Chereads / BUKAN PERNKAHAN BIASA / Chapter 10 - MEMULAI PERTEMANAN

Chapter 10 - MEMULAI PERTEMANAN

Setelah beberapa hari terlewati, sejak kedatangan Salma di kantor. Tama memberanikan diri untuk datang lagi ke kios bakso milik Pak Rahman itu, kali ini ia datang tidak menggunakan mobil, melainkan dengan motor sport hitam metalik 1000CC.

"Siapa tuh bu?" tanya Salma yang sedang termenung menunggu pembeli tak kunjung datang, menjadi terkejut melihat sosok laki-laki dengan jaket kulit hitam, mengenakan helm full face, serta celana panjang dongker, dan sepatu nike putih. menutup seluruh tubuh dari panas nya sengatan matahari siang.

"Gak tau, Sal." jawab bu yani, menoleh dan menaikan kedua pundak nya.

Salma celingukan, menunggu pengendara itu membuka helm, Namun ia hanya menyandarkan motor dengan kedua kakinya, dan membuka kaca Helm. memanggil Salma, "Sal, ini aku! Pratama" teriaknya, membuat Salma dengan ingin segera menghampirinya.

Tak pernah menduga Pratama akan datang menemuinya, tak pernah menduga juga bahwa ia akan berteman dengan pengusaha muda, tampan dan kaya raya.

"Sal, siapa?" Bu yani masih celingak celinguk penasaran, karna selama ini, Salma selalu bersama dirinya, berjualan dan tak pernah punya teman laki-laki selain Asep dan Supri. melihat kedatangan pratama, benar-benar di luar dugaannya.

"Bosnya Asep itu, Inget kan bu?" jawab Salma melewati ibunya dengan sedikit membungkukan tubuh, tanda menghormati.

****

"Ada apa ya, Pak?" tanya Salma, berdiri tepat dekat motor Pratama yang terparkir dengan dua kaki.

"Kok pak sih? Panggil aku Tama aja ya, Sal. sibuk gak? Aku mau ajak kamu ke suatu tempat nih..."

"Iya lumayan sibuk sih, kayanya aku gak bis..."

Mendengar percakapan mereka berdua, Yani langsung berteriak "Sibuk apa, Sal? kan lagi sepi ini nak! sana jalan gih, anggap aja hari ini kamu libur. tapi sebelum jam 4 harus sudah kesini ya, karna banti ibu tutup kios." kedua alis bu yani bergerak naik turun.

Salma terkejut bukan main, mendapat ijin dari ibunya, tapi tak nampak bagaimana respon bahagianya Pratama di balik helm hitam itu.

"Ahh, ta.. pi.. baju aku.. aku enggak enak pergi begini!" ia mengoreksi pakaiannya dari ujung kaki, hingga meraba rambut yang kusut tak tersisir. menjadi perbandingan yang sangat jauh jika melihat style Pratama saat itu.

"Oke, kita baru kenal kan. kamu percaya aja sama aku. lagi pula, aku enggak akan culik kamu. secara, ibu mu tau persis dimana perusahaanku" usaha Tama meyakinkan Salma pun, di iyakan oleh Salma, dengan anggukan kepala sekali, "Salma pamit dulu sama ibu"

"Ibu, Salma pergi sebentar ya. janji jam 4 Salma udah disini." melihat anaknya bisa menikmati hari tanpa berjualan, Bu yani pun tersenyum lepas dan bahagia. "Hati-hati ya nak, kalau di ajak macam-macam, kamu tau kan harus ngapain?" bisik bu yani.

"Iya bu, Salma tau. makasih ibu" Salma pun memalingkan tubuh, dan menaiki motor Pratama yang besar.

"Permisi ibu, Aku ajak Salma sebentar ya" pamit Pratama dari jarak motor dan tempat duduk Yani.

"Oke nak, hati-hati ya. jam 4 harus sudah disini ya nak"

"Siap ibu" jawaban Tama, ia menyalakan motor dan langsung pergi.

Semua supir ojek di pangkalan, sedari tadi menjadi saksi kedatangan Pratama. Disana tidak ada Supri, tapi suatu saat akan ada yang memberi tahu pada nya, tentang kejadian hari ini.

****

Mata Salma tercengang, ketika Pratama berhenti di sebuah toko bertulis kan "Mango Boutique".

"Ayo turun" Pratama membuka helm dan jaket kulitnya, seketika membuat Salma terpesona, Karna baju yang yang di kenakan Tama pas body, Sehingga membuat tubuh atletis serta otot di tangan nya terlihat jelas. Rambut tebal pada wajah Pratama juga membuat nya tampak seperti pesepak bola David Beckham.

"Heii, kok bengong?" Pratama menepuk perlahan bahu Salma, yang memandang tanpa berkedip.

"Salma enggak lagi mimpi kan ya?" masih memandang Tama, terpesona.

"Aaahhh, ayoo masuk. Pake bengong segala, udah jam berapa ini!" Tama menarik tangan Salma ke dalam butik tanpa basa basi.

"Hah, mau ngapain kita kesini?" respon Salma ketika tersadar ia memasuki ruang penuh baju-baju bagus, di tempat seperti ini, tentunya harga baju ga ada yang murah.

"Mau cari baju lah, masa mau beli gorengan!" jawaban sinis Tama, memaklumi kepolosan Salma.

"Tapi ini tempat baju perempuan semua, Kamu mau minta temenin baju untuk pacar kamu ya?" mata Salma berputar mengelilingi setiap sudut ruangan yang penuh baju cantik.

"Enggak mungkin aku ajak kamu, kalau mau cari buat pacarku, karna kamu juga enggak akan ngerti fashion kan!"

"Ooh, iya juga ya.." jawab Salma melongo, menatap polos.

Karna Pratama berteman baik dengan pemilik butik, semua karyawa menyapa dengan penuh hormat, dan menuruti perintah Tama, mencarikan baju yang sesuai untuk perempuan yang ada di sampingnya, Salma.

Salma menolak halus, dan berbisik pada Tama, "Salma enggak bawa uang tau, lagian salma enggak mau beli baju disini pasti mahal" Salma memohon seraya memegang lengan Tama, dan mengernyitkan dahi, seolah takut.

"Beli baju disini, harus sama aku, biar bisa gratis." jawab Tama dengan bibir merekah.

"Ah, enggak ahh.. Salma mau pulang aja." seketika Salma beranjak melangkah menjauh, lalu Tama mengejar langkah Salma, serta memberikan sedikit alasan "Sal, anggap aja ini hadiah, hadiah karna kamu mau temenin aku keluar hari ini, dan aku mau ajak kamu makan, kan gak mungkin kamu ke restauran pake baju ini"

"Ooh, kalau cuma mau makan enggak usah ke restauran, Salma tau tempat makan yang enak."

"Oke, tapi kamu harus terima hadiah dari aku dulu, baru nanti aku ikut ke tempat yang kamu bilang enak itu."

"Iyaa, tapi Salma mau nya pake celana panjang dan kaos aja ya."

"Oke, deal ya!" Mbaa Carikan celana panjang, kaos dan jaket kulit, sepatu nya sekalian." teriak Tama bahagia, memerintah karyawan seraya berkacak pinggang.

Pratama duduk menunggu Salma berganti pakaian, dan beberapa karyawan terlihat sibuk mencarikan fashion yang sesuai untuk Salma, Setelah beberapa menit, Salma keluar dari kamar ganti.

"Gimana? Cocok gak?" tanya Salma malu-malu.

Kali ini mata Pratama, seorang pengusaha muda ini yang terpesona, melihat sosok wanita yang berdiri di hadapan nya.

Tama memindai penampilan Salma, dari ujung rambut Rambut digulung membulat ke atas, kaos LV putih, di padukan dengan celana jeans panjanga hitam, serta ujung kaku, sepatu semi boot, dan tak lupa jaket hitam. Perpaduan yang sempurna untuk menyeimbangkan penampilan Tama kali ini.

"Bagus, bagus banget. Ayo lets go..." terpampang senyum di bibir Tama.

Bukan tak pernah, bagi Tama melihat sosok perempuan cantik. Bahkan banyak yang lebih cantik dari Salma, yang mengejar hingga mengemis cinta pada Tama. Namun saat melihat Salma sejak pertama kali, Tama merasakan ada sesuatu yang bergetar hebat di dalam dadanya.

"Terima kasih mba." ucap Salma pada karyawan yang telah membantu Salma mendapat setelan yang pas. Tama jalan lebih dulu, Salma pun mengekor.

****