apa saat keadaan sepenting ini. Tapi asal kau tahu, aku melakukannya bukan tanpa alasan. Bisa saja malam ini aku mencari tahu siapa biang dari masalah ini, bisa pula aku membasmi Coast Town detik ini juga. Tapi, Ryu, semua perlu rencana. Grudge Cluster tidak akan melakukan hal gegabah tanpa rencana." Aku mengatakannya sambil melirik anak itu. Rupanya, bukan hanya ia yang syok, terlihat semua orang di dalam ruangan ini membungkamkan suara mereka. Ya, aku sangat jarang sekali memukul teman-temanku. Mungkin ini pertama kalinya aku melakukannya.

"Aku ataupun kau dan kalian tidak tahu siapa pelaku dari penyerangan ini. Ak―"

"MAKA DARI ITU KITA HARUS MENCARI TAHU AGAR KITA TAHU SIAPA PELAKUNYA!" tegas Ryu yang kini semakin meninggikan nada suaranya. Aku langsung menatap mata lelaki sialan itu dengan tajam. Berani-beraninya ia masih berteriak dengan suara yang tinggi.

"Ryu, cukup!" tegur Gun.

"Aku setuju dengan Ryu-san. Kita geng pembalas dendam, maka dari itu kita harus membalaskan dendam kita karena mereka yang sudah menghancurkan markas. Cara satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah mencari tahu si pelaku lalu membasminya, agar mereka tidak kembali mengusik kita." Ryota ikut menimpali. Kini mataku teralih kepada lelaki berwajah baby face itu.

"Lalu?" tanyaku. Ia terlihat memasang wajah bingung.

"Lalu ...."

"Kau bahkan tidak bisa memikirkan apa yang akan terjadi setelah kita menyerang mereka. Kemungkinan besar mereka justru menyerang kembali. Jika kita serang balik mereka, kita akan kembali diserang lagi dan lagi. Aku yakin hal itu akan terus terjadi hingga salah satu di antara kita atau mereka melayangkan nyawa. Aku tidak ingin mengambil risiko itu. Aku sudah memberi tahu kalian bahwa geng-geng baru yang bermunculan akhir-akhir ini memiliki tujuan besar. Tidak seperti geng-geng dulu yang hanya bertujuan tidak penting seperti bersenang-senang mengusik Grudge Cluster. Walaupun mereka terlihat hanya memiliki beberapa anggota, tapi otak mereka sangat pintar dan bisa saja mereka mencoba menghancurkan kita. Maka dari itu, aku ingin Grudge Cluster tidak lagi mengambil keputusan seenaknya. Aku tidak ingin merusak keseimbangan antara Grudge Cluster dengan geng-geng itu. Jika kita memulainya, maka kota yang akan menjadi korban. Apakah itu yang kalian inginkan?" omelku sambil menatap satu persatu teman-temanku.

Ya, inilah keputusan baru dariku. Mencoba melindungi Grudge Cluster agar tidak menambah kekacauan di kota. Seperti yang ku katakan, semua perkataanku bukan berarti aku ini tidak peduli dengan kota. Aku hanya ingin memikirkan sebuah rencana besar agar suasana kota ini kembali seperti dulu. Sebenarnya tak masalah bagiku jika Ryu ataupun yang lain mencari tahu siapa pelaku perusak markas kami, hanya saja entah mengapa aku melarang mereka bertindak. Aku tidak ingin mereka terlibat dengan geng-geng itu.

"Bukankah itu sama saja kau takut, Omi? Dengan beralasan seperti itu sudah menunjukkan bahwa kini kau tidak mampu membalas mereka karena mereka berbeda dengan geng-geng yang dulu," tutur Kazuma yang kini terdengar merendahkanku. Aku menoleh.

"Aku tidak peduli apa yang kalian katakan dan aku tidak akan memberi tahu alasanku mengatakan hal ini. Tapi, ku peringatkan! Jika salah satu dari kalian mencoba mengusik mereka, maka aku tidak akan tinggal diam. Mengerti?" ancamku dengan tajam lalu beranjak dari markas. Chikuso!⁴ Aku mulai terpancing emosiku sendiri. Jika diingat kembali, mungkin yang dikatakan Kazuma benar. Mengatakan hal itu seakan-akan aku ini takut. Ya, mau bagaimana lagi? Semua ku lakukan demi melindungi mereka dan kota.

Untuk saat ini lebih baik aku mendinginkan otakku sebelum kembali ke markas. Jika saja aku tidak keluar, mungkin anggota Grudge Cluster akan menjadi korban akibat amukanku.

Bersambung ...

><><><

Note :

Jidouhanbaiki : Mesin minuman

1 : Apa-apaan itu?

2 : Hebat!

3 : Menarik sekali!

4 : Sialan!

Arigatou! Thank you! Nuhun! Terima kasih! Obrigada!