"1000 porsi bu, Kalau bisa bawa aja lebihan, jangan sampai kurang makanan untuk tamu undangan saya, Kalau ada sisanya, nanti tetap akan saya bayar." lagi jelas Pratama mendetail.
"Baik pak, baik..." tatapan Bu yani seolah mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
"Sisanya nanti akan saya suruh Asep mengurus ya bu, Saya pamit, terima kasih sebelum nya" pamitnya di sertai ukiran senyum di sudut bibir Pratama tampak ramah, dengan setelan jas serta rambut nya berkilau dan tertata rapih, kulit wajah yang nyaris sempurna, tak sedikitpun membuat Pratama bertindak sombong saat berbicara dengan orang yang mempunyai kasta berbeda.
Dengan demikian, membuat penjual bakso ini nampak segan saat berbicara dengan Pratama yang ramah ini.
"Heuum itu Salma ya? dapat salam dari Asep.." Tampak Pratama celingukan, mencari sosok gadis yang sering kali jadi topik obrolan para office boy di kantornya.
Bu Yani salah tingkah, dengan sigap ia memanggil Salma.
"Sal, Sal.. sini! ini ada pak bos nya si Asep."
Terbangun dari lamunan panjang, ia bergegas datang menghampiri Ibunya, dan sesosok orang asing berpakaian lengkap dengan jas serba hitam, serta kacamata yang menjaga matanya dari sinar matahari yang menyilaukan, kulit wajah yang putih berkilau, tengah menatap dirinya.
"Halo.." sapa Salma seraya menjulurkan tangan, Dan Pratama membalas, seraya membuka kacamata, untuk memastikan wajah Salma dengan seksama.
"Saya Pratama, ooh ini Salma. cantik sih, tapi... Hehehe" Pratama memindai Salma dari ujung rambut, hingga ujung kaki, Salma tidak terlalu serius menanggapi sikap Pratama.
Karna Salma sendiri tak pernah menganggap dirinya cantik.
"Hehehe, Asep suka gosipin Salma ya pak?" kepolosan Salma tersirat dari bicara nya.
"Bukan gosipin, Sal. katanya kamu pacar dia.. hehehe" tukas Pratama.
"Uhh sembarangan banget dia." Salma jelas menampik gosip yang tak benar adanya.
"Hahaha, Asep ngarang ya" Ujar Pratama tertawa lepas, Sehingga membuat Yani keheranan.
"Oke kalau gitu, saya pamit. salam kenal dan sampai jumpa." Ia pun melangkah masuk ke mobil mewah yang terparkir di kios Bu Yani.
Bu yani dan Salma serentak membungkukan tubuh, tanda menghormati.
"Bu, itu manusia wangi amat ya? itu beneran bos nya si Asep ?" Ujar Salma, setelah melihat mobil itu melaju menjauh dari Kios Salma.
"Iya, Dari tadi ibu nyium wangi parfum nya. Pake apaan tuh orang ya? Bisa sewangi itu."
"Ngomomg-ngomong, ibu tau tempat acara nya kapan dan dimana kan?" Tanya Salma memicingkan mata.
"Ahhh iyaa, Ibu enggak tanyain. Lupa ibu, Sal. gimana ya. malah dia udah DP segala ini." Bu Yani menepuk jidatnya dan mengerutkan dahi, kebingungan.
"Kamu punya nomor Asep enggak?"
"Gak punya Bu, ngapain nyimpen nomor dia" Salma melirik pada bu Yani.
"Halo bu, Pesen bakmi, nanti di antar kesana ya" Seorang datang memesan dan menunjuk tempat orang berkumpul dan mengobrol, otomatis membubarkan obrolan ibu dan anak yang terlihat serius.
"Berapa, mbak?" tanya Salma.
"Lima mangkuk ya, Mbak." ia mengeluarkan lima jarinya.
Sementara percakapan mereka belum selesai dan menggantung begitu saja, Mereka sibuk melayani pembeli yang mulai berdatangan.
Sebelum sore, semua bakmi dan bakso yang di bawa dari rumah, habis di beli pelanggan.
"Tadi sepi, sekarang kaya di keroyok ya bu. Rame banget.." respon Salma, ada lengkungan senyum di bibirnya, Seraya merapihkan peralatan tempur.
"Kaya nya si pak Bos tadi bawa rejeki deh, dia dateng langsung laris dagangan kita ya, Sal."
"Gak nyambung, ibu. ya memamg sudah waktu nya habis juga kali. bukan karna orang yang barusan datang kesini." pungkas Salma.
"Pratama nama nya, Sal. Oh ya, nanti kamu ke depan ya, temuin Asep. Tanya acara grand opening nya dimana dan kapan?"
"Lho kok aku bu? gedung nya mewah gitu, mana bisa aku masuk ke dalam. bisa-bisa di tahan security." Salma menatap penampilan dirinya, dari sendal hingga ke cepolan rambut. dan tersadar betapa berantakan dirinya saat ini.
"Lho, bilang aja mau ketemu Pak bos Pratama."
"Dengan sendal jepitan gini, bu?" Salma berdiri tegak, dan memastikan lagi penampilan nya itu.
"Hahaha, lho, daripada kita di laporin polisi karna penipuan. Uang udah di kasih.. tapi saat acara, kita enggak ada. Gimana hayo?!" seakan memberikan beban pada Salma, lalu Salma menjawab dengan terpaksa "Iya iya, nanti aku datang kesana, Bu. Cuma aku ya malu, pakaian compang camping dan bau gini." ujung bibir salma mengerucut, tak suka dengan paksaan Ibunya yang seolah ingin melihat dirinya di permalukan.
"Kalau gitu, besok pagi kamu datang kesitu ya, kan tadi kamu menghayal mau jadi bos disana. hehehe." ujung bibir bu Yani menunjuk kearah gedung yang terlihat dari kios, seraya tertawa kecil.
"Iya besok aja, biar aku bisa menyesuaikan pakaian juga bu, masa datang ke perusahaan besar dengan baju begini. selain enggak sopan, ini seperti ajang mempermalukan diri sendiri." dia cemberut, dan melirik dengan mata yang tipis, Serta memegang baju yang sudah terkena siraman bumbu serta kecap dan sambal beberapa kali.
**
"Pak, ini kita di Dp'in sama bos dari gedung yang ada di depan itu lho." cerita Bu Yani bahagia, saat pertama kali melangkahkan kaki masuk dalam rumah.
Dengan wajah sumringah, ibu meneruskan ceritanya, tentang hari ini.
"Waahh, Alhamdulillah ya bu, bapak juga jadi seneng denger nya, Buat kapan acaranya?"
"Nah, itu ibu lupa nanyain, karna si pak Bos nya ramah banget, Pak. jadi ibu lupa nanyain. Tadi si Salma disuruh datang sebentar ke gedung itu, gak mau karna malu dengan sendal jepitnya." celoteh bu Yani tanpa henti, hingga membuatnya lupa membereskan barang yang di bawa dari kios.
"Iya jelas malu dong, bu. apalagi itu perusahaan bukan sembarangan kan." Pak Rahman memberi pembelaan pada anaknya.
"Besok yang rapih ya, nak. siapa tau kamu bisa di kasih kerjaan di kantor raksasa itu, Sal." bujuk Pak Rahman pada Salma yang masih terlihat sibuk bolak balik merapihkan seluruh barang kotor bekas jualan.
"Iya pak, Hawa (Alwa) mana pak?"
"Tadi ijin keluar sebentar, tapi belum pulang sampai sekarang, di telepon juga enggak di jawab-jawab" jelas bapak, masih menggulung gulung bakso.
"Coba bapak telepon lagi, tanyain dia dimana?" ujar Salma khawatir.
**
Setelah mengetahui keberadaan kembaran nya, Salma diam-diam mendatangi tempat Hawa, yang di beritahukan pada bapak.
"Wa, keterlaluan kamu. Sampai jam segini belum juga pulang!" Salma mengejutkan Hawa yang terlihat seru mengobrol dan senda gurau bersama beberapa orang laki-laki.
Hawa tampak sangat terkejut, begitu juga teman-teman nya.
"Beb, kembaran kamu ya?" tanya salah seorang lelaki, memerhatikan wajah dan penampilan Salma.
Hawa beranjak dan memaki kedatangan Salma yang membuat nya terkejut dan malu "Ngapain sih lo dateng kesini, lo beneran norak banget deh!"
Saat Hawa memaki, Salma membujuk Hawa agar bisa segera pulang, lalu laki-laki yang tadi pun ikut beranjak dan bilang "Salwa pulang nanti aja sama gue, lo balik duluan aja!"
PLAKK!
Tamparan kencang dari tangan Salma menghampiri pipi laki-laki itu, seraya berkata "Kamu sebagai laki-laki, enggak pantas seperti ini, membiarkan perempuan untuk ada diluar sampai malam begini! karna kamu buka suami nya!!"
Karna malu dan marah, Hawa akhirnya ikut pulang dengan Salma, dan meninggalkan tongkrongan itu.
Semua teman-teman Hawa terkejut, melihat tindakan kasar kembaran nya Hawa.
Hawa marah dengan Salma, dari perjalanan pulang, hingga tiba di rumah, Hawa diam tak bicara sekatapun. wajah nya murung, bibir nya tertutup rapat, tak mau memandang sedikit pun ke arah Salma.