"Wa, aku penasaran deh, kamu itu kerja nya apa sih? cuma duduk doang, tapi bisa jajan, bisa beli handphone bagus, dan lain-lain yang kamu mau. Sedangkan aku yang kerja keras gini, Handphone aja masih butut banget. dan gak punya tabungan apa-apa." Salma berdiri dari belakang, mengintip Hawa yang sedang sibuk dengan gadget nya, duduk di sofa yang berumur lebih tua dari mereka.
"Apaan sih lo! rese ih! bau banget sih lo!" berbagai umpatan di tujukan pada Salma yang mendekati Hawa sepulang nya berjualan, Hawa pun mendorong Salma dengan kaki nya.
"Ye, aku mandi deh, tapi janji ya, nanti kamu kasih tau aku kerjaan kamu!!" Salma mengacungkan jari kelingking, memaksa Hawa untuk berjanji.
"Iye iyee, udah sono dulu kek!" Hawa mendorong lagi Salma hingga menjauh.
Bukan ke kamar mandi, Salma malah ke dapur membantu lagi orang tua nya membereskan semua yang masih tercecer di lantai dapur.
"Sal.." tukas Bu yani, mencuci peralatan dagang yang kotor.
"Iya bu? Kenapa?" ujar Salma, sambil membenahi sampah yang berantakan.
"Kamu mau kerja?"
"Lah kan ini juga setiap hari Salma kerja" jawab Salma dengan tersenyum.
"Bukan itu maksud ibu, kamu mau kerja normal di kantoran atau kerja kaya Hawa gitu?" ia menengok anaknya, dan menghentikan kegiatan nya sejenak.
"Ibu nguping candaan aku ke Hawa ya?"
"Ibuuu... Huft! aku hanya bercanda lho, Aku senang gangguin Hawa, Bu"
"Ibu enggak terlihat lagi bercanda loh, Sal" Ucap Yani dengan wajah datar tanpa senyum.
"Ibu, ishh.. enggak bisa nanti ya ngomongin ini.. kan suasana nya enggak pas lho bu.." Salma menatap Bu yani, tatapan nya seolah memohon.
"Oke, nanti kita harus serius bahas ini ya, sama bapak juga. Biar kamu juga bisa kejar impian kamu." Bu yani kembali menggosok gosok piring kotor nya yang masih bertumpukan.
"Siap ibu." Salma mengangkat jempol nya, dan membawa kantong berisi sampah keluar rumah.
"Wa, daritadi kamu dirumah tapi enggak mau beresin dapur sih." gerutu Salma yang tak di anggap oleh Hawa.
"Bodoo amat!!" jawab Hawa tanpa suara, dan melirikan mata ke arah Salma.
Salma menempelkan kedua tangan nya yang kotor bekas memegang sampah, tepat di kulit lengan Hawa yang sangat halus, Hawa berteriak histeris, melempar Salma dengan buku yang bertumpukan di meja seraya berkata "SALMAAAA!!! LO BENERAN RESE BANGET! GAK LUCU YAAA!!" Wajahnya memerah dan tersiratkan amarah.
Salma lari dan tertawa lepas melihat respon marah dari Hawa.
**
"Maaf ya, Wa. kan aku cuma mau bercanda sama kamu. Lagian kita kan jarang banget ngobrol." usaha Salma merayu Hawa, belum juga berhasil.
Hawa masih tak peduli pada keberadaan Salma yang duduk di samping nya sejak satu jam yang lalu.
"Kata orang kalau kembar itu, lebih akrab ya, karna ada chemistry" celotehan Salma yang tak di acuhkan Hawa.
"Udah dong marah nya, Kamu tuh cantik kalau senyum" Salma memajukan wajah nya, hingga berjarak hanya sejengkal dengan wajah Hawa.
"Lo gila ya? sana kek! gue lagi kerja ini..Bawel banget dah sumpah!" Hawa mendorong wajah Salma yang menghalangi pandangan nya dari gadget.
"Ooh, ya... tadi kamu janji mau ajarin aku cara cari uang dari handphone kan?" Salma dengan sengaja menempelkan dudukan dengan Hawa, mengintip ke layar smartphone milik Hawa, membuat Hawa semakin tak nyaman.
"Bu, Pak .. Salma nih!" teriak Hawa, seolah memohon bantuan. Lalu Hawa beranjak meninggalkan Salma, dan masuk ke dalam kamar. terdengar juga suara Hawa mengunci pintu nya dengan keras.
"Wa, kok aku di tinggalin sih..?" Seolah tak bersalah salma terus memanggil Hawa.
"Sal, jangan ganggu ahh! kamu tau dia jutek gitu kan!" celetuk bapak dari balik tembok dapur.
"Siapp komandan, kalau gitu Salma lanjut bantu bapak dan ibu aja deh..." dengan semangat, ia menyusul keberadaan bapak serta ibunya di dapur.
**
"Pak, sini sebentar deh. Ibu mau ngomong" teriakan ibu membuat Pak Rahman langsung datang, dan duduk di sebelahnya.
"Kenapa, Bu?" Pak Rahman sudah menyiapkan telinga.
"Menurut ibu, Sebaik nya biar Salma kerja aja di kantor, sambil kuliah pak. kasian Salma kalo cuma dagang bakso begini"
"Lho bu, Salma ngomong langsung sama ibu?"
"Gak pak, ibu berpikir aja. Kasian Salma menghabiskan masa muda nya hanya dengan berjualan setiap hari. enggak ada kegiatan apa-apa lagi selain berdagang." Bu yani mengutarakan isi pikiran nya.
"Kalau Salma mau kerja, ya kerja aja, bapak enggak pernah maksa Salma untuk berjualan sama kita, bu." Pak rahman menurunkan sedikit kacamata nya, menatap istri nya dengan penuh penjelasan.
"Besok ibu tanya Salma lagi deh. Sekarang kaya nya udah tidur, pintu nya udah nutup gitu." ujung bibir bu yani menunjuk pada kamar Salma.
**
Seperti biasa, Salma menjalankan rutinitas nya, bangun pagi, menyiapkan dagangan. Dan membuka kios bakso bakmi bersama ibunya.
"Bu, sadar enggak sih? beberapa hari ini si kang Supri kok enggak keliatan ya?" ketika tangan nya sibuk, Namun pandangan mengarah pada pangkalan, Salma terlintas tentang kang Supri, Sahabatnya yang seharusnya tak pernah absen untuk datang mengganggu Salma, tapi sudah beberapa hari tak kunjung terlihat batang hidungnya.
"Iya ya, Ibu juga baru ngeh. Apa dia udah berhenti ngojek ya?" ikut serta terpikir Supri.
"Salma kesitu bentar ya bu."
"Ngapain?"
"Ya, nanyain kang Supri lah, bu. kali aja ada info" Salma mengelap kedua tangan kotor nya pada celemek kain yang menempel di bagian pinggangnya, lalu beranjak.
**
Setelah Salma selesai berbicara dengan supir ojek pangkalan "Gimana, Sal?" tanya bu yani.
"Enggak ada yang tau di mana kang supri, bu. Udah tiga hari katanya dia enggak kesini. Salma takut dia di jahatin sama orang bu"
"Kamu tau rumah Supri gak?" bu yani melirik tajam.
"Tau sih bu, cuma bapak nya kan galak. Salma takut..."
"Hayo, sama ibu aja. biar ibu temenin kamu." meletakan tangan kanan di dada, berusaha meyakinkan Salma bahwa bantuan nya sangat di perlukan.
"Hahaha, yauda ayo aja bu. Besok aja ya, kan besok kita libur bu." jelas Salma.
"Iyaa besok boleh, tar malam pun boleh, ibu banyak waktu kok" kedua alis bu yani naik turun, lalu mereka pun melanjutkan kerja tanpa bicara lagi.
**
Fajar di ufuk barat, mengingatkan pedagang bakso ini untuk segera membereskan dagangan dan menutup kios, sebelum langit menjadi gelap.
"Seneng ya bu, beberapa hari ini rame, kalo si Hawa mau jualan, pasti ini bakso bakal ngetop kali ya. secara yang jualan orang nya cantik" isi percakapan saat mereka berjalan kali ke arah rumah.
"Hahaha, mana mungkin si Hawa mau, kamu liat sendiri gaya nya. Mana bisa dia kerja kasar" lagi jelas bu Yani seraya mengurut perlahan kedua lututnya yang pegal.
"Iya tuh anak bapak manja banget, hahaha" ledek Salma, di sertai tawa Yani pula.