Chereads / BUKAN PERNKAHAN BIASA / Chapter 15 - KENCAN II

Chapter 15 - KENCAN II

Bab 15 Kencan part II

Dengan pandangan sedikit memohon, Tama berkata "Aku udah kasih reason, Sekarang kamu jawab pertanyaan aku, apakah kamu suka sama aku?"

"Aku gak tau suka atau gak, tapi tiap kali aku ketemu kamu, aku juga merasakan hal yang sama seperti kamu, jantung ku berdegup kencang"

"Karna aku kaya?"

Ucapan Tama membuat suasana hati Salma berubah dratis 360 derajat, Salma sangat tak nyaman dengan perkataan Pratama.

"Maaf? Maksud kamu apa!" bibir Salma mengerut, dahi pun mengernyit.

Sadar akan perkataan nya adalah hal yang salah, Pratama meminta maaf, Namun untuk Salma bukan maaf yang butuhkan.

"Kamu menganggap, Salma suka sama kamu karna kamu kaya, Mungkin ada benar nya juga! jadi lebih baik, kamu cari perempuan kaya cantik yang mencintaimu apa ada nya. Karna pertanyaan itu tak pantas kau ajukan untuk Salma. mengingat umur pertemanan kita yang terbilang sangat singkat. bagaimana cara ku mencintai mu apa ada nya, akankah Tama bersedia memilih Salma dari pada kekayaan yang Tama miliki saat ini, Kalau iya. Salma pun akan menemani Tama berjuang hingga kesempatan hidup Salma berakhir." Jelas Salma seraya menitikan air mata yang terbendung penuh di kelopak mata. Tak terima akan ucapan Tama, Salma terus mengeluarkan air matanya.

Melihat hal tersebut, Tama menjadi merasa bersalah, karna sebelum nya, hubungan Tama berjalan karna kekayaan yang Tama miliki.

"Aku punya ide, gimana kalau setelah nikah, kita tinggal di kontrakan aja?" tanya Tama, memancing jawaban Salma.

"Salma setuju! kita bisa jualan bakso, dan Tama bisa narik ojek. hidup bahagia gak mesti kaya! Salma nyaman hidup biasa biasa saja" jawab Salma sambil sesekali mengusap air mata dengan tissue.

"Oke, kapan kamu siap ketemu keluarga aku?"

"Kapan Tama siap bawa Salma ke keluarga Tama?" Salma kembali menantang Pratama.

Pratama tak mampu menjawab, ia hanya diam. tiba-tiba jentikan jemari Salma menyadarkan Tama dari lamunan pendeknya seraya berkata "Ahaaa.. gimana kalau sekarang kita pulang dulu, Yang penting kita berdua udah tau gimana perasaan kita masing-masing"

"Oke, Ayo kita pulang, tapi sebentar aku bayar makan dulu ya."

Salma memanggil waitres, memberikan credit card berwarnda hitam nya, setelah itu mereka berdua pun bergegas kembali ke mobil, untuk menuju rumah.

****

Sepanjang perjalanan mengantar Salma, Tama berpikir keras, bagaimana caranya agar Mami beserta keluarga besar bisa menerima segala kekurangan Salma.

"Tama, baju ini gimana?" Salma memandang dress yang menempel di tubuhnya.

"Besok laundry aja, sepatu nya juga jangan sampai kotor, supaya bisa di pakai saat ketemu keluargaku."

"Ketemu mereka dengan gaun ini?" Salma melirik, dan menaikan sebelah alisnya.

"Yup.." Tama mengerlingkan mata pada Salma, Dan tersenyum sangat manis.

"Kita sama-sama berpikir ya, gimana baik nya. aku cari waktu yang pas untuk pertemukan kamu dengan keluargaku. begitupun dengan kamu, harus siap kapan pun aku bawa kerumah.."

"Salma siap, kalau Tama juga siap. Salma gak pernah pacaran, jadi mohon maaf, Salma gak bisa berlaku seperti pasangan-pasangan pacaran yang ada di luaran, atau seperti mantan-mantan Tama."

"Lho, Emang sekarang kita pacaran?" tanya Tama wajah nya serius menatap Salma.

"Lhoo? hehehe Salma gak ngerti." Salma memasang wajah polosnya, dan tersenyum hingga gigi putih nya terlihat.

"Kita gak pacaran, Salma. Kita langsung nikah. jadi aku bukan pacar kamu. aku ini calon imam mu."

Mobil Tama behenti, tepat di depan rumah Salma.

"Jujur aku bosan pacaran, semua hubungan pacaran ku berakhir menyakitkan. di antara ketiga mantan pacarku, mereka tidak setia.." kedua kelopak mata Tama perlahan tertunduk.

"Insya Allah, Salma setia dalam Allah."

"Heumm, Iya Sal. Yauda kamu masuk gih, aku mau langsung pulang"

"Kamu enggak mau pamitan dulu, sama calon mertua?" sindir Salma, lirikan nya penuh arti.

Entah kenapa, Pratama menuruti keinginan Salma.

Pratama membuka kan pintu mobil nya untuk Salma keluar, menggandeng tangan Salma dengan sangat lembut.

Sementara di balik jendela, Yani dan Rahma mengintip, agak keheranan dengan sosok yang ada di balik mobil itu, "Tampak seperti orang penting ya pak, kalau di liat dari baju nya mewah banget" celetuk Yani, dan iyakan oleh Rahman dengan anggukan kepala.

Salwa pun, ikut mengintip dari jendela bersama kedua orang tua nya, "Itu siapa sih bu? enak banget ya jadi orang kaya.. naik turun mobil di tuntunin"

"Sstt, jangan berisik.. ibu juga lagi nungguin itu siapa!" celetuk Yani.

"SALMAAAA!!!!" ketiga pasang mata yang sedang mengintip itu terkejut setelah melihat sosok yang keluar dari mobil dengan heels dan dress mewah tersebut adalah Salma.

Dengan segera Salwa ingin menghampiri Salma, namun tangan bu yani memegang erat tangan Salwa seraya berkata "Jaga sikap!! kamu jangan jutek sama orang baru"

"Gak bu, aku gak jutek, aku penasaran, kenapa orang kaya Salma dapat pacara setampan dan sekaya itu! Dalam sehari, penampilan Salma berubah total.. membuat hati ku tak bisa menerima kenyataan ini" Jawab Salwa, matanya mengikuti setiap langkah Salma yang hampir mendekat pintu rumah.

"Ibuuuu.. Bapaakk.." teriak Salma, dengan sepersekian detik juga kedua orang tua nya keluar rumah.

"Kamu cantik banget, Salma.. anak ibu cantik banget, Terima kasih ya nak sudah bikin anak ibu jadi cantik begini. Ibu sampe pangling liat kamu, Sal" Yani membelai dari rambut hingga ke drees yang di kenakan oleh Salma.

"Saya mau sekalian pamit sama bapak dan ibu, Selamat malam"

"Iya nak, hati-hati ya. bapak juga ga menganjurkan untuk mampir, karna seharian kalian sudah di luar, pasti lelah untuk mengobrol lagi." Rahman memberikan penjelasan yang baik.

Dengan sekali anggukan, Pratama pun membalikan tubuh nya, menuju ke mobil.

****

"Sal, itu pacar lo?" tanya Salwa penasaran, langsung duduk mendekatkan diri pada Salma.

Salma menarik napas panjang, merebahkan pundak nya di sofa tua milik nya, Dan bercerita apa yang terjadi hari ini pada dirinya. Kedua orang tua Salma dan saudara kembarnya itu hampir tak percaya dengan ucapan Salma, Namun Salma berusaha meyakinkan keluarga nya.

"Pak, Bu, Wa.. Apa pernah Salma membohongi kalian, walau hanya sekali saja?" ucap nya penuh usaha, tersenyum simpul, seraya memeluk tubuh ibunya.

Kedua orang tua Salma sangat senang mendengar kabar baik itu, namun Rahman tiba-tiba terlihat sedih.

"Bapak kenapa?" tanya Salma.

"Bapak cuma gak mau orang kaya itu mempermainkan perasaan mu, lagi pula, apa mungkin orang sekaya itu jatuh cinta sama pedagang bakso seperti Salma?" lirihnya, tatapan kesedihan pun mulai terlihat jelas.

"Paak, Kalau pun dia hanya mempermainkan perasaan Salma, ya gak apa-apa. Toh Salma menikmati setiap proses yang bikin Salma jadi lebih baik."

"Gak Adil, Sal. lo gak adil! gak mungkin orang sekampungan lo, bisa di sukain laki-laki itu!!" respon Hawa terlihat tak menyukai, keberuntungan yang memihak Salma.

"Wa, kalau kamu mau. kamu boleh dekatin Pratama kok. aku ikhlas, asal kamu bahagia, Wa!" rayu Salma pada Hawa tak membuahkan hasil, Hawa berlari ke kamar dan membanting pintu kamar.

****