Salma yang polos, terkesan biasa saja ketika melihat Laki-laki keren di hadapan nya, dengan serangkaian pakaian mahal tentu nya, serta wajah yang ada hiasi bulu di bagian bawah bibir, membuat nya semakin terlihat sempurna menjadi laki-laki, kesempurnaan nya bagaikan Dewa yang seringkali mendapat pujian dari kaum hawa, tapi tidak dengan Salma.
"Anu pak, Salma mau tanya yang pesanan Bapak ..."
belum juga Salma menyelesaikan pembicaraan nya, lalu Pratama berkata "Pak Warto, tolong antar Salma ke ruang saya ya. jangan pakai lift saya. pakai lift depan aja" Jelas nya dengan tegas, dan meninggalkan Salma serta Pak Warto.
"Ayo Mbak.." ajak Pak Warto, bergegas masuk ke dalam.
**
"Mbak, tinggalin id dulu ya" tegur salah seorang karyawan wanita, berwajah super jutek menjaga di recepsionis.
"Baik, Sebentar.." Salma mencari KTP nya di dalam tas, lalu ktp di ganti dengan Tag gantung di leher bertuliskan 'TAMU'
"Marii mbak" Pak Warto mempersilahkan Salma masuk lift, dan mengantar Salma langsung ke ruang Pak Pratama.
Lantai demi lantai terlewati, Salma melihat lampu di yang menyala menunjukan keberadaan lantai tersebut. Hingga sampai lah Salma di lantai 18. Pintu Lift terbuka, Mata Salma masih berkeliling, menjelajah ke gedung yang super besar ini.
"Silahkan, Mbak. saya antar sampai sini aja. Itu ruang Bapak ya." Pak Warto menunjuk salah satu ruangan yang paling besar di antara 2 ruangan lain nya.
"Baik pak, Saya tau. Terima kasih pak." Salma membungkukan kepala sedikit, dan lanjut melangkah ke ruangan besar itu, hati dan kaki nya gemetar.
"Ini perusahaan apa ya Allah, gede banget ya" gumam nya saat kaki nya terus melangkah.
Tok tok tok "Permisi pak.."
"Masuk!! masuk!!" Sahut seseorang dari dalam dengan suara yang khas, dan tidak asing di telinga Salma.
Salma perlahan membuka pintu, dan mengintip sedikit, malu serta takut bercampur menjadi satu.
"Masuk sini, Sal. Kok takut-takut gitu!" Panggil Pratama, matanya bolak balik antara kertas di meja nya dan Salma yang masih berdiri di perbatasan pintu.
"Heumm, iya.. pak.. Maaf saya ganggu" Salma masuk perlahan.
"Eh...Sepatu mu dimana, Sal?"
"Di depan pintu pak." jawab Salma tersipu malu.
"Aduh, gak usah di buka juga kali sepatunya." Pratama tersenyum melihat tingkah polos Salma.
"Iya pak gapapa, nanti kalau karpet nya kotor, Salma ga bisa bersihin nya pak. Karna sepatu Salma kotor." lagi jawab nya seraya menggaruk pelipis yang tidak gatal sama sekali.
Pratama menegak kan posisisi duduk, lalu melipat tangan di meja dan berkata dengan serius "Oke, jadi kamu kesini mau ngapain?"
"Saya mau nanyain, acara bapak untuk tanggal berapa, jam berapa, alamat nya dimana? Karna bapak memesan Bakso tanpa kejelasan, tapi heran nya Bapak sudah memberi DP pada ibu." tanya Salma sedikit gugup, dan kedua tangan nya saling meremas.
"Oh, itu belum pasti juga sih.. Saya masih belum tau tanggal pasti nya kapan. Tempat juga belom dapat. Cuma karna saya nyobain Bakso yang di beli sama Asep rasanya enak. jadi bikin saya penasaran dimana jualan nya. terus saya datang deh ke tempat ibu kamu jualan." suara ngebas nya membuat Salma terlarut dalam ketenangan.
"Jadi inti nya pak?"
"Inti nya ya belum pasti, Salma!!" tatapan Pratama mulai menajam, membuat Salma semakin salah tingkah.
"Oke, sekarang saya mau kerja. Kamu bisa kembali keluar dan menutup rapat pintu saya." ucap Pratama seraya menggerakan pulpen nya agar Salma bergegas keluar.
"Baik pak. Jadi uang DP nya, besok saya kembalikan aja, Saya kira beneran mau pesan untuk acara, rupa nya ..."
Pratama memotong pembicaraan dan berkata "Rupanya apa Salma? saya beneran mau pesan, Tapi waktu dan tempat belum bisa saya pastikan. Uang Dp kamu pegang aja dulu. tapi jangan di pakai sampai saya berikan informasi mengenai waktu yang tepat kapan dimulainya acara. Oke?" Pratama mengerlingkan sebelah mata, dan tersenyum tipis di sudut bibir.
Namun Prilaku manis Pratama, Membuat Salma merasa di lecehkan, Lalu ia mengerucutkan ujung bibir, mengernyitkan dahi dan berkata "Iish, Saya pamit! makasih!"
"Tutup lagi pintu nya" teriak Pratama mengiringi kepergian Salma, tak mendapat jawaban, Pratama mengintip Salma dari kaca bawah dan karna rasa penasaran nya membuat Pratama bersikap bodoh.
"Hahahhaa, dasar orang kampung. Masih ada aja manusia katro begitu di jaman sekarang. Rambutnya berantakan banget, Kemeja nya putih tapi warna nya butek banget. Pake celana coklat pula, bikin tambah hancur penampilan nya. Tas nya ya ampuuunnn.. Hahahah" Pratama membayangkan lagi betapa hancur nya penampilan Salma hari ini.
"Iishh, ngapain saya jadi mikirin si Salma. Hahahaha.." lagi gumam nya baru tersadar dari lamunan tentang Salma.
Pratama melanjutkan pekerjaan nya, sejak ia diberikan kepercayaan oleh Papa nya, untuk menjabat jadi CEO di perusahaan raksasa ini.
Di gedung ini ia memiliki lebih dari 1000 karyawan, dengan tugas yang beraneka ragam.
**
Salma berjalan kaki, menuju ke kios tempat nya berdagang. ia bergumam "Ibu pasti udah di kios nih"
Salma berlari, ketika melihat Bu yani merapihkan terpal dagangan sendiri, Dan langsung bercerita sambil membantu Ibunya menyiapkan dagangan.
"Ibu, maafin Salma kelamaan, tadi nungguin si pak Bos itu lama sekali datang nya. belum lagi mau masuk ke dalam gedung nya tuh susah banget, banyak prosedur-prosedur ribet nya."
"Halah, enggak apa-apa Sal. ibu kan tau kamu bukan main-main. Terus jadi gimana? acara buat kapan, Sal?"
"Gak jelas bu."
"Lho, gak jelas gimana?" Bu yani menghentikan merakit terpal, dan menatap wajahnya cemberut, dengan perasaan sedikit kesal pun Salma menjawab "Yang bersangkutan bilang kalau acara nya belum jelas, kapan dan dimana, Ibuuu..."
"Ooh, yaudah. nanti balikin aja uang nya. enggak usah kesel-kesel, Sal." senyum bu yani mengembang, seolah memberi semangat pada anaknya.
"Orang nya ribet bu, enggak mau di balikin uang nya. katanya biar aja di pegang dulu sama kita, tapi jangan di pake. kalau udah jelas kapan waktu untuk acara. Nanti pasti di info."
"Oohh Terus... yang bikin muka mu cemberut gitu kenapa?" tanya Bu yani sambil mengikat tali terpal.
"Anu bu, heummm.." ia gugup, matanya menatap kebawah, seolah berpikir keras mencari jawaban yang tepat.
"Bilang enggak ya, tentang si bos tadi mengedipkan mata padaku" salma bergumam dalam hati.
"Enggak ada apa-apa bu, cuma capek aja nungguin orang itu lama-lama, enggak tau nya dia belum tau jelas. tuh acara buat kapan." Salma tak jujur atas prilaku Pratama yang menimpa dirinya, Bu Yani pun memberikan semangat lagi pada anaknya. dan mengajak anaknya untuk tetep berpikir positif, meskipun keadaan tidak baik.
Hari berjalan dan berlalu seperti hari-hari kemarin, berjualan hingga sore, dan pulang membawa sebagian barang barang kotor menggunakan plastik jumbo yang di bawa nya setiap hari (Pulang dan pergi)
Jarak Rumah dengan kios tersebut hanya 30 menit dengan berjalan kaki, namun 10 menit dengan motor.
Tapi seringnya mereka berjalan kaki membawa kantong kresek jumbo.