"Ya. Kerja sama tim menjadi salah satu cara agar dapat mengalahkan lelaki itu." Naoto dan Taiki terdiam. Sepertinya mereka mulai mempercayai Makoto. Walaupun apa yang dia katakan cukup membingungkan, tetapi jawabannya sangat meyakinkan, dan lelaki itu pun mengetahui cara agar dapat mengalahkan Kaisei. Hal ini membuat keduanya sedikit dilema, apakah mereka harus mempercayai Makoto atau tidak?
"Jadi, bagaimana? Apakah kalian menerima bantuanku?"
"Tunggu dulu! Tadi kau bilang ada syarat. Apa syaratnya?" tanya Taiki penuh penasaran. Makoto tertawa kecil.
"Jika Nagamasa-senpai dan Kichiro-senpai ingin menuruti apa yang ku ucapkan, maka aku akan langsung memberi tahu kelemahan Kaisei." Makoto menunggu jawaban dari kedua orang di hadapannya itu yang saat ini terlihat tengah berdiskusi melalui tatapan. Karena hal ini cukup penting bagi mereka, Naoto dan Taiki pun menganggukkan kepalanya bersamaan.
"Kami akan melakukannya, asalkan tidak menjadi pesuruhmu," balas Naoto.
"Tenang saja, aku tidak akan menjadikan kalian pesuruhku. Jadi, yang pertama, kalian harus mendengarkan penjelasanku tentang kelemahan kalian!"
"Senpai, kau bilang bahwa kau ingin menjadi yang terkuat karena ingin melindungi orang lain, kau bertarung dengan mereka hanya untuk itu. Bukankah hal tersebut malah membuatmu tersiksa? Dengan mempertaruhkan nyawa kepada mereka yang jelas-jelas tak akan sebanding denganmu dan kau justru merasa bahwa dirimu sudah berada di atas puncak. Memperlihatkan keegoisanmu hanya karena ingin meniru seseorang. Ka―"
"Kau mencoba merendahkanku?" tanya Naoto dengan mata yang membelalak serta dahi yang mengernyit. Makoto tertawa kecil.
"Bukan begitu, Senpai. Aku harus jujur padamu agar kau mengerti."
"Ck! Mendou na¹," balas Naoto dengan kesal.
"Bahkan kau melawan mereka tanpa tahu kelemahannya, dan tanpa kau sadari kau masih di bawahku. Maksudku, dalam hal bertarung. Ka―"
"HAH? LAGI-LAGI KAU HANYA MERENDAHKANKU. SEBENARNYA APA MAUMU? BEKERJA SAMA ATAU MENGHANCURKANKU?" teriak Naoto. Ia berjalan mendekati Makoto dan kembali mencoba menghajarnya. Walaupun terlihat sia-sia karena lelaki bertopi itu selalu menghindar, Naoto terlihat tak ingin menyerah. Ia ingin sekali memukul siswa kelas satu itu.
"Lihatlah, Senpai! Dalam jarak dekat saja tanganmu masih tidak cukup untuk mengenaiku, apalagi jika melawan Kaisei, mungkin dia akan mematahkan lenganmu." Naoto semakin geram dan ia terus menerus melakukan hal tersebut dengan menggebu-gebu.
"Yamero, Naoto! Dia mencoba merendahkanmu hanya untuk melihat bagaimana perlawananmu terhadap ucapannya dan dia hanya ingin menguji kekuatanmu. Bukankah begitu, Tadakuni?" tanya Taiki membuat Naoto menghentikan aksinya. Makoto berjalan santai mendekati lelaki berambut blonde itu.
"Namaku Tadayoshi. Kau benar, Kichiro-senpai. Setelah ku tahu Nagamasa-senpai tak mahir dalam berkelahi, maka tak ada cara lain selain membuatnya melatih dirinya sendiri," jawab Makoto lalu membalikkan tubuhnya menatap Naoto.
"Melatih diri sendiri? Maksudmu?" tanya Makoto dan Naoto.
"Dengarkan dulu penjelasanku, Senpai. Kalau kalian tak mendengarkan penjelasanku, kalian tidak akan dapat informasi tentang Kaisei." Makoto mulai berani mengancam dua lelaki ini. Dengan terpaksa mereka mengangguk pelan.
"Senpai, kau akan pergi ke suatu tempat dan akan bertemu dengan seseorang. Dia adalah petarung profesional, sudah mendapatkan sabuk hitam sejak kelas satu sekolah menengah. Aku yakin kau akan menjadi profesional jika mendapat pelatihan darinya."
"FUZAKENNA! AKU BUKAN LELAKI LEMAH. AKU TIDAK PERLU MELAKUKAN PELATIHAN TIDAK PENTING ITU. CEPAT BERI TAHU AKU KELEMAHAN KAISEI! AKAN KU BUNUH SI BRENGSEK ITU DENGAN KEKUATANKU SENDIRI!" teriak Naoto tak tertahankan. Dadanya naik turun dengan nafas yang terengah-engah, ia begitu membenci apa yang dikatakan Makoto.
"Seseorang itu bahkan kenal dan dekat sekali dengan Fuyuki Hiroomi. Bukankah ini kesempatan besar untuk mendekati si penyelamatmu itu?" pancing Makoto. Naoto memudarkan kernyitan di dahinya. Rupanya Naoto terpancing oleh ucapan lelaki itu.
"Aku tahu Nagamasa-senpai ingin sekali menemui dia karena suatu alasan. Sayangnya, untuk saat ini kau merasa bahwa dirimu masih lemah, belum sebanding dengan Omi. Saat kau sudah sebanding dengannya, maka kau akan menemui dia. Menyombongkan hasil kerja kerasmu selama ini. Iya kan?" tebak Makoto sambil menaikkan kedua alisnya. Alih-alih menjawab, Naoto justru mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Lalu ... Kichiro-senpai, kau memiliki kelebihan yang jarang sekali orang miliki. Kau dapat membaca pergerakan tubuh musuhmu. Contohnya saja, saat Nagamasa-senpai mencoba menghajarku, kau melihat bagaimana reaksiku terhadapnya dan kau dapat menjelaskan hal tersebut dengan mudah. Hal itu menjadi salah satu cara untuk mengalahkan Kaisei," lanjut Makoto kepada Taiki. Mendengar penjelasan itu membuat keduanya terdiam.
"Nagamasa-senpai, kau memiliki teman yang cocok dalam hal ini. Kemenangan akan kau dapatkan jika kau bekerja sama dengan Kichiro-senpai."
"Atarimae darou!² Aku akan melakukannya dengan Taiki, iya kan, Taiki?" balas Naoto. Taiki hanya mengangguk.
"Sebelum aku memberi tahu kalian kelemahan Kaisei, kalian harus menemui seseorang yang ada di dekat stasiun di daerah pantai. Alamatnya sudah aku tulis di sini dan kalian hanya perlu mencarinya lalu meminta pelatihan darinya," kata Makoto sambil mengeluarkan sebuah kertas berisi alamat lengkap dan selembar foto. Naoto pun mengambilnya.
"Temui lelaki bernama Chisato Riku. Hati-hati, dia mudah emosional dan selalu berpindah tempat. Ini adalah lokasi terakhir dia berada, mungkin dia masih ada di sana. Jika kalian tidak menemuinya, maka kalian hanya perlu mencari dia ke seluruh kota. Setahuku, tempat dia bepergian hanya di kota ini."
"Siapa Chisato Riku ini? Apakah dia orang yang dikenal masyarakat?" tanya Taiki.
"Tidak juga. Justru kesulitan kalian berada di titik itu, di mana kalian akan kesulitan mencarinya. Tenang saja, aku akan membekali kalian dengan foto itu. Mungkin beberapa warga mengenalnya, seperti toko yang pernah dia kunjungi, mungkin."
"Bagaimana kalau kita tidak menemuinya dalam 24 jam? Apa yang harus kita lakukan?"
"Cari saja dulu, jika tidak, kalian bisa kembali menemuiku. Rumahku berada di ujung jalan menuju ke sekolah ini. Kalau begitu, selamat bertugas, Nagamasa-senpai, Kichiro-senpai. Ganbare yo!" Makoto beranjak dari rooftop. Setelah kepergiannya sudah tak terlihat lagi, Naoto dan Taiki mulai mendiskusikan bagaimana mereka akan memulai perjalanan mereka mencari seseorang yang bernama Chisato Riku. Mungkin ini tidak akan mudah, tapi demi mendapatkan informasi kelemahan Kaisei, mereka akan melakukannya walau sesulit apapun. Jika mereka mencari dengan cepat, maka informasi itu akan cepat pula mereka dapatkan. Dengan begitu, Naoto dan Taiki akan langsung menghajar Kaisei jika sudah tahu kelemahannya.
Bersambung ...
><><><
Note :
1 : Menyusahkan
2 : Tentu saja
3 : Semangat
Teman-teman jangan lupa buat tinggalin komentar dan jadiin ceritaku koleksi buku kalian ya? Aku harap kalian gak jadi silent reader. Karena aku nungguin banget komentar kalian.
Arigatou! Thank you! Nuhun! Terima kasih! Obrigada!