Chereads / BUKAN PERNKAHAN BIASA / Chapter 11 - MAKAN BERSAMA

Chapter 11 - MAKAN BERSAMA

Salma masih memberi petunjuk jalan pada Pratama, menuju ke tempat makan. tangan kanan dan kirinya bergerak bergantian sebagai penunjuk arah.

Karna bentuk motor Pratama yang menungging, membuat posisi duduk Salma seringkali bergeser maju dan hampir menempel pada tubuh Tama yang bidang, berkali-kali Salma membenarkan posisi duduk, agar ada jarak dengan tubuh Pratama, Namun berkali-kali juga ia bergeser dari duduknya.

akhirnya tangan Salma pun memegang erat pada besi belakang motor, agar menjaga posisi duduk tetap ada jarak.

Melihat sikap Salma yang aneh itu, tak membuat Tama protes. ia hanya terus mengikuti petunjuk tangan Salma.

"Nahh, itu tu di depan situ, belok kiri ya." ucap Salma, tangan kiri nya maju mengenai lengan Pratama.

"Kamu gak salah ini?" tanya Tama agak heran, Karna jalan yang di arahkan oleh Salma, tak asing.

"Gak dong! tiap hari aku lewatin ini, masa bisa salah!" jelas Salma, sedikit tersenyum di balik helm full facenya.

"Nah berenti sinii, stop stopp stopp" salma menepuk nepuk pundak tama, beberapa kali.

"Ahh, kamu ngaco! kamu permainkan aku, Sal?" tanya Tama agak kesal, karna Salma meminta menghentikan motor tepat di depan Bakso&Bakmi legend, Milik Pak Rahman, yang tak lain ini adalah kios dagangan Salma.

"Iya kan katanya mau makan, ya disini aja.. Dagangan kami enak kok. kamu cobain aja deh.. Dijamin ketagihan!" Jelas Salma bersemangat mempromosikan, lalu kakinya perlahan turun dari motor, membuka Helm, dan mempersilahkan Tama untuk masuk ke dalam kios.

Tama pun membuka helm, tampak raut wajah Tama tampak kesal, Namun Salma tetap tersenyum seraya mengangatkat alis.

"Kamu ngga suka disini ya?" ucap Salma, senyumny berubah menjadi penyesalan.

"Kamu mempermaikan aku, Sal!"

"Gak ada maksud mempermainkan kamu, Tapi aku mau kasih tau kamu, kalau makanan disini enak. Dan juga kamu ngga perlu keluar uang banyak-banyak. baju ini akan aku kembalikan," Ucap Salma melemah, dan tertunduk penuh rasa bersalah, menyesali ide buruk nya, lalu berkata lagi "Dan.., baju ini akan aku kembalikan setelah aku cuci ya.." lirihnya, memegang baju yang menempel pada tubuh muungil Salma.

Karna sikap polosnya Salma ternyata mampu meluluhkan rasa kesal dalam hati Tama, lalu akhirnya Tama ikut turun, dan mengajak Salma masuk ke kios meskipun dengan wajah datar, "Ayo masuk, aku kepanasan nih!" ia membawa serta helm ke dalam kios.

Salma tersenyum seraya berkata "Udah ngga marah lagi?" ucapnya saat melangkah masuk.

Tama menggelengkan kepala serta berucap "Mana bisa marah sama kamu, Sal"

Sedangkan Bu Yani terlihat santai menyandarkan kepala pada tembok kios yang berwarna biru, ia berusaha menikmati setiap detik kejadian pada Salma dan Tama, dengan seksama.

"Selamat siang siang, bu" sapa Tama, langsung duduk di samping Yani, membuyarkan pandangan Yani.

"I..iya.. selamat siang juga. Sal, kamu pake baju siapa ini?" jawab bu yani membenarkan posisi duduk, ia langsung tersadar melihat pakaian Salma yang berubah, dalam waktu kurang dari 2 jam.

"Di belikan sama bos si Asep itu bu. Salma sungkan mau sebut nama nya."

"Eheumm.. eheuumm.." Pratama berdehem, karna jarak duduknya hanya berjarak 5 bangku dari Salma, mampu membuat telinga Pratama menangkap jelas ucapan Salma.

"Hehehe, maaf.." Salma tersipu malu, dan mengangguk sedikit.

Salma lanjut meracik bakso dan bakmi untuk Pratama, sebagai imbalan karna sudah memberikan baju bagus pada Salma, jelas bukan imbalan yang sepadan jika dilihat dari harga bakso dengan baju butik, bukan?!

"Selamat menikmati, ngga usah bayar ya, anggap aja makannya Salma yang bayarin!" Salma meletakan satu per satu mangkuk bakso dan bakmi, ia melirik dan memberikan setengah-senyum.

"Aku juga ngga mau bayar, kan kamu yangg beride kesini!" Pratama membalas lirikan Salma, seraya menggesek-gesek sumpit menggunakan kedua telapak tangan, Mangkuk bakmi lah yang berhasil menghasut otak Pratama, untuk segera disantap.

Selesai makan, Tama membantu Salma menutup kios hingga tutup, Pratama mengantar bu yani dan Salma secara bergantian.

Banyak pertanyaan, dari bu Yani yang membuat mereka semakin akrab, begitu pula dengan Salma.

Baru sehari mengenal Salma, Tama merasa ingin memiliki seutuhnya diri Salma.

"Minum Teh dulu ya, nak" ucap bu yani, melihat Adam berdiri di depan pintu rumah berkeringat, kelelahan.

"Nggak usah, Bu. Aku langsung pulang aja. Salma, Aku pamit pulang ya.." Ia mengusap dahi yang penuh dengan cucuran keringat.

"Iya, hati-hati ya, Tama! terima kasih sudah mengantar kami sampai dirumah." Salma ikut berdiri di depan pintu mengantar Pratama ke motor, lidahnya masih terasa berat untuk menyebut laki-laki yang memiliki kasta jauh diatas Salma, hanya dengan sebutan nama.

"Sal, ayo masuk," teriak Bu Yani, Salma pun menuruti ibunya, Salma melangkah meninggalkan Pratama, sebelum motor Pratama pergi.

Saat perjalanan mau pulang, Pratama melihat seseorang tak asing baginya, dan terasa heran.

"SALMAA.." ia menghentikam motor, dan mengejutkan seseorang yang sedang berjalan kaki itu.

"Siapa lo?" jawab Salwa ketus, raut wajahnya tak bersahabat sama sekali.

"Perasaan, tadi aku udah antar kamu sampe rumah deh." ucap Tama keheranan melihat seseorang yang mirip meskipun yang ini, lebih terlihat terurus mulai dari kulit dan fashion nya, sangat berbeda dengan Salma.

"Yaelah, lo pacar Salma? emang dia nggak bilang punya kembaran?" jawab Salwa, setengah mencibir kasar.

"Ooh, kamu kembarannya? iya dia belum cerita, sih. yaudah maaf ganggu, permisi ya." Tama melanjutkan perjalanan, dan meninggalkan Salwa yang tinggal sejengkal lagi tiba dirumah.

****

Pratama berhenti di depan gerbang pagar istana mewahnya, Ia memberi kode klakson 2 kali, lalu gerbang putih dengan tinggi lebih dari 5 meter dan memiliki lebar 10 meter, sengaja dibuka hanya sebagian karna yang masuk hanya motor.

Monitor security dapat melihat dari cctv siapapun di luar gerbang, jika penghuni rumah security hanya perlu menekan tombol untuk membuka gerbang nya secara otomatis.

Setelah masuk, Tama memberikan jempol ke arah pos security yang menjaga rumahnya, sebagai tanda terima kasih.

Mamat laki-laki berusia 45 tahun adalah nama security kepercayaan keluarga Adam, Mamat loyal pada keluarga Adam, terhitung hingga saat ini, Mamat sudah lebih dari 10tahun bekerja.

Pratama memarkirkan motor diteras, tempat beberapa mobil mewah berbaris dengan rapih.

"Dari mana kamu, Tama sayang. Seharian naik motor!" sambut Sarah dengan raut wajah khawatir. membelai halus kedua pipi lusuh anaknya . sementara Tama pasrah dengan sikap maminya.

"Mamiii.. yah ampuun.. udah umur berapa sih tama?" ucap Melanie, kaka tertua kedua Tama protes dengan sikap Sarah yang masih memanjakan Pratama.

"Ih, bau banget sih kamu.. cepet mandi ahh..!!" seru Sarah, mendengus baju Pratama, ada bau yang keluar dari tubuh anaknya.

"Iya mam, nanti Tama mau cerita deh. sekarang Tama mandi dulu ya" wajah Tama tampak bahagia.

Dengan sengaja ia memeluk tubuh Sarah, lalu ia melangkah menuju tangga yang sangat lebar sebagai penghubung ke lantai 2, karna kamarnya berada di lantai dua.

"Ih, jorok deh.. kamu cium nggak sih? kaya bukan Tama!! kesambet apa ya dia.." terlihat jijik, Sarah mengadu pada melanie mengenai adiknya, tidak seperti biasanya.

"Iihh, aku ngga bisa bayangin deh mam, gimana bau nya dia." Melanie mengernyitkan dahi, dan tersenyum sinis sambil menjepit hidung.