Chereads / QIELLA / Chapter 23 - Kebingungan

Chapter 23 - Kebingungan

Happy reading all<3

.

Qia yang sudah mengambil beberapa makanan dan mainan, lalu segera mencari sahabatnya.

Saat Qia sedang menatap senang belanjaan ia tak sadar sahabat nya sudah dibelakangnya.

"Asik banget tuh jajan sampe ngilang dari kita." Sindir Bella membuat Qia hanya menyengir saja.

Mereka berempat pun selesai dengan belanjaan dan sudah di dalam mobil.

"Terus kita mau kemana lagi nih?"

"Pulang aja Bel capek tau. Qia juga mau makan jajanan ini dirumah. Bunda juga belum pulang jadi Qia bisa makan sepuas nya hmm."

"Kita kasih tau kelar lo!" Kesal Bella menatap sahabatnya satu ini.

Benar mereka langsung pulang ke rumah masing-masing tanpa pergi ketempat lain lagi karna belanja juga sudah lama bisa-bisanya mereka pulang kesorean.

Qia pun memasuki rumahnya dengan tergesa karena tak sabar ingin memakan jajanannya.

Karena terlalu senang Qia tidak menyadari ada motor yang terpakir di halaman rumahnya.

"Uhh capek banget. Enak nih makan jajan sambil nonton film," ucapnya senang.

Jika orang lain yang biasanya di tonton itu tidak jauh dari horor, romansa, atau thriller tapi tidak dengan Qia. Ia menonton film kartun ya sedari kecil sampai sekarang karna Diana menyuruhnya takut Qia aneh-aneh saat menonton. Qia membaca novelnya Clara aja jadi ngikuti apalagi sampai menonton.

Saat Qia memasuki rumahnya ia kaget lantaran ada seorang lelaki di rumahnya dan membuatnya bingung ia tidak mengenalinya tapi sepertinya tidak asing.

Qia berhenti melangkah tapi kepala sedang berpikir keras. Siapa lelaki itu? Tapi melihat wajahnya seperti tidak asing. Arghhh ingin rasa nya Qia menjerit ia tidak bisa sama sekali berpikir. Otak nya seperti tidak berfungsi dan membuat pusing karna terlalu memaksakan berpikir.

Qia pun menuju sofa dimana lelaki tersebut duduk.

"Hai! kakak siapa ya?"

Tanya Qia penasaran tapi lelaki itu hanya tersenyum membuat Qia kebingungan. Bukan menjawab malah tersenyum.

ANEH! Satu umpatan tapi tidak ia lontarkan.

"Ih Qia nanya serius lo kak. Jangan senyum doang hmm," ucapnya kesal.

Lelaki tersebut hanya menahan gemas melihat Qia yang mempoutkan bibirnya karna kesal.

"Hmm saya mau ketemu bun.. eh maksudnya buk Diana tapi kata pembantu tadi ia belum pulang dan malah disuruh masuk."

"Oh mau ketemu sama bunda, kirain mau ngapain. Ya udah Qia ke kamar dulu ya kak."

"Ehh saya juga mau pulang sepertinya bun--bukk Diana masih lama pulang nya. Terima kasih ya sudah ngizinin masuk dan dikasih cemilan juga."

Lelaki tersebut pun langsung melangkah keluar rumah. Qia pun memandangnya sampai hilang dari hadapannya.

"Kenapa Qia seperti tidak asing sama lelaki itu. Qia merasa seperti senang dan lega karna melihatnya."

Gadis tersebut masih bingung tentang hati dan pikiran yang tidak sejalan membuatnya langsung ke kamar karna terlalu lelah hati dan badan.

.

Motor yang melaju kencang itu tak tau tujuan, kemana akan pergi karna lelaki itu hanya melaju saja. Dengan perasaan yang begitu hancur dan pikiran selalu berputar ke masa lalunya.

Tak terasa air mata menetes begitu saja, hatinya sangat hancur sekarang bahkan sejak dulu sudah dipatahkan dan dihancurkan begitu saja.

Orang tidak peduli dengannya karna ia mungkin tidak diharapkan di dunia ini.

***

Gadis yang telah selesai mandi dan mengganti bajunya itu langsung melangkah ke balkon kamarnya.

Duduk di ayunan balkon kamarnya dengan tangan memegang satu snack besar, makanan yang dibeli bersama sahabatnya tadi.

Awalnya semangat ingin memakan snack tapi menjadi tak bernafsu. Entah lah mungkin karna banyak berpikir ingin sekali ia bercerita ke orang lain tapi ya kembali lagi. Qia bukan tipe orang yang sangat terbuka tentang masalahnya kecuali kalau mereka sudah tau sendiri masalahnya atau mencari tau sendiri.

Qia berdiri dari duduknya ia pun menatap kebawah melihat halaman ruma nya dan menatap ke lurus kedepan sebuah rumah ya itu rumah teman kecilnya Reno.

Ingin sekali Qia bercerita ke Reno tapi melihat Reno sangat sibuk di urungkan nya padahal Reno salah satu orang yang sedikit tau masalah Qia.

"Qia bingung, kenapa satu masalah belum selesai udah datang lagi masalah lain. dan juga Qia seperti merasa ada yang disembunyikan dari Qia tapi apa??"

Qia yang terus berpikir dan menatap lurus terkejut karna ada yang menepuk pundak nya.

"Hei sayang, ngapain disini sampai Bunda pulang gak sadar."

"Bundaa! Ih ngagetin aja. Qia gapapa kok, mau liat pemandangan dari atas aja sambil ngemil hihi."

Jelas Qia yang langsung memeluk bundanya dan dibalas oleh Diana sambil mencium puncak kepala anaknya.

"Hmm wangi banget udah mandi pasti sayangnya bunda."

Qia yang merasa sombong karna ucapan bunda nya melepaskan pelukan nya dan menatap Diana sambil menutup hidung.

"Hehehe, udah dong bukan kayak bunda busuk belum mandi. Uh banyak kuman nya iyuuw."

"Hei.. nakal ya ngatain bunda."

Diana yang tak tahan melihat tingkah anaknya, akhir nya menggelitiki perut Qia membuatnya tertawa kegelian.

"Hahaha... bunda...bundaa..A-ampun.. bun..hahah."

Diana langsung menghentikan gelitikannya.

"Huft! bunda mah nakal, kan geli Qia jadinya."

Qia yang sedikit kelelahan karna digelitikin sang bunda akhirnya memeluknya.

"Bunda gendong Qia capek."

"Duh bunda gak sanggup sekarang kamu udah besar dan agak berat walau paling kecil diantara sahabat kamu."

Qia yang mendengarkan hanya mendengus, lalu berjalan masuk kamar tapi hanya dirangkul karna Diana tidak sanggup lagi menggendongnya terakhir waktu smp badan Qia masih sangat ringan berbeda dari sekarang menjadi lebihh berisi terutama pipi nya seperti bakpao.

***

Di lain tempat ada seorang lelaki yang memaksa pergi perempuan tersebut yang selalu menolak nya.

Tapi bukan Ellard namanya kalau apa yang di inginkan tidak terwujud apalagi mendengar penolakan.

Dua orang manusia yang berbeda jenis akhirnya berada di rumah sakit.

Ellard dan Ines sedang memeriksa kaki nya tapi kata dokter tidak ada yang serius tapi mendengar keluhan pasien kata nya tidak sakit dan tidak bisa berjalan membuat dokter itu tertawa.

"Mungkin karna masih shock atas kejadian, pasien menjadi berhalusinasi takut menggerakan kaki yang mungkin akan sakit."

Jelas dokter tersebut sambil terkekeh membuat Ellard kesal lantaran di bohongi dan lagi membuat dia dan Qia menjauh.

"Tapi dia masih waras dok tidak mungkin sampai berhalusinasi yang berlebihan seperti ini!"

Kesal Ellard langsung menatap Ines dengan sangat tajam dan Ines takut dibuatnya.

"Banyak juga kasus seperti. Malah Seorang pacar kadang lebih parah lagi, mengarang cerita tentang penyakitnya untuk mendapatkan perhatian sang pacar. Sama seperti kalian." Jelas Dokter tersebut.

Ellard yang mendengarkan penjelasan dokter tersebut membuat menahan amarah. Tangannya dikepal kuat seperti ingin memukul.

"Oke mungkin itu saja yang bisa saya bantu. Ada hal lain?"

"Tidak ada dok. Terima kasih Dok atas bantuan nya."

Lalu Ellard pun keluar dari ruangan meninggalkan Ines yang masih didalam.