Chereads / BUKAN PERNKAHAN BIASA / Chapter 5 - SALMA DATANG

Chapter 5 - SALMA DATANG

Pagi yang cerah, Namun pagi ini berbeda dari pagi sebelum nya. Pagi ini Salwa sudah terlihat rapih dan cantik, meskipun kulitnya agak gosong dan berbeda dengan kulit Hawa, akibat berjualan setiap hari diluar.

Tapi kecantikan alami yang di miliki Salma tidak memudar akibat terik nya matahari.

Salma mengenakan kemeja putih, dengan celana bahan berwarna coklat, serta rambut yang di biarkan jatuh terurai begitu saja.

Untuk masalah fashion, Salma jauh di bawah Hawa peringkatnya.

Jadi ketika Hawa melihat penampilan Salma yang menurut Hawa terbilaang cukup katro, Hawa pun tertawa terbahak-bahak.

"Kenapa kamu, Wa?" tanya salma, tersenyum tipis melihat saudara nya bisa tertawa.

"Lo katro banget, Hahahaha!!" jawab Hawa di iringi tawa menyindir.

"Masa begini katro sih? ini kan rapih, Wa. Aku kan mau datang ke gedung besar, ya harus rapih kaya gini kan. Bener gak Pak, Bu..?" ujar Salma merapihkan beberapa lekukan kemeja.

"Iya rapih kok.." jawab pak Rahman memberi pujian, seraya melirik anaknya dan tersenyum.

"Rapih banget malah, cantik kamu, Sal." puji ibu Yani bergantian dengan Pak Rahman.

"Tuhh denger, Hehehe" Salma tetap percaya diri, meskipun sang ahli fashion sudah mencibir dengan kasar, penampilan katro nya.

"Serah lo deh ah! hahaha!" jawaban singkat Hawa di sertai tawa yang meremehkan fashion Salma.

"Kamu jangan gitu, Wa! Salma itu cantik kok, kan wajah kamu dengan Salma enggak ada bedanya. Kalau kamu merasa cantik, berarti Salma pun cantik" jelas Bu Yani membela Salma, Salma pun mendekat dan memeluk ibu nya, dan merekahkan senyum manis.

"Yauda aku jalan dulu ya bu.." Salma mencium tangan ibu dan ayahnya, lalu berangkat ke tujuan nya.

Hawa pun bingung, "Bu, mau kemana pagi-pagi begini si Salma?" tanya nya ketika Salma sudah berangkat.

"Oohh, itu.. Salma mau..." Lalu bapak menjawab sejelas-jelasnya pertanyaan Hawa.

Hawa mencari uang melalui smartphone nya, di antara Salma, bu Yani dan Pak Rahman, tidak ada satu pun yang mengerti bagaimana cara Hawa mendapatkan uang dari gadget nya.

Jadi hanya dengan duduk menikmati susu serta menonton tv pun, Hawa bisa menghasilkan uang.

Namun, Hawa tak pernah mengajak Salma untuk mencari uang dengan caranya, Karna bagi Hawa, Salma adalah orang yang kolot seperti ibu dan bapaknya.

**

"Pagi mbak, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya security dengan name tag Wartono, yang menempel di baju bagian dada sebelah kanan, lalu di sebelah kiri bertuliskan nama perusahaan tempat nya bekerja.

"Pagi pak Wartono."

"Saya Salma, mau ketemu dengan Pak Pratama, bisa pak ?" ujar Salma, seraya mengulurkana tangan untuk di jabat.

"Kok tau nama saya? Maaf ini mba nya siapa? Pak Pratama yang mbak maksud siapa ya?" tanya pak Warto yang berusia 38tahun dengan ramah, sedikit keheranan mendengar seorang gadis katro mencari owner perusahaan.

Lalu Salma menunjukan tag nama di dada pak Wartono, dan menjawab "Saya tau nama bapak, dari ini. dan saya mencarai Pak pratama yang wajah nya tampan dan tinggi nya segini pak, lalu pakaian beliau menggunakan setelan jas hitam dan celana hitam, oh ya kacamata juga hitam." Salma memberi penjelasan sedemikian dan memberi petunjuk orang yang di maksud.

"Aduh, kaya nya mbak Salma salah orang deh.. Karna Pak Pratama yang di maksud mbak, adalah pemilik sekaligus pengelola perusahaan ini alias CEO disini, beliau enggak pernah dateng jam segini, lagipula untuk orang yang mau melamar kerja enggak perlu ketemu langsung dengan beliau, mbak." jelas pak Warto, seraya menundukan kepala pada karyawan yang berdatangan.

"Saya bukan mau lamar kerja pak" kedua tangan Salma menyatu, dan masih mencoba menjelaskan "Saya mau tanya soal Grand ...."

"Salma? Ngapain kamu disini?" Seru Asep dari belakang.

"Ahhh temen kamu toh Sep, ini nama nya Asep mba, bukan Pratama." ujar pak Warto, dan pamit untuk meninggalkan Salma "Saya pamit dulu ya, silahkan di lanjut dengan Asep ya, Mbak"

Salma pun membungkukan kepala, lalu bercerita pada Asep, tentang apa tujuan nya datang kesini.

"Ooh, aku kok malah enggak tau ya akan ada acara seperti itu, aku enggak berani Sal, ngajak kamu masuk ke dalam. nanti aku kena omel sama karyawan lain nya. lagipula yang mau kamu temui ini Bapak Owner. Aku takut Sal."

"Atau gini ajaa, heuumm" Asep menempelkan telunjuk pada pelipisnya, dan memiringkan pandangan seolah sedang berpikir keras.

"Gimana Sep? kamu punya nomor telepon beliau enggak?"

Asep mengernyitkan dahi, dan berkata perlahan "Aku disini OB, Salma. Bukan manager! lagi pula sekelas manager pun seperti nya belum layak mendapatkan nomor hp Bapak."

Setelah sekian lama perbincangan tak kunjung selesai dan tak mendapatkan jalan keluar yang pasti, akhirnya Salma memutuskan untuk menunggu di lobby. itu pun harus dengan upaya serta penawaran Asep yang super keras untuk mendapat ijin dari Pak Warto. Yang menyangkut dengan keamanan lingkungan perusahaan, adalah tugas security.

**

Hari hampir siang, matahari sudah hampir berada di atas kepala. Namun sampai jam 10, sosok yang di tunggu-tunggu tak kunjung datang.

Terlintas pikiran atas tanggung jawab nya untuk membantu ibunya berjualan. Karna tak mungkin Salma membiarkan Bu yani berjualan seorang diri.

Walaupun ada Hawa dirumah, tak akan bisa di andalkan untuk membantu ibu nya menjaga dagangan nya.

Sementara tugas Pak Rahman selalu berbelanja keperluan berjualan, serta membuat bakso dan meracik bumbu.

Salma berjalan menghampiri Pak Warto yang baru terlihat sedikit santai, seraya berkata "Permisi pak.. saya mau pamit aja karna Pak Pratama belum keliatan sampai sekarang."

"Lho, mbak nya daritadi tungguin bapak di lobby?" tanya Pak Warto mengerutkan dahi, seolah heran, Lalu Salma menjawab dengan sekali anggukan.

"Aduh mbak, Bapak enggak pernah lewat situ.. Bapak punya akses pintu dan lift khusus Bapak dan keluarga besar.." jelas pak Warto, semakin mematahkan semangat.

"Yauda pak, saya pulang aja. nanti kasih tau Asep ya pak, saya harus pulang karna mau dagang. Dan maaf saya mengganggu bapak" Salma menyatukan kedua telapak nya sebagai tanda meminta maaf.

"Iya, mbak siapa tadi? saya lupa."

"Salma pak." jawab Salma tersenyum, dan mengulurkan jabatan tangan

"Iya mbak Salma, hati-hati ya" Pak Warto menjabat tangan Salma.

"Mbak Salma, mbak!! itu bapak baru datang. tunggu sini aja." panggil Pak Warto, melihat mobil putih mewah bernomor polisi unik dengan 2 angka dan tanpa huruf di belakang angka tersebut.

Pratama membuka kaca jendela nya, dan ingin menyapa Pak Warto selaku security senior di perusahaan itu.

"Siang Pak Pratama.." Pak Warto menyapa lebih dulu dan membukukkan sedikit tubuhnya, tanda memberi hormat.

"Siang Pak Warto, eh Salma ya? Ada apa Sal?" ucap Pratama agak terkejut melihat sosok Salma berdiri disamping Pak Warto.